TANGERANG - Tim robotik dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Jawa Timur menang dalam dua kategori pada kontes robot Trinity College Fire Fighting Home Robot Contest di Trinity College Hartford, Amerika Serikat (AS), pada 13- 15 April lalu.
Mereka berjaya dalam kategori Robot Berkaki (juara 1 dan 2) serta Robot Beroda (juara 2). Tim Robotika UMM terdiri atas Ifan Achmadillah Fauzi sebagai perancang pemrograman, Rohmansyah sebagai perakit perangkat keras, serta Ken Dedes Maria Khunty mengurusi bagian mekanik. Ifan mengatakan, robot yang timnya desain dimensinya cukup kecil sehingga memiliki keunggulan untuk bermanuver dan mencari sumber api kemudian memadamkannya.
“Jadi kelebihan robot kami adalah kecil sehingga lincah dan lebih akurat. Sebab dalam memadamkan api, (yang dinilai) tidak hanya memadamkan, tetapi bagaimana robot itu tidak menabrak dinding atau halangan,” katanya saat penjemputan di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, pekan lalu.
Baca Juga: Tim Robotik Indonesia Juara Kontes Robot di AS
Pria berkacamata itu mengatakan, yang menjadi nilai plus adalah mereka membuat robot berkaki yang memiliki tantangan kesulitan tersendiri di dalam pergerakannya. Mereka membuat robot dalam kurun waktu empat bulan. Selama dua bulan mereka fokus pada desain dan perakitan. Selanjutnya setelah berhasil di rakit, mereka masuk dalam proses tersulit pemrograman, yakni merancang algoritma untuk menggerakkan dan metode pemadaman apinya seperti apa.
Ifan mengatakan, desain robotnya sekarang merupakan hasil evaluasi dari kompetisi yang mereka ikuti sebelumnya, yakni mereka telah menjadi juara I pada kategori Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI) dalam gelaran Kontes Robot Indonesia (KRI) yang di selenggarakan oleh Direktorat Kemahasiswaan Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti).
“Kita bandingkan dengan yang di indonesia. Untuk desain robot besar selalu menabrak halangan rintangan. Maka kita bikin robot sekecil mungkin,” tuturnya.
Baca Juga: Siapkah Anak-Anak Indonesia Hadapi Era Robotik di 2030?
Sementara Rohmansyah mengaku bahwa hardware adalah kunci utama dari program dan mekanik sehingga robot itu bisa jalan. Dia mengatakan, arus dan tegangan harus dibuat seksama sehingga robot bisa berjalan di ruangan berlabirin dan bisa menemukan sumber api berdasarkan sensor. Setelah memadamkan api, robot diset untuk kembali ke titik awal. Robot dengan catatan tercepat bakal keluar sebagai pemenang.
“Acuannya berdasarkan suhu ruangan. Ketika dibandingkan dengan ruangan lain beda, maka di situ dianggap ada api. Setelah itu mencari posisi api berdasarkan sensor,” jelasnya.