Para narasumber pelatihan Musrif-Musrifah Asrama PTMA (Azhar Syahida/PWMU.CO)
Tingkatkan Kualitas Musyrif, Aslama PTMA Gandeng Pusdiklat UMM; liputan Azhar Syahida kontributor PWMU.CO dari Malang
PWMU.CO – Asosiasi Pengelola Asrama Mahasiswa (Aslama) mengadakan training Musyrif-Musyrifah dan Kader Muhammadiyah selama dua hari, Sabtu – Ahad (27-28/8/2022).
Kegiatan ini diselenggarakan dengan menggandeng Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Ketua pelaksana kegiatan Agus Supriadi Lc MHI menjelaskan training musyrif ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi para pembina asrama atau ma’had perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiah (PTMA).
“Untuk mendorong upaya pembibitan kader-kader persyarikatan Muhammadiyah, maka training ini penting untuk dihadirkan,” terang Agus
“Training inipun telah disesuaikan dengan kompetensi dibidang masing-masing,” imbuhnya.
Kegiatan yang bertajuk Peran Strategis Aslama dalam Meningkatkan Kualitas SDM Musrif-Musrifah dan Kader Muhammadiyah ini dilaksanakan secara hybrid (online dan offline). Pelatihan ini diikuti sebanyak 453 peserta dari berbagai asrama (PTMA) di seluruh Indonesia.
Agus menilai peningkatan kualitas pembina asrama PMTA itu sangat penting. Menurutnya asrama mahasiswa merupakan tempat yang strategis untuk mengembangkan wawasan dan kepribadian kader persyarikatan Muhammadiyah.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh Wakil Ketua Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr H Sudarnoto Abdul Hakim MA. Sudarnoto mengatakan training ini akan memberikan banyak manfaat bagi pembimbing asrama putra (musrif) dan pembimbing asrama putri (muarifah).
Training ini diharapkan dapat semakin memperluas wawasan kognitif musrif dan musrifah asrama mahasiswa di PTMA. Selain itu, pelatihan ini dapat menjadi sarana membangun kepribadian unggul musrif atau musrifah dna juga mahasiswa itu sendiri
“Di tengah kelangkaan kepribadian yang mulia, kegiatan ini adalah salah satu alternatif jawabannya,” terangnya secara online kepada seluruh peserta
“Sebab musrif dan musrifah tidak hanya berperan membangkitkan semangat belajar ilmu pengetahuan, tetapi juga berperan dalam memperkokoh kepribadian individu,” lanjutnya.
Sudarnoto mengatakan baik musrif ataupun musrifah memiliki peran strategis dalam memperkuat kepribadian kader persyarikatan. Karena mereka yang bersentuhan langsung dengan mahasiswa PTMA.
“Musrif dan musrifah ini adalah sosok yang langsung bersentuhan dengan para mahasiswa atau mahasiswi di asrama PTMA,” katanya.
Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyampaikan saat ini fenomena terjadinya degradasi moral semakin marak termasuk yang dilakukan oleh para pengajar di lembaga pendidikan di Indonesia. Seperti kasus korupsi yang justru terjadi di dalam tubuh institusi pendidikan itu sendiri (perguruan tinggi).
Maka, menurut lulusan McGill University Canada ini mengatakan aspek pembangunan kepribadian yang berkarakter mulia adalah kebutuhan substansial yang semakin mendesak. Menurutnya poblematika institusi pendidikan di Indonesia itu, tidak hanya perkara kurikulum, modal, dan infrastruktur, tetapi yang lebih esensial adalah terkait pembangunan kepribadian unggul
“Apakah institusi pendidikan kita mampu melahirkan orang-orang handal yang berkepribadian unggul?” tanyanya kepada peserta.
Semantara itu, pembicara lainnya Dr Fauzan MPd menyampaikan asrama mahasiswa atau ma’had merupakan tempat yang baik untuk belajar tentang kehidupan. Hadir secara daring juga, Rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu mengatakan asrama adalah miniatur kehidupan bermasyarakat. Melalui asrama itulah para mahasiswa dan mahasiswi akan mengenal kehidupan yang beragam, bertemu dengan bermacam-macam wujud karakter dan kepribadian.
“Dari asrama inilah para mahasiswa mengenal beragam model kehidupan dan bertemu bermacam-macam karakter. Dalam konteks ini, asrama adalah miniatur kehidupan bermasyarakat,” terangnya.
Lebih lanjut, Fauzan menjelaskan Asrama juga berfungsi sebagai tempat belajar mengurai rasa ego, membangun rasa simpati dan empati. Menurutnya, kemampuan mengelola kepribadian seperti ini perlu menjadi perharian bersama karena nilai-nilai simpati dan empati itu mengalami degradasi di masyarakat.
Fauzan juga menilai kehidupan di asrama bisa dikembangkan menjadi wadah pengajaran nilai-nilai kehidupan yang sesuai dengan ajaran agama Islam yang inklusif dan berwawasan luas. Maka, dia menyebut asrama dapat menjadi lokus untuk mengenalkan ideologi Muhammadiyah yang berkemajuan.
Fauzan juga menerangkan kehidupan di asrama berperan dalam membangun individu-individu yang berpandangan santun dan luwes. Maka menurut Fauzan untuk mengembangkan asrama PTMA sebagai wadah membangun kepribadian yang unggul dan berkarakter mulia, maka para musrif dan musrifah perlu memiliki kemampuan komunikasi, kapasitas kognitif, dan kepribadian yang kuat untuk membina para calon kader persyarikatan yang tinggal di asrama.
Di akhir sesi Ketua I Aslama PTMA Dr Muhammad Ali Bakri MPd menyampaikan pelatihan yang diselenggarakan dua hari secara hibrid ini telah menemukan titik relevansi pentingnya meningkatkan kualitas para musrif dan musrifah asrama di seluruh PTMA.
Ali berharap training ini dapat melahirkan pembina asrama yang unggul. Dia meyakini musrif dan musrifah berperan penting dalam mensukseskan kaderisasi di persyarikatan.
“Musrif atau musrifah adalah garda terdepan atas kesuksesan proses kaderisasi yang dilakukan di asrama. Semoga melalui training ini akan lahir pembina asrama yang unggul,” harapnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni/AS