Sindonews.com - Kepala RSU dr Soetomo dr Didi Aryono Budiyono mengatakan dalam istilah psikologi, apa yang dilakukan Emil biasa disebut sebagai ego defense mechanism (mekanisme pertahanan diri).
Istilah ini merujuk pada tindakan penolakan diri seseorang menghadapi kenyataan. ”Tindakan sadis itu untuk mengatasi kecemasannya terhadap kenyataan yang ada,”ujarnya. Ego defense mechanism bukan termasuk gangguan jiwa berat.Tindakan itu jelas dilakukan secara sadar dan berarti salah. ”Ini reaksi sesaat atau dalam bahasa awamnya gelap mata,”kata dia.
Mengenai dugaan keterlibatan istri Emil, Didi mengatakan hal tersebut mungkin saja. Energi berupa dendam atau hal negatif lainnya dalam diri Emil sepertinya begitu kuat. Kuatnya energi itu akhirnya mempengaruhi orang-orang disekitarnya yakni istri dan anak-anaknya. Pengaruh energi itu membuat istri dan anak-anak menjadi berpikiran sama dengan Emil.Mereka seolah-olah mau ikut membersihkan (kejahatan) semuanya.
”Energi bersama yang kuat dahsyat membuat mereka melakukan perbuatan sadis.Tapi pasti ada satu yang menjadi cikal bakalnya, bisa bapak, ibu atau anakanaknya,” kata dia. Kriminolog dari Malang Rinekso Kartono mengatakan, kejahatan dengan motif perselingkuhan merupakan fenomena yang terjadi berulang kali.
Dalam kasus pembunuhan Kapas Krampung ini,pengajar Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini menilai ada kepribadian ganda pada diri pelaku. Di satu sisi dia punya keinginan untuk berselingkuh, tapi dia tak sanggup menghadapi situasi dan kondisi yang bakal terjadi.”Akibatnya terjadi kepanikan pada diri si pelaku. Orang yang dalam kondisi panik akan melakukan apa saja, baik secara sadar atau tidak.
Karena potensi mengancam bisa secara tibatiba muncul”kata Rinekso tadi malam. Menurutnya, sebenarnya pelaku ini bukan tipe pembunuh. Namun karena terdesak situasi dan keadaan, dia terpaksa melakukan semua ini. Soal upaya menyembunyikan mayat dengan memasukkannya dalam tabung besi, diakui Rinekso sebagai modus baru. ”Biasanya ada kasus seperti itu,mayatnya dikubur.
Ini boleh dikatakan sebagai modus baru,”tandasnya. Terkait niat pelaku untuk membawa pulang mayat ke Kupang, hal ini semakin menegaskan kepribadian ganda tersebut. Pasalnya, sudah berhasil membunuh tetapi masih punya perasaan kasihan untuk membawa mayat yang sudah membusuk tersebut ke luar pulau. ”Nurani dia masih muncul,” tegasnya. (wbs)