RADAR BOGOR- Selain menahan lapar dan dahaga, umat muslim yang menjalankan ibadah puasa Ramadan juga harus dapat menahan emosi, apalagi sampai berujung pada perkelahian fisik. Lalu, bagaimana hukumnya emosi bahkan sampai berkelahi saat menjalankan ibadah puasa? Apakah puasa orang tersebut jadi batal?
Terkait pertanyaan tersebut, Ahmad Fatoni, Lc., M.Ag yang merupakan Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang memberikan penjelasan. Berikut ulasannya.
Hakikat berpuasa adalah menahan dari segala sesuatu yang membatalkan puasa dari terbitnya fajar hingga tenggelamnya matahari. Dalam realita kehidupan sehari-hari, banyak ditemukan sebuah ungkapan, “jangan emosi, nanti puasamu batal loh!” Dari sikap emosional itu, terkadang berujung pada umpatan kemarahan, bahkan perkelahian. Lantas, benarkah marah-marah dan berkelahi karena emosi dapat membatalkan puasa seseorang?
Sikap marah atau berkelahi karena tidak bisa menahan emosi tidak membatalkan puasa. Namun, keduanya berpengaruh dalam kualitas puasa seseorang. Meskipun keduanya tidak membatalkan puasa, tetapi dapat mengurangi kualitas puasa, bahkan bisa menghilangkan sama sekali pahala puasa.
Pengurangan atau penghilangan pahala puasa seseorang tentu bukan kewenangan manusia untuk menentukannya. Hal ini menjadi hak prerogatif Allah SWT. Jika berbicara fikih dasar puasa, di situ memang tidak ada yang namanya marah dan berkelahi karena emosi bisa membatalkan puasa. Bahkan marah-marah atau berkelahi sepanjang hari pun tidak membatalkan puasa.
Kendati demikian, hakikat puasa adalah menahan diri dari segala nafsu keburukan, termasuk di antaranya menahan diri agar jangan emosi atau berkelahi. Maka dalam batas tertentu, ibadah puasa erat kaitannya dengan kesabaran. Dari segi bahasa, sabar sendiri berarti ‘menahan’ dan ‘mencegah’.
Sedangkan secara istilah, sabar ialah menahan diri dari sikap emosional, kemudian menahan lisan dari kata-kata kotor serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tak terkendali.
Bisa dikatakan, di antara tanda orang yang sukses puasanya adalah orang yang memiliki sikap sabar, yaitu mampu menahan diri, selain dari segala hal yang dapat membatalkan puasa, juga perkara-perkara yang sekiranya bisa merusak pahala puasa seperti berkelahi atau mengumbar emosi tanpa alasan. (jpg)