Ibu Ujung Tombak Dalam Membentuk Karakter Bangsa

Author : Humas | Sabtu, 18 Maret 2017 10:49 WIB | Okezone - Okezone

Muhadji Effendi (Foto: Antara)

Jurnalis - Susi Fatimah

JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengajak semua pihak untuk ikut memperhatikan pendidikan karakter dari semua lini. Bukan hanya sekolah, pendidikan karakter harus melibatkan ekosistem pendidikan lain seperti keluarga dan lingkungan sosial masyarakat.

“Semua harus bisa menjadi acuan keteladanan yang dapat mendorong akhlak anak-anak kita,” kata Muhadjir dalam siaran pers yang diterima Okezone, Kamis (22/12/2016).

Secara khusus, ia menyatakan peran keluarga khususnya seorang ibu bahkan bisa dimulai sejak anak masih di dalam kandungan. Asupan gizi, kondisi psikologis serta tabiat-tabiat ibu diyakini berpengaruh pada tumbuh kembang anak kelak. Untuk itu tak bisa dipungkiri ibu adalah pembentuk karakter anak paling awal dan akan menyertai sampai anak tumbuh dewasa.

“Jika mau benar-benar memulai revolusi mental, maka harus dimulai dari peran ibu,” tambahnya.

Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan kebijakan yang dituangkan dalam Intsruksi Presiden No 12 Tahun 2016 tentang Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Dalam Inpres yang diterbitkan 6 Desember 2016 itu tertuang tujuan GNRM adalah memperbaiki dan membangun karakter bangsa Indonesia dengan melaksanakan Revolusi Mental yang mengacu pada nilai-nilai integritas, etos kerja dan gotong royong.

Sebelumnya, revolusi mental di bidang pendidikan juga menjadi perhatian serius. Salah satunya, melalui gerakan penguatan pendidikan karakter (PPK) yang tahun ini sudah dimulai dengan percontohan 540 sekolah tingkat SD dan SMP. Lima nilai utama yang didorong dalam PPK adalah nasionalisme, relijius, integritas, kemandirian, gotong royong dan nasionalis.

Muhadjir mengatakan tiga pilar penguat gerakan PPK adalah sekolah, keluarga dan masyarakat. Untuk itu sinergitas ketiga entitas itu didorong memberikan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembang mentalitas anak-anak pada usia pendidikan dasar, yakni yang masih sekolah di SD dan SMP.

“Tiga pilar itu merupakan ekosistem pendidikan yang paling menentukan penguatan pendidikan karakter,” katanya.

Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu mengatakan dalam pola pendidikan karakter siswa banyak mendapatkan model pembelajaran baru. Tetapi yang paling penting, menurutnya, adalah peran role model baik dari kalangan guru, orang tua maupun masyarakat.

“Masa anak-anak adalah masa paling mudah meniru, jadi perilaku kita sangat mungkin ditiru, dijadikan role model. Maka seorang ibu yang sehari-hari paling dekat dengan anak akan sangat berpengaruh pada mental dan karakter karena dia adalah significant other bagi anak-anaknya,” tambahnya.

Pada peringatan Hari Ibu 2016 ini, ia menitipkan pesan agar keluarga benar-benar memanfaatkan gerakan PPK ini. Sebab jika sudah berjalan penuh, nantinya sekolah akan berlangsung lima hari saja sehingga Sabtu-Minggu merupakan hari keluarga.

Konsekuensinya, PPK menambah jam kegiatan dan menuntaskan semua aktivitas pembelajaran di sekolah. Jam di sekolah bukan untuk pelajaran kognitif saja namun akan lebih banyak untuk pembentukan karakter dengan aktivitas-aktivitas positif.

“Bila perlu tidak perlu ada PR supaya di rumah bisa menjadi quality time dengan orang tua. Guru juga jangan membawa pulang pekerjaan kantor karena di rumah merupakan hak anak-anaknya untuk memperoleh perhatian. Ibu harus betul-betul memiliki waktu yang cukup untuk menjadi significant other bagi anaknya,” katanya.

Seperti diketahui, PPK ini diimplementasikan di sekolah dengan porsi pendidikan karakter pada jenjang SD, sebanyak 70 persen untuk pendidikan karakter dan 30 persen akademis atau pengetahuan. Kemudian, jenjang pendidikan SMP, proporsi pendidikan karakter sebesar 60 persen, dan 40 persen untuk pengetahuan.

Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga, Kemdikbud, Sukiman mengatakan pihaknya tengah menjalankan program pendukung.

"Tidak dapat dipungkiri penanggung jawab utama dari terselenggaranya pendidikan karakter adalah keluarga dan sekolah. Misalnya untuk membentuk karakter anak bangsa yang religius tidak bisa hanya di sekolah, keluarga harus mendukung situasi itu di rumah," ujar Sukiman.

Menurut Sukiman kesuksesan pendidikan karakter tidak dapat dilepaskan dari kualitas pengajaran yang dilakukan orang tua. Kemdikbud tengah melakukan program pembinaan keluarga dan sosialisasi untuk mendukung program pendidikan karakter. Misalnya dengan menerbitkan media literasi untuk keluarga. Mulai dari mendidik anak di era digital sampai kiat menjadi orang tua hebat.

"Karena mau tidak mau globalisasi merupakan keniscayaan. Terpaan media media sosial di era digital ini telah banyak mempengaruhi karakter anak. Itu sebabnya kita melakukan pendampingan dan pendidikan kepada orang tua untuk menampik efek negatif dari media sosial yang saat ini penuh dengan ujaran kebencian," tuturnya.

Momentum peringatan hari Ibu yang jatuh pada 22 Desember diharapkan juga menjadi langhak awal kesiapan orang tua dalam mendukung program pendidikan karakter.

 

"Saya berharap Hari Ibu akan menjadi pengingat kita bahwa ibu adalah ujung tombak dalam membentuk karakter bangsa," tegasnya. (sus)

Sumber: http://news.okezone.com/amp/2016/12/22/65/1572937/ibu-ujung-tombak-dalam-membentuk-karakter-bangsa
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori

Berita Terpopuler