MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANDA ACEH – Film Pendek berjudul Hijau karya Mahasiswa Relawan Siaga Bencana (Maharesigana) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil meraih Juara III pada ajang internasional, U-Dare 1.0 USK Global Award On Disaster Resilience di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Kompetisi USK bertema kebencanaan ini digelar sejak 23 November dan diikuti 44 kampus dari tiga negara; Indonesia, Malaysia dan Sri Langka.
Maharesigana sendiri merupakan organisasi kerelawanan mahasiswa yang berada di bawah koordinasi Lembaga Resiliensi Bencana (LRB) Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC).
“Ilmu dan pengalaman yang kami miliki selama menjadi tim Maharesigana bisa kami salurkan dengan baik di short movie ini,” ungkap salah satu produser film, Fadhilah Azzahra Salsabila, Jumat (8/12).
Menurutnya, film Hijau tersebut menyelipkan edukasi tentang pentingnya penghijauan (reboisasi). Setting pengambilan gambar dilakukan di Gunung Bromo, Jawa Timur bersama masyarakat setempat.
“Selain itu kami juga menampilkan beberapa scene yang memperlihatkan situasi gunung Bromo yang terbakar habis,” ucapnya merujuk pada situasi ketika saat itu terjadi kebakaran lahan Bromo. Syuting dilaksanakan selama dua hari dan satu pekan untuk melakukan proses editing.
Salah satu poin yang menjadikan karya mereka mendapatkan gelar juara menurutnya adalah pengemasan secara implisit lewat alur cerita yang menarik dengan plot dan skenario.
“Short movie kami berdurasi enam menit. Meski terbilang lancar, tapi kami cukup kesulitan mencari talent utama yakni anak kecil. Namun berkat berbagai koneksi dan kenalan dari Maharesigana, akhirnya ada satu anak yang cocok memerankannya,” tutur Dhila.
Film sendiri menurut Dhilla adalah media efektif untuk menyampaikan pesan tertentu kepada masyarakat, terutama generasi muda. Film Hijau membawa pesan agar masyarakat sadar terkait pentingnya menjaga alam, menghindari penebangan liar yang berakibat pada bencana banjir dan longsor.
“Semoga bisa menjadi media informatif bagi masyarakat untuk selalu menjaga alam sehingga anak cucu kita bisa menikmatinya juga,” pungkasnya. (afn)
