Galit Gatut Prakoso, Satu-satunya Delegasi Indonesia dalam Forum UNESCO

Author : Humas | Selasa, 03 Oktober 2023 16:57 WIB | Radar Malang.ID - Radar Malang.ID

Galit Gatut Prakoso di sela-sela menghadiri Forum UNESCO di Tiongkok, 23 September lalu. (Galit Gatut Prakoso for Radar Malang)

Galit Gatut Prakoso di sela-sela menghadiri Forum UNESCO di Tiongkok, 23 September lalu. (Galit Gatut Prakoso for Radar Malang)

Arungi Sungai Sepanjang 6.300 Kilometer di Tiongkok

Menjadi satu-satunya delegasi Indonesia di ajang forum UNESCO, Galit Gatut Prakoso punya pengalaman tak biasa. Mulai menyisir sungai sepanjang 6.300 kilometer, hingga pertemuan dengan perwakilan dari 20 negara berkembang.

FAJAR ANDRE SETIAWAN

WAJAH Galit Gatut Prakoso ceria.

Pria berusia 34 tahun itu bersemangat menceritakan pengalamannya selama 19 hari mengikuti kegiatan yang digelar UNESCO, organisasi milik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang fokus menangani pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan.

Pada 4-23 September lalu Galit hadir dalam forum internasional tersebut.

Dia merupakan satu-satunya wakil Indonesia di ajang tersebut.

Dalam International Workshops on Frontiers in Ecohydrology yang digelar di Tiongkok tersebut, Galit terkesan ketika diajak mengarungi sungai Yangtze.

Itu merupakan sungai terpanjang di Asia sekaligus sungai terpanjang ketiga di dunia.

Nama sungai itu familiar dalam buku-buku pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) untuk SD.

”Saya ingat betul bahwa sungai itu sering dibahas saat saya masih SD dulu,” ujar dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tersebut.

Kapal pesiar yang membawa Galit dan rombongan tak hanya menyajikan keindahan sungai sepanjang 6.300 kilometer itu.

Tapi juga menyuguhkan tata kelola air yang bagus.

Kegiatan garapan UNESCO-IHP bersama the Chinese Academy of Sciences itu memang fokus pada tata kelola air.

Itu relevan dengan kegiatan Galit tabf mendampingi upaya konservasi subak di Tabanan, Bali.

Subak adalah ormas yang khusus mengatur sistem pengairan sawah di Bali.

Dari kegiatan itulah Galit mendapat kesempatan mengikuti kegiatan UNESCO.

Sebelum menjadi satu-satunya peserta asal Indonesia, dia menjalani serangkaian seleksi.

Mulai seleksi internal perguruan tinggi hingga seleksi langsung dari UNESCO.

Dia merupakan salah seorang anggota tim yang terlibat pendampingan konservasi subak Bali.

”Pendampingan Subak Bali dilakukan oleh empat tim dengan konsentrasi yang berbeda-beda,” ungkapnya.

Alumnus Universitas Gajah Mada (UGM) itu masuk dalam tim yang konsentrasi menangani pengelolaan air berbasis budaya dan kearifan lokal.

“Tim lainnya ada yang fokus pada bidang pangan dan sosial,” ucapnya.

Lantas, proses seleksi itu dilakukan dengan cara mengirimkan paper terkait pengelolaan air tersebut.

Selain itu, Galit juga harus mengirimkan profil dirinya dan cerita tentang apa yang sudah dia lakukan dalam hal pengelolaan air.

“Seleksinya sekitar Mei lalu dan diumumkan Juni lalu,” imbuhnya.

Tentu tak semua peserta lolos seleksi.

Hanya diambil 20 peserta dari total 20 negara berkembang.

Dengan demikian, satu negara hanya diwakili satu orang.

Selama hampir tiga pekan, Galit mengikuti berbagai rangkaian seminar terkait ekohidrologi.

Mulai dari pelatihan hingga diskusi ilmiah.

Masing-masing perwakilan negara juga diminta mempresentasikan paper yang telah dibuat.

“Saya sampaikan tentang kondisi subak Bali sebelum ada pendampingan, progresnya setelah pendampingan, dan target ke depan yang akan dicapai,” terangnya.

Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Program Studi (Kaprodi) Kehutanan UMM itu lantas mendapat respons dari berbagai pakar di bidang pengelolaan air.

Salah satunya terkait pemilihan objek konservasi yang jauh dari tempat tugas serta kekeringan dan banjir.

Galit merasa permasalahan pengelolaan air di berbagai daerah relatif sama.

Yakni kekeringan setiap kemarau panjang dan sedikit saja hujan langsung banjir.

“Ke depan, kita perlu melakukan manajemen pengelolaan air yang tepat agar hal itu (banjir) bisa diminimalkan,” ungkapnya.

Selain itu, aspek penting lainnya tentang ekohidrologi adalah menjaga sumber daya air dan melindungi lingkungan dari kepunahan.

Kegiatan itu bertujuan untuk saling membagikan pengetahuan dan pengalaman terkait ekohidrologi.

Itu juga melibatkan diskusi mendalam tentang isu-isu tentang siklus udara alam, konservasi ekosistem air tawar, dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

Bagi Galit, workshop itu menjadi ajang untuk mengenali lebih mendalam tentang demosite Subak.

Dengan begitu, demosite subak Bali yang dikelola oleh UMM dan UNESCO bisa mendapatkan rekognisi dunia.

“Dengan begitu, subak Bali bisa menjadi rujukan pengelolaan ekohidrologi dunia,” tandasnya.

Tahun ini tema yang di usung adalah The Role and Future of Country Demosites in Supporting World Ecohidrology.

Agenda tersebut akan berujung pada penyelenggaraan simposium internasional.

”Tahun depan Indonesia menjadi tuan rumah World Water Forum,” pungkasnya.(*/dan)

Sumber: https://radarmalang.jawapos.com/sosok/813039120/galit-gatut-prakoso-satu-satunya-delegasi-indonesia-dalam-forum-unesco?page=4
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori

Berita Terpopuler