Anja Arowana Episcia Liviana bukan hanya seniman muda dan berbakat, tapi juga pelukis langka. Sebab, perempuan 24 tahun itu dipercaya kampusnya khusus membuat cenderamata untuk menteri hingga petinggi negara asing.
Dinding ruangan berukuran sekitar 2 x 3 meter itu penuh lukisan. Ada yang menyerupai wajah Wali Kota Malang Moch. Anton, Wali Kota Batu nonaktif Eddy Rumpoko, juga Bupati Malang Rendra Kresna. Lukisan beraliran realis ekspresionis itu menyerupai aslinya.
”Waktu itu saya coba-coba lukis tokoh-tokoh di Malang. Tapi tidak sempat saya kasihkan ke mereka (Anton, Rendra, dan Eddy Rumpoko, Red),” tutur Anja sembari menunjuk tiga lukisan bergambar kepala daerah Malang Raya saat ditemui di kosnya, Desa Tegalgondo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Jumat lalu (22/12).
Meski lukisan tersebut hanya disimpan di kosnya, tapi ER –panggilan Eddy Rumpoko– sudah tahu karya Anja. Kala itu, Anja mengunggahnya di akun Instagram miliknya. Mahasiswi strata dua (S-2) Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tersebut sempat kaget bercampur senang karena karyanya di-repost (diunggah ulang) oleh ER.
”Saya nggak nyangka sampai di-repost waktu itu,” kata Anja dengan wajah semringah, seolah kebahagiaan yang dia rasakan beberapa tahun silam itu tak pernah pudar.
Tetapi, bukan hanya lukisan tiga kepala daerah itu saja yang diunggah Anja di media sosial (medsos). Hampir semua karyanya dia unggah. Kebiasaannya mengunggah karya itulah yang membuatnya makin dikenal.
Kampus tempatnya menuntut ilmu, yakni UMM, memakai jasanya untuk membuat cenderamata berupa lukisan. Cenderamata itu hanya diberikan kepada orang penting yang menjadi tamu di UMM. Biasanya jadi pemateri seminar nasional atau kegiatan yang mengundang petinggi negara asing.
Menteri-menteri yang pernah dilukisnya di antaranya, Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa (Agustus 2017), Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu (September 2017), Sekretaris Kabinet Indonesia Pramono Anung (Agustus 2017), Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (Februari 2017), dan mantan Menteri Koordinator Perekonomian (Menko) sekaligus pengusaha Chairul Tanjung.
Selain itu, deretan petinggi negara asing juga pernah dilukisnya. Salah satunya, Duta Besar (Dubes) Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik (April 2017).
”Ibu Susi (Susi Pudjiastuti) sempat tertawa setelah mengetahui hasil lukisan saya. Saat itu saya menggambar Ibu Susi seolah-olah berada di danau UMM dan menaiki bebek air,” ungkapnya.
Semua pejabat yang dilukis Anja berhak membawa pulang hasil lukisannya. Itu karena kontrak Anja dengan UMM menyebutkan, hasil goresannya diserahkan kepada pejabat yang dilukis.
Namanya dikenal sebagai pelukis memang baru awal 2017. Namun, bakat melukis perempuan asli Sidoarjo tersebut sudah tampak sejak kecil. Kala itu, Anja kecil kerap melukis di dinding rumahnya.
”Awal mula suka melukis ya dari kecil. Saat TK suka mencoret-coret tembok, lalu menggambar di buku paket sekolah,” ungkapnya.
Kemudian, ketika beranjak SD, kakak sepupunya yang kuliah di jurusan arsitek mulai mengenalkan komik-komik kepadanya. ”Saya disarankan kakak untuk mulai mencoba menggambar anime (animasi). Dari sinilah saya mulai mencoba gambar-gambar anime,” tuturnya.
Lantaran sering berlatih, tangannya mulai lihai menggambar orang, lengkap dengan busananya. Setelah terbiasa melukis, Anja kemudian memberanikan diri mengikuti lomba-lomba lukis. Tak jarang juga dia membawa pulang predikat juara. Salah satunya, juara membuat karikatur dan manga (animasi komik khas Jepang).
Tak berhenti di situ, Anja juga pernah menjadi storyboarder yang menggambar sketsa sinopsis film di Kine Klub, unit kegiatan mahasiswa (UKM) tempat Anja berorganisasi. Karena kepiawaiannya menggambar secara digital, alumnus SMAN 2 Mojokerto itu juga ditawari menjadi freelancer untuk tugas yang sama, yakni sebagai storyboarder di Malang TV. Hal ini dilakoninya hingga lulus kuliah pada 2015 lalu.
Sementara itu, lukisan water color, aliran yang kini jadi andalannya, dia dalami sejak SMP. Lazimnya pelukis lain, Anja juga sempat minder.
”Waktu kali pertama mencoba melukis pakai cat air, kok hasilnya jelek ya? Jadi, saya sempat nggak suka,” tuturnya.
Lambat laun, persepsi Anja terhadap lukisan cat air berubah selepas dia mengetahui lebih jauh tentang lukisan tersebut.
”Setelah saya belajar otodidak, saya akhirnya paham kenapa dulu lukisan saya jelek. Ternyata alatnya salah. Ada alat khusus yang digunakan,” kata anak pasangan Drs Anjisman MPd dan Rida Dwiana itu.
Setelah tahu rahasianya, Anja makin terhanyut ke dalam dunia melukis dengan cat air. Hal ini karena sifat water color cenderung menghasilkan karya eksperimental. ”Ternyata persepsi saya salah. Water color itu menyenangkan. Kadang kalau kita campur warnanya, perpaduannya lebih bagus,” tuturnya.
Sejak saat itu Anja mendalami water color hingga sekarang. Dari hasil karyanya itu dia bisa mendapatkan penghasilan Rp 5–6 juta per bulan. ”Hobi janganlah dijadikan passion saja, tetapi juga harus bisa menghasilkan uang,” tuturnya.
Pewarta: Regina Citra
Penyunting: Mahmudan
Copy Editor: Arief Rohman
Foto: Dokumentasi Anja Arowana