Kekuatan Marta Frily Adetya bertarung bak pendekar muda dalam cerita silat saja. Meski mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini tidak mendalami silat, melainkan kempo, tetap saja kemampuan bertarungnya bisa membuat gentar lawan tandingnya.
Beradu tangkas di Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (Pomnas) 2019, wanita yang akrab disapa Marta ini turun di cabang olahraga kempo kategori Randori (tarung bebas) di kelas 55 kg.
Marta sendiri berhasil terpilih mewakili Provinsi Jawa Timur setelah dirinya menjadi yang terbaik pada Pekan Olahraga Mahasiswa Daerah Jawa Timur beberapa bulan lalu. Berlokasi di GOR Cempaka Putih Jakarta Pusat, Marta berhasil menjadi yang terbaik setelah menumbangkan perwakilan dari Provinsi Lampung di partai final.
”Tidak mudah, karena saya berjuang melawan 19 peserta lain dari berbagai provinsi yang tersebar di Indonesia,” kata dia. Perhelatan yang digelar 24–26 September ini mengharuskan Marta membuat strategi hingga latihan ekstra keras untuk fisiknya.
Usaha keras ini sebenarnya untuk membalas kegagalan yang dialami pada Pomnas tahun 2017. ”Yang paling membedakan adalah porsi latihan dan juga jam terbang. Alhamdulillah, untuk saat ini porsi latihan sudah lebih baik dan jam terbang juga semakin bertambah,” ungkap Marta.
Menurut wanita kelahiran Malang, 5 Januari 1998 ini, selain porsi latihan yang cukup, dia juga memiliki strategi tersendiri. ”Saya tidak mau tahu latar belakang dan track record lawan. Soalnya kalau tahu, bisa mempengaruhi mental dan juga fokus saya,” kata dia.
Termasuk lawannya di partai final pun dia tidak mengetahuinya. Pokoknya tanding. Tak heran, kerja keras Marta latihan pergi-pulang Malang-Surabaya tuntas dibayar satu medali emas Pomnas.
Saat ini, putri dari pasangan Hariono dan Bawon Suci Sri Widat ini juga berhasil menembus tim Pra-PON Jatim yang saat ini sedang disiapkan untuk mengikuti seleksi PON XX di Banjarmasin, tahun depan.