Sukar Ditempuh, Guru di Rote Ndao Jarang Ngajar

Author : Humas | Senin, 23 Desember 2013 19:56 WIB | Okezone - Okezone

JAKARTA - Distribusi guru yang belum merata merupakan salah satu persoalan utama dalam dunia pendidikan di Tanah Air. Tidak semua daerah, apalagi pada daerah tertinggal, terluar, dan terdepan (3T) memiliki guru dengan jumlah yang memadai. Maka tidak mengherankan jika satu guru bisa mengampu lebih dari dua mata pelajaran.

Kondisi ini yang dialami Silvia Ramadhani saat menjadi guru di SD Inpres Batulai, Dusun Batulai, Desa Kuli, Kecamatan Lobalain, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT).Melalui program Indonesia Mengajar (IM) itu, Sisil -begitu dia biasa disapa- berkesempatan mengabdikan diri menjadi tenaga pendidik di sana.

Dara kelahiran Sidoarjo, 10 Mei 1988 itu menyatakan, sarana pendidikan seperti bangunan sekolah dan kelengkapan lain, seperti perpustakaan memiliki kondisi yang baik dan lengkap. Hampir semua fasilitas yang dibutuhkan para murid tersedia di sekolah tersebut.

"Hanya yang perlu diperhatikan adalah jumlah tenaga guru yang masih terbatas dan jarak rumah mereka yang jauh dari sekolah. Akibatnya, di musim-musim penghujan di mana jalanan menjadi sangat licin dan pulau mengalami keterlambatan pasokan bensin karena kapal tidak mampu menyeberangi selat saat ombak tinggi, para guru tidak dapat datang ke sekolah," urai Sisil kepadaOkezone, Senin (23/12/2013).

Awalnya, Sisil ditugaskan untuk mengajar Bahasa Indonesia kelas 3, 4, dan 5 karena dianggap tidak punya pengalaman mengajar. Namun, pada semester dua, dia diminta menjadi wali kelas 6 karena durasi Sisil mengajar lebih banyak karena harus menggantikan guru lain yang sering tidak masuk.

"Jadi lah aku lompat dari kelas satu ke kelas lain. Pernah juga, karena guru lain tidak ada dan saya sedang mengajar kelas 6, murid kelas lain melongok. Akhirnya saya boleh kan mereka masuk tapi dengan syarat duduk dengan tenang di belakang ruangan. Mereka kasihan. Tapi sekarang, setelah tiga kali Pengajar Muda (sebutan guru Indonesia Mengajar yang datang ke sana), para guru sudah rajin masuk," paparnya.

Maka, kemudian, tugas Sisil adalah bagaimana mengajak beberapa stakeholder lain untuk sama-sama bersemangat meningkatkan kualitas pendidikan di Rote Ndao. Tidak putus asa, bersama sembilan anggota IM lainnya yang juga ditempatkan di Ndao, Sisil pun melakukan pendekatan kepada pihak-pihak terkait.

"Namun hal ini dapat dilewati dengan mudah karena kami bersepuluh (teman-teman penempatan Rote Ndao) selalu saling menguatkan dan saling menyemangati. Melalui pendekatan, para stakeholder akhirnya mau diajak bekerjasama. Terutama bapak-ibu guru yang semangatnya luar biasa," jelasnya. 

Sisil bercerita, semangat bapak-ibu guru di sana untuk terus belajar demi meningkatkan kualitas pendidikan sangat terasa. Hal tersebut terlihat dalam kegiatan Pelatihan 1.000 Guru besutan IM. Meski terpisah jarak yang cukup jauh dengan kondisi geografis yang sulit, para guru pun tetap mengikuti kegiatan tersebut.

Pelatihan berkat kerjasama dengan Dinas PPO dan WVI itu mendatangkan para pakar pendidikan psikologi anak, serta berbagai narasumber untuk memberikan materi terkait pembelajaran kreatif dan memotivasi para guru.

"Kami merasakan betul di sana, terutama saat para guru melakukan pembelajaran kreatif. Layaknya anak-anak SD, bapak-ibu guru ini larut dalam kesenangan saat melakukan berbagai percobaan. Tak jarang riuh tawa terdengar bersahutan. Padahal beberapa di antaranya adalah bapak-ibu guru yang di kelas terkenal dengan image galak," tutur jebolan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu. (bersambung) (rfa) 

Sumber: http://kampus.okezone.com
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori

Berita Terpopuler