BERBEKAL kemampuan bahasa Inggris dan debat yang ia miliki sejak bangku sekolah, membuat Muhammad Rizky Firdaus aktif dalam berbagai kegiatan nasional maupun internasional saat mengenyam studi sarjana hukumnya. Wisudawan terbaik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) periode IV tahun 2020 ini memang sudah menyukai dunia internasional sejak lama. Tak heran jika dia memiliki mimpi setinggi langit untuk bisa merasakan sensasi belajar di luar negeri dan mengabdi bagi masyarakat saat kembali.
Deretan kegiatan internasional yang Rizky ikuti seakan tidak ada habisnya. Semua berawal dari keikutsertaannya dalam agenda penutupan Darmasiswa 2017, program unggulan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Kala itu, ia diminta untuk Liaison Officer (LO) bagi segelintir mahasiswa asing. Sejak saat itu pula, ia terus bergelut dengan kegiatan internasional lainnya, seperti Annual International Conference on Islam and Civilization, seminar hukum internasional dan agenda lainnya.
Ia juga sempat mengikuti Learning Express (Lex), program kerja sama antara Singapore Polytechnic (SP) dan UMM. Tergabung dalam grup bersama mahasiswa Singapura, ia berhasil membuat prototipe yang memberikan kemudahan bagi masyarakat. “Sangat menyenangkan bisa berinteraksi dan bekerjasama dengan teman-teman dari Singapura saat itu. Lebih-lebih proyek inovatif yang kami kerjakan memberikan dampak positif bagi warga sekitar,” ungkapnya saat diwawancara.
Selain itu, lulusan terbaik UMM yang sangat menyukai hukum internasional ini juga bercerita tentang keikutsertaannya dalam agenda National Universities Network Indonesia (NUNI) setahun yang lalu. Ia bersama perwakilan 21 universitas lainnya saling bekerja sama untuk memberikan solusi bagi permasalahan yang ada di tengah masyarakat. “Setelah melakukan diskusi dan kegiatan, kami juga diminta memberikan presentasi di hadapan 18 rektor perguruan tinggi se-Indonesia. Sungguh pengalaman yang luar biasa,” kenang wisudawan asal Madura tersebut.
Meski sibuk dengan kegiatan internasional dan pengabdian, tidak membuat Rizky abai dengan tanggung jawabnya untuk belajar. Terbukti dengan raihan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Rizki yang menyentuh angka 3,92. Di samping itu, ia juga pernah merasakan menjalani magang di Kejaksaan Agung Republik Indonesia. “Saya bersyukur berada di UMM. Banyak kegiatan nasional maupun internasional yang disediakan oleh pihak kampus. Jadi saya bisa mengembangkan kemampuan diri dengan leluasa,” tutur lulusan yang juga pernah menjadi bagian dari International Relation Office (IRO) UMM itu.
Perjalanan studi Rizky tidak bisa dibilang mudah. Ia sempat merasa terpukul dan terpuruk saat ayahnya meninggal di tengah kesibukannya mengerjakan tugas akhir. Hal itu membuatnya harus meninggalkan naskah skripsinya untuk beberapa bulan. Namun, ia akhirnya kembali menyelesaikannya demi membahagiakan keluarga. “Saya akhirnya sadar bahwa menyelesaikan studi sarjana ini adalah tanggung jawab saya. Predikat lulusan terbaik UMM ini juga saya persembahkan untuk mendiang papa. Saya yakin dia pasti bahagia melihat anak sulungnya berhasil menjadi seorang sarjana,” pungkas Rizky di akhir sesi wawancara. (*)