Inspirasi Tiga Ibu Tangguh dengan Anak-Anak Istimewa (2) Terbitkan Buku untuk Abadikan Momen Spesial

Author : Humas | Jum'at, 22 Desember 2017 11:36 WIB | Radar Malang.ID - Radar Malang.ID

Pengalaman merawat anak dengan autis juga dirasakan Dra Frida Kusumastuti MSi. Dosen FISIP UMM (Universitas Muhammadiyah Malang) ini dikaruniai 2 anak laki-laki, Wildan R. Lazuardi, 21, dan Ghulam R. Lazuardi, 19. Saat memasuki usia 2 tahun, Wildan didiagnosis autis.

”Awalnya perasaan kami masih biasa. Baru setelah mengenal autisme, semakin sedih. Sebab, saat itu kemajuan tentang penanganan autis masih sangat minim, sulit diakses karena jauh dari pakar dan biayanya sangat mahal bagi kami,” ungkap perempuan kelahiran 1969 ini.

Frida menuturkan, pada masa itu, tepatnya 1998 silam, belum banyak info yang membahas tentang autisme, terlebih saat itu internet belum populer. Namun, dia dan keluarganya tak patah semangat dan berusaha seoptimal mungkin. Pada awal perawatan, setiap hari dia harus berangkat ke Surabaya untuk mengantarkan anaknya melakukan terapi privat oleh tenaga terlatih. Terapi ini berlangsung hingga 2001.

”Setelah 2001 silam, kami baru pindah tempat terapi di RSI Dinoyo, yang saat itu baru saja membuka unit terapi autis,” imbuhnya.

Perempuan kelahiran Batu ini menyebutkan, sebagai penyandang autis, anaknya telah mengalami gangguan kemampuan interaksi sosial dan komunikasi.

”Sebagai anak autis, dia sulit menjalin rasa empati dengan orang lain. Dia juga sibuk dengan dunianya sendiri dan tidak bisa menerima orang lain masuk ke dunianya,” terang dia.

Frida menuturkan, anaknya juga cenderung no verbal atau tidak bicara dengan lisan. ”Jadi, untuk mengetahui maksud yang diungkapkannya, kami lebih banyak menggambar untuk mengetahui kode verbalnya,” tutur magister IPB ini.

Selain mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, gangguan autistik juga berpengaruh terhadap kemampuan akademik Wildan (putra sulung Frida). Jadi, Frida pun memutuskan melihat kemampuan yang menonjol dari sang anak. ”Setelah kami cari tahu, ternyata kemampuannya adalah menggambar,” tuturnya.

Sebagai orang tua yang ingin anaknya maju, dia pun segera mencarikan guru lukis untuk Wildan. Hal ini dia upayakan sejak Wildan berusia 10 tahun. ”Kami fokuskan dia melukis hingga akhirnya dia bisa ikut lomba yang sekaligus juga ada pameran lukisannya” ujarnya.

Tempat-tempat tersebut di antaranya di perpustakaan kota, Dome dan event kampus seperti di UMM, UB, maupun UM. Alhasil, Frida berhasil menuntun Wildan menghasilkan karya yang semakin bagus hingga menarik minat banyak orang. Beberapa di antaranya bahkan memesan lukisan Wildan untuk dicetak di kaus.

Tak hanya itu, Frida juga menerapkan model pembelajaran Prompt. Pada model ini, anak dapat belajar melakukan aktivitas berdasarkan mengamati anggota keluarga yang melakukan hal itu.

”Jadi, dia meniru alias mengimitasi kami. Itu pula yang menjadi cara pendekatan kami dalam mengajari keterampilan hidup,” ungkapnya.

Dari model inilah, Frida mendidik Wildan menjadi anak yang mandiri sejak usia 11 tahun. ”Seiring waktu berjalan, anak kami semakin menunjukkan adanya peningkatan kemampuan sosial juga house keeping. Atas inisiatifnya sendiri, dia mengambil alih tugas house keeping di rumah,” imbuhnya.

Beberapa keterampilan yang dibiasakan dan diajarkan mencakup kapan semua lampu rumah dinyalakan dan dimatikan, melipat semua selimut, merapikan baju, mencuci peralatan makan dan alat dapur yang kotor, hingga memastikan pintu dan jendela terkunci, menutup gorden.

Menurut Frida, setiap hari adalah sebuah momen spesial jika dilakukan bersama anaknya. Karena begitu spesialnya, Frida bahkan mengabadikan momen-momen tersebut ke dalam tulisan berseri. Tulisan ini biasanya dia bagikan di status Facebook. Sekitar 500 tulisan yang sudah dia bagikan ke publik, sementara 250 tulisan di antaranya disusun sebagai e-book dengan judul Belajar Sebagai Manusia yang juga dapat diunduh secara gratis.

Tak berhenti di e-book, sebelumnya dia juga menulis dalam microblog yang kemudian dicetak menjadi buku berjudul ”Kekuatan di Balik Autisme” yang bisa dibeli di toko-toko buku. Buku ini cukup laris hingga dicetak sebanyak 4.000 eksemplar.

Pewarta: NR3
Penyunting: Achmad Yani
Copy Editor: Dwi Lindawati
Foto: Darmono

Sumber: https://www.radarmalang.id/inspirasi-tiga-ibu-tangguh-dengan-anak-anak-istimewa-2/
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori

Berita Terpopuler