Tinggal jauh dari orang tua semasa sekolah membuat Aprillia pernah memakai sepatu rusak. Kala itu transfer uang memang tak segampang sekarang. Pengalaman itu ternyata justru mengantarkannya menekuni dunia produksi sepatu.Termasuk menyumbangkan sepatu ke pelosok daerah di Kabupaten Malang hingga Papua.
ALIFIANI KURNIA RISDIANTI
LATAR belakang pendidikan Aprillia tidak ada kaitannya dengan dunia sepatu. Perempuan yang kini tinggal di Mulyoagung, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, itu merupakan lulusan Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Keputusannya untuk menjalani bisnis produksi sepatu custom justru terinspirasi beberapa pengalaman yang kurang mengenakkan.
Perempuan kelahiran Malang, 26 April 1993 itu mulai memproduksi sepatu sejak 2014.Seluruh produknya bisa dibilang eksklusif.Selain menggunakan bahan dasar kulit hewan, desainnya dibuat berdasar permintaan pemesan atau custom.Dengan berbagai kekhususan itu, Aprillia bisa mendapat pelanggan dari luar negeri.
”Tahun 2016 dapat pembeli dari Riyadh, Arab Saudi. Itu pengalaman pertama melayani pembeli dari luar negeri,”kenang Ibu satu anak itu. Karena sepatu dibuat secara hand madedan by order, Aprillia sempat kesulitan menentukan ukuran kaki pemesan. Namun semua itu bisa diatasi setelah dia membuat tutorial pengukuran boots bagi setiap customer. Sebelum sepatu dibuat, pembeli mengukur sendiri kakinya sesuai tutorial, kemudian mengirimkan hasilnya ke Aprillia.
Hingga saat ini, pemesan sepatu kulit buatan Aprillia sudah berasal dari berbagai negara.Seperti Malaysia, Singapura, Hongkong, Oman, Arab Saudi, Vietnam, Turki, hingga Amerika.Kebanyakan pembelian dilakukan perseorangan.Namun pembeli dari luar negeri selalu memborong 2hingga 6 pasang sepatu dalam sekali transaksi.Cara itu bisa mengurangi biaya ongkos kirim jika dibandingkan dengan pembelian berkali-kali.
”Ongkos kirim memang selalu menjadi kendala pelayanan terhadap customer dari luar negeri. Banyak yang ingin membeli, namun akhirnya dibatalkan setelah mengetahui ongkos pengiriman yang bisa senilai i harga sepatunya,” terang perempuan 29 tahun itu.Ongkirmenjadi sangat mahal jika pembelinya berasal dari Eropa dan Amerika.
Namun hal itu tak menyurutkan semangatAprillia untuk mengembangkan produknya.Pasar di dalam negeri juga sangat luas.Apalagi dia juga mengusung misi membantu siswa di berbagai pelosok daerah dalam mendapatkan sepatu yang sangat layak.
Sejak 2019, Aprillia selalu menyisihkan 10 persen dari penjualan sepatu untuk donasi.Namun saat ini nilai donasi itu sudah ditingkatkan.Tiap penjualan satu item barang produksinya selalu diikuti dengan donasi satu item produk pula. Baik sepatu maupun tas.
”Kalau ditotal,lebih dari seratus sepatu yang sudah saya donasikan. Kelihatannya memang kecil.Itu karena dulu saya hanya mendonasikan 10 persen dari harga sepatu. Sekarang sudah berubah,” terang dia.
Beberapa pelosok di wilayah Kabupaten Malang, seperti Tirtoyudo, Dampit dan Dau sudah menjadi sasaran pengiriman donasi sepatu untuk anak sekolah. Donasi yang dilakukan bahkan hingga ke Nabire, Papua.Proses penyalurannya dibantu kerabatAprilliayang bertempat tinggal di Nabire. ”Kalau untuk donasi itu kebanyakan saya tanya dulu ke teman-teman tentang daerah mana yang butuh,” imbuhnya.
Apa yang dilakukan Aprillia itu bermula dari pengalaman pribadi.Sejak SMP hingga kuliah,dia menempuh pendidikan jauh dari orang tua. Tinggal sendirian di Kota Malang, sementara keluarganya berada di Samarinda. Saat duduk di bangku SMP, sepatu yang dia kenakan robek dan tak layak pakai.Namun Aprilliaharus menunggu lama akibat kendala teknologi saat itu.Ia tak bisa mendapatkan uang transfer secara cepat.
”Keesokan harinya saya ke sekolah pakai sepatu yang sudah robek gara-gara olahraga. Kalau ingat pengalaman itu, saya selalu ingin membantu siapapun untuk mendapat sepatu layak,” ujarnya.
Tekad untuk terus mendonasikan sepatu semakin kuat saat Aprillia menjalani hobi touring menggunakan motor.Dia sudah menjelajah berbagai daerah, seperti Maluku, Bali, hingga Sulawesi.Selama melakukan touring, dia menemukan banyak hal. Termasuk siswa SD yang berangkat sekolah dengan alas kakinya rusak.
Kini, kiprah Aprillia di bidang produksi sepatu custom tak bisa dipandang sebelah mata.Dia telah berhasil menyabet tiga penghargaan nasional. Di antaranya, 10 Besar Pengusaha Muda BRIlian Batch 1 pada 2020. Lalu juara 3 Inkubator Bisnis Teknologi Alas Kaki Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (IBT BPIPI) pada 2021.Terakhir juara 3 National Investment Challenge Surabaya Business Forum tahun 2022.
”Kalau ditanya bakal bagaimana ke depan, yang jelas bakal gencar donasi sepatu ke semua pelosok negeri. Dan juga bakal terus mengembangkan usaha karena saya ingin mempekerjakan banyak orang,” tandasnya.(*/fat)