Oleh: Yastinki Hasni Ivani – Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang – Ilmu Pemerintahan
MEMOX.CO.ID – Film dokumenter berjudul Ice Cold: Murder, Coffe and Jessica Wongso yang tayang di Netflix oleh Rob Sixsmith tayang perdana pada kamis (28/9). Penonton seakan dilibatkan bagaimana pandangan pihak Jessica yang geram terhadap penghakiman secara sepihak kepada Jessica dan telah mendramatisasi sebagian masyarakat memiliki asumsi bahwa Jessica tidak bersalah. Justru keseruan dimulai melalui banyak podcast tokoh-tokoh terkenal, seakan-akan publik diajak berpikir siapakah tersangka? Jessica sebagai predator psikopat atau melawan kelompok psikopat?, Saya sudah mengamati kasus ini dari film, cuplikan sidang, dan berbagai podcast yang ada saat ini dengan berbagai sudut pandang. Dan ada beberapa hal yang saya pertanyakan :
1. Mengapa fokusan utama jaksa adalah gelas yang berisikan racun terlebih dahulu baru tubuh mirna. Padahal jelas-jelas barang bukti tersebut sudah kurang kredibel karena terdapat pemindahan dari gelas ke botol yang mana tidak ada cctv yang jelas tentang bagaimana barang bukti ini sampai ke tangan polisi. Sehingga sangat memungkinkan barang bukti yang ada bisa saja dimanipulasi.
2. Pihak ahli di podcast mengatakan dr djaja merupakan orang yang berbicara sembarangan di pinggir jalan, hanya karena tidak melakukan otopsi. Padahal otopsi tidak dilakukan dr Djaja atas dasar penolakan keluarga korban dan izin pihak kepolisian. Sedangkan sang ahli yg dihadirkan dipodcast ini pun juga tidak menghighlight adanya tukak lambung di dalam lambung mirna yang bisa menjadi salah satu kemungkinan penyebab meninggalnya mirna. Kesimpulan yang saya dapat kenapa sih harus fokus mencari-cari sianida daripada menemukan penyebab kematian mirna yang lebih penting. Apa memang dalam kasus ini harus ada yang bersalah walau buktinya rancu dan tidak kredibel?
3. Bapak Jaksa bilang saya netral, tapi selalu menyudutkan saksi jessica bahkan melayangkan deportasi ke professor beng beng ong, tidak sopan kepada dr djaja saat memberikan keterangan, tidak menghadirkan saksi pembantu jessica, dan lain sebagainya. Lantas letak kenetralan ini dimana ? Mengapa jaksa dan hakim justru menerima dg mentah bukti tidak sah dari bapak mirna. Padahal jaksa dan ahli ini juga menyinggung terkait alur dan peraturan hukum.
Saya sudah terlanjur terkena virus trust issue oleh negara ini namun tetap meliaht sisi baik walaupun sedikit, Pasalnya satu garis bawah yang saya temui pada podcast terbaru Deny Sumargo dengan judul ‘ICE COLD SIANIDA JESSICA, TEMUKAN BUKTI BARU, JESSICA BISA BEBAS ⁉ (SHANDY & PROF EDY)-Curhat Bang’ saya pernah menonton sebuah film dengan judul “The Autopsy of Jane Doe” bagaimana mereka “membelah” 100% tubuh korban, walaupun mereka sudah menemukan tanda2 kematiannya di awal pembedahan, mereka tetap melanjutkan otopsi dari ujung rambut sampai ujung kaki, karena mereka masih mencari 1001 kemungkinan bagaimana mayat itu meninggal.
Namun Dari penjelasan Prof Edy mengenai podcast tersebut “mengapa harus melanjutkan otopsi keseluruhan apabila racunnya sudah ditemukan” disini saya berkesimpulan, mereka tidak mencari “sebab mati” mereka hanya mencari sianida, karena itu yang mereka percayai. Ya intinya siapapun boleh mempercayai opininnya, melalui opini ini saya hanya menuangkan opini saya yang terbatas dan dapat dibantah oleh siapapun yang kontra dengan saya. (*)