KOTA MALANG – Rempah adalah komoditas seksi yang memikat banyak negara lain datang ke Indonesia dan menjadikannya komoditas tinggi di pasar dunia. Sebuah potensi melimpah di Indonesia yang sayangnya banyak dari masyarakat kita belum sadar betapa “kaya”-nya kita sebenarnya. Sebuah pekerjaan rumah besar terutama untuk generasi muda agar lebih mengenal rempah dan memanfaatkannya secara maksimal.
Berawal dari keprihatinan inilah maka dua orang dosen dari Universitas Muhammadiyah Malang yakni Novin Farid Styo Wibowo MSi dan Eka Khadarpa Utama Dewayani MM berkolaborasi dengan alumni UMM Wahyu Pratomo dan beberapa mahasiswa membuat bisnis kuliner berbahan dasar rempah rempah khas Indonesia dengan nama Rempah Empire.
“Nama Rempah Empire sebenarnya agar lebih mudah dikenal sih, karena terlebih dahulu kita sudah sering dengar istilah Sunda Empire yang katanya ingin mengembalikan tatanan dunia. Rempah empire cita-citanya ingin mengembalikan harkat rempah Indonesia menjadi komoditas yang dihargai dan dihormati oleh bangsanya sendiri,” kata Dosen UMM, Novin Farid Styo Wibowo.
Konsep Rempah Empire menggabungkan konsep kedai minuman rempah, makanan tradisional, alam, edukasi dan budaya. Berada di lahan 3000 m2 Rempah Empire tidak hanya kedai namun juga terdapat lahan kebun dengan tanaman aneka rempah, ’empon-empon’ dan sayur organik dimana sebagian besar minuman rempah dan produk makanan diambil dari kebun langsung ‘raw material’. Selain lahan kebun juga disediakan space untuk kegiatan komunitas, outbound dan panggung budaya.
Beberapa produk minuman rempah diberi nama-nama unik seperti Rempon (Rempah Empon-Empon) yang merupakan gabungan berbagai rempah dan empon-empon untuk imunitas tubuh, kemudian Ande-ande lumut yang berbahan dasar lemon, jahe, daun mint, sereh, cengkeh, madu dan lain-lain untuk recharge tubuh dan detoksifikasi.
Produk minuman lain juga mempunyai nama yang unik, seperti Brama Kumbara, Mantili, Ayu Mandira, Jaka Sembung dan sebagainya. Semua resep minuman ini sudah melalui tahap percobaan berkali kali hingga menemukan padu padan yang pas. Jika di bisnis kopi dikenal istilah Barista sebagai peracik kopi, maka untuk rempah dikenal istilah Acaraki sebagai peracik rempah/jamu.
“Secara bisnis kami coba mencari relung pasar (market nicher) spesifik dan akhirnya kami memutuskan minuman rempah ini, karena belakangan ini semua fokus di bisnis Kopi, nampaknya pasar mulai jenuh dan mencari sensasi minuman lain menarik. Minuman rempah ini tidak hanya bergerak di rasa, bau dan warna namun lebih dari itu, ada proses storytelling dan edukasi dari setiap produk minuman yang disajikan sehingga membuat nilainya jauh lebih tinggi dari produknya itu sendiri,” imbuh Eka Khadarpa Utama Dewayani, salahs atu inisiator Rempah Empire.
Rempah Empire yang berada di Beji Batu, mulai buka sejak pertengahan April lalu sempat berhenti karena peraturan pemerintah akibat wabah covid 19. Saat ini Rempah Empire kembali buka dengan menerapkan protocol kesehatan. Pembukaan Rempah Empire sabtu 13 Juni 2020, terasa istimewa dikarenakan dikunjungi tamu kehormatan dari rombongan Keraton Solo dipimpin Kanjeng Pangeran Edi Wirabumi dan istri.
Rombongan dan pangeran kemudian mencoba beberapa menu minuman rempah dan memberikan apresiasi yang tinggi atas produk minuman rempah ini. Selain itu beberapa kalangan dari Pemerintahan kota Malang dan Batu, Komunitas, konservator, budayawan, mahasiswa dan beberapa influencer juga turut hadir dan menikmati berbagai minuman rempah di Rempah Empire.
“Kami berharap Rempah Empire ini menjadi wadah bagi siapa saja yang ingin belajar rempah, termasuk wadah bagi inkubasi mahasiswa UMM yang ingin belajar bisnis dengan praktek yang lebih riil di sektor kuliner dan edukasi rempah,” pungkasnya.
Foto: Rempah Empire
Penyunting: Fia