MALAS BIKIN SKRIPSI, PILIH BURU BEASISWA DEMI KELILING DUNIA

Author : Humas | Minggu, 29 Oktober 2017 09:29 WIB | Radar Malang.ID - Radar Malang.ID

Keliling dunia tidak harus merogoh kocek sendiri. Dengan modal beasiswa, Eka Satria Putra bisa mengunjungi empat benua. Mulai Benua Asia, Eropa, Afrika, hingga Amerika.

Eka Satria Putra terlihat menggebu-gebu saat menceritakan pengalamannya keliling empat benua. Dia mengaku banyak pengalaman berharga yang didapatkan di negara-negara yang dikunjunginya. Mahasiswa yang akrab dipanggil Ikki tersebut lebih bersemangat lagi saat menceritakan Kota Cappadocia. ”Kota paling berkesan dari semuanya yang pernah saya kunjungi. Seperti negeri dongeng” ungkapnya sembari memperlihatkan fotonya di balon udara dan di antara tebing-tebing kota tersohor di Turki tersebut.

Saat ditanya soal bagaimana dia bisa berkeliling dunia, Ikki mengaku awalnya suka coba-coba mendaftar di berbagai event konferensi internasional. Sejak 2015, dia memang sudah mengikuti berbagai konferensi di sejumlah negara. Di antaranya, ASEAN Leaderpreneur Conference (ALC) 2015 di Kuala Lumpur Malaysia, 10th Global Youth Peace Fest (GYPF) 2015 di Chandigarh India, XII Asian Youth Council General Assembly, ”ONE ASIA-2015” di Ulaanbaatar Mongolia, serta konferensi internasional lainnya yang diselenggarakan di Malang, Mojokerto, Surabaya, dan Bandung.

Sejak itulah, alumnus SMAN 1 Sumbawa Besar ini memutuskan ingin berkeliling dunia. ”Mau keliling dunia yang nggak cuma jalan-jalan, tapi dapat ilmu sebanyak-banyaknya. Kalau bisa, yang dibiayain juga, hehe” ujar pemuda 23 tahun ini.

Untuk meraih cita-cita keliling dunia itu, awalnya dia sempat apply beasiswa melalui kampus sekitar pada 2015. Namun, Ikki belum juga beruntung mendapatkannya. ”Waktu itu, kampus (Universitas Muhammadiyah Malang/UMM) kerja sama dengan Erasmus Mundus, tapi belum dapat,” ujar mahasiswa semester 9 jurusan Hubungan Internasional UMM ini.

Tak disangka, saat jenuh mengerjakan skripsi pada 2016, Ikki iseng-iseng mencoba apply beasiswa Erasmus Mundus secara mandiri. ”Saya coba-coba saja, siapa tahu dapat. Alhamdulillah dapat,” ujarnya.

Pria kelahiran Sumbawa Besar 1 Desember 1993 ini mendapat kesempatan kuliah di University of Evora, Portugal, periode September 2016. Dia menjalani kuliah jurusan hubungan internasional selama dua semester atau setara 10 bulan. ”Untungnya, dapat jurusan yang sama dengan di UMM. Jadi, saya bisa belajar lebih luas lagi,” katanya.

Ikki pun sempat mengalami hal nahas sebelum berangkat ke Portugal. ”Waktu mau berangkat ke Portugal dari Jakarta, saya mau ambil HP (handphone) untuk dipakai ngrekam. Ceritanya ingin bikin vlog. Eh, gak tau gimana HP-nya sudah hilang,” kisahnya.

Ikki mengaku, dia menangis saat menyadari HP pemberian orang tuanya itu hilang. ”Saya sangat menghargai pemberian orang lain, apa lagi orang tua. Sebisa mungkin saya harus jaga. Waktu HP itu hilang, saya nangis,” kenangnya, lalu tertawa. HP yang hilang itu, Ikki menambahkan, sudah tidak ada di pasaran lagi. ”Akhirnya, beli HP lagi setelah nangis-nangis cerita ke orang tua” ujarnya.

Tidak sampai di situ nasib nahas yang dialaminya. Setelah kehilangan HP, Ikki berangkat ke Portugal membawa dengan HP baru. Saat sampai di Bandara Portugal, Ikki kembali kehilangan HP yang baru saja dibelinya. ”Ya ampun panik banget. Masak baru beli hilang lagi?” kata Ikki saat menceritakannya kepada wartawan koran ini.

Akhirnya, dia bertanya kepada petugas bandara. ”Disarankan mencari informasi ke polisi bandara. Eh ternyata HP-nya memang sudah di bapak polisi itu,” ujar pemuda yang hobi menggambar dan olahraga ini.

