MUHAMMADIYAH.OR.ID, MALANG – Salah satu dari sekian banyak pusat keunggulan yang dimiliki Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) adalah Kampus Vokasi UMM yang berlokasi di Jalan Raya Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Berbentuk bengkel/pabrik, di kampus ini mahasiswa UMM dididik optimal untuk mengasah ilmu teori sekaligus keterampilannya secara langsung untuk menjadi mekanik dan teknisi handal.
Hal ini mempertegas perbedaan kampus vokasi UMM dengan kampus vokasi lainnya. Jika pada umumnya mahasiswa mendapat kesempatan praktek atas program CSR dan semacamnya, maka UMM memboyong langsung pabrik ke dalam kampus agar pemahaman dan pengalaman mahasiswa terasah.
“Jadi, gedung kuliahnya Vokasi itu ya tidak duduk di kelas, di kursi. Ya di sini, di bengkel. Merakit mesin. Langsung praktik, ikut produksinya secara langsung, di kampus,” ungkap Direktur Direktorat Pendidikan dan Pelatihan Vokasi UMM, Assoc Prof. Dr. Tulus Winarsunu M.Si.
Menurut Tulus, kampus vokasi ini sendiri memakai konsep teaching factory (TEFA) dengan konsep pembelajaran bernama Factory Training and Production Collaboration Project.
Tidak hanya produksi, mahasiswa secara konkrit juga dilibatkan dari hulu ke hilir proses industri, misalnya proses research and development (RnD) perusahaan, mendesain produk bahkan sampai pemasarannya.
“Terjemahan vokasi bagi saya itu ya begini. Anak-anak belajar dengan situasi dunia kerja yang nyata. Selain menempa hard skill, soft skill anak-anak juga kita tumbuhkan. Seperti critical thinking, kreativitas, kemampuan berkomunikasi dan kolaborasi,” imbuh Tulus.
Para mahasiswanya, menurutnya juga disiapkan agar profesional dan siap terjun ke berbagai tempat di dalam dan luar negeri. Dua tahun berdiri, Vokasi UMM ini berhasil mengirim ratusan mahasiswanya untuk bekerja di Saudi Arabia, Kuwait, Jerman, hingga 29 perusahaan yang tersebar di 17 prefektur di Jepang.
Mereka berasal dari latar belakang pendidikan prodi yang dimiliki Vokasi UMM. Mulai D3 Keperawatan, D3 Teknik Elektro, D3 Keuangan dan Perbankan, D4 Agribisnis Unggas dan D4 Bisnis Properti.
“Ke depannya, kurikulum kami memang akan lebih fleksibel, menyesuaikan kebutuhan perkembangan zaman. Kami tidak ingin membuang waktu proses belajar, tapi ternyata pada akhirnya kita tidak tahu perusahaan itu butuh atau tidak,” ujarnya. (afn)