Saat menjalani perkuliahan semester satu di University of Evora, Portugal, Ikki benar-benar memanfaatkan waktu dan kesempatan yang dimilikinya. Dia tidak sekadar kuliah dan belajar. Ikki juga bergabung dalam organisasi Perserikatan Pelajar Indonesia (PPI) Portugal. Selain itu, dia mendaftarkan diri ke kompetisi Model of United Nations (MUN). Oleh panitia, dia dipanggil sebagai peserta untuk mengikuti International MUN 2017 di Kenitra, Maroko. Saat itu, Ikki memberanikan diri jauh-jauh ke Maroko yang terletak di Benua Afrika untuk mengisi rasa haus jiwa petualangnya. ”Modal berani saja sih. Sekalian jalan-jalan” ujarnya putra dari pasangan Sahaluddin dan Masnawati ini.

Sembari mengikuti kompetisi tersebut, dia pergi mengelilingi Jerman, Ceko, Hungaria, Belanda, Belgia, dan Prancis. Untuk mengelilingi negara-negara tersebut, Ikki mengaku tidak banyak mengeluarkan biaya. ”Nginap di rumah penduduk lokal, kadang sampai dikasih makan juga,” ujarnya. Kemudahan itu dia dapatkan dari menggunakan aplikasi Couchsurfing. Yakni, aplikasi yang menyediakan jasa kesediaan orang lokal menampung turis. ”Tapi hati-hati juga, kadang banyak penyedia jasa yang menjurus pada seksual,” ujar anak pertama dari dua bersaudara

Beberapa waktu kemudian, dia kembali menjadi peserta World MUN di Montreal, Kanada. ”Sayangnya, visa saya nggak bisa dipakai ke Kanada,” ujarnya. Sebagai gantinya, dia pergi mengunjungi Irlandia. Tak lama, dia pun menjadi peserta Galatasaray MUN 2017 di Istanbul, Turki. Di sinilah dia mengunjungi Kota Coppadocia, kota teristimewa bagi Ikki. ”Semua tebing-tebingnya alami. Bangunan-bangunan dari batu yang menakjubkan seperti zaman dulu,” kisahnya.

Saat semester dua di University of Evora, Portugal, perkuliahannya tidak banyak masuk kelas. ”Lebih banyak tugas yang dikirim via e-mail. Jadi, saya pakai waktunya sekalian jalan-jalan” ungkap pria yang juga bisa berbahasa Jepang ini.

Dia kembali mengepakkan sayapnya mengelilingi Roma (Italia), Yunani, Georgia, hingga Polandia. Kemudian, Ikki mendapat kesempatan mengikuti konferensi Symposium of Indonesian Student in America-Europe 2017 yang diselenggarakan oleh PPI Dunia Kawasan Amerika-Eropa. Dia senang bisa menginjakkan kaki di Benua Amerika tanpa mengeluarkan biaya sepeser pun. ”Sekalian mendapat ilmu tentang e-commerce orang Indonesia yang menjalani startup di Amerika Eropa,” jelasnya.

Menurut dia, dengan uang beasiswa yang digunakannya untuk mengelilingi empat benua tersebut, dia masih bisa membawa pulang setengah dari total uang beasiswa itu. Uang tersebut sebagian dia berikan kepada orang tuanya.

Setelah menyelesaikan studinya di Portugal selama 10 bulan, Ikki kembali ke Indonesia pada Juli 2017. Di bulan yang sama, dia mengikuti ASEAN Youth Exchange Program di University of Chulalongkorn, Thailand. Kesempatan itu pun tak mau disia-siakan. Ikki pergi berkelana ke Kamboja hingga Singapura. Sekembalinya ke Indonesia, Ikki berangkat ke Seoul, Korea. Mahasiswa yang juga suka mengikuti kompetisi debat ini berangkat ke Korea dalam rangka konferensi 28th International Youth Forum 2017.

Mengelilingi berbagai dunia tak membuatnya puas. ”|Sebenarnya, di mana saja sama, asalkan kita bisa beradaptasi,” katanya. Meski begitu, Ikki sangat bersyukur bisa mengelilingi berbagai belahan dunia. ”Jadi, bisa berinteraksi sama siapa saja” ujarnya. Total ada 23 negara di 4 benua yang sudah dikunjunginya.

Sekarang, Ikki sudah mendaftarkan dirinya mengikuti beasiswa ke Dubai, Pakistan, Rusia, dan Tiongkok. ”Sambil nunggu call back, sembari menyelesaikan skripsi, hehe” pungkasnya.

Pewarta : Khulda Rahmatia
Penyunting : Kholid Amrullah
Copy Editor : Indah Setyowati
Fotografer : Eka Satria Putra

Sumber: http://www.radarmalang.id/malas-bikin-skripsi-pilih-buru-beasiswa-demi-keliling-dunia/
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori

Berita Terpopuler