Harga Tersembunyi: Stabilitas Rumah Tangga Pernikahan Dini

Author : Humas | Senin, 19 Juni 2023 15:53 WIB | Radar Mojokerto - Radar Mojokerto

Tiffa Thrisea Bias Sawala, mahasiswa prodi Ilmu Pemerintahan, Universitas Muhammadiyah Malang (dok pribadi)

Tiffa Thrisea Bias Sawala, mahasiswa prodi Ilmu Pemerintahan, Universitas Muhammadiyah Malang (dok pribadi)

Oleh : Tiffa Thrisea Bias Sawala, mahasiswa Prodi Ilmu Pemerintahan, Universitas Muhammadiyah Malang

DI zaman yang super sibuk pada saat ini, seringkali para orang tua dianggap kurang dalam hal memberi pengawasan kepada anaknya. Para ibu dan ayah yang sibuk bekerja demi memenuhi kebutuhan keluarga harus mengambil resiko bahwa anaknya berada dalam pergaulan yang di mana diluar kendali mereka. Para orang tua tidak lagi memiliki kontrol penuh atas jenis lingkungan apa di mana anak mereka berada. Banyak di antara anak-anak yang masih berada dalam lingkungan positif dan tidak sedikit juga diantara mereka yang berada pada lingkungan yang salah. Kesalahan dalam pemilihan lingkungan ini berdampak kepada masa depan anak itu sendiri. 

Menurut data yang ada, pada Februari 2023 silam, tercatat sebanyak 449 remaja usia SD-SMA yang megajukan pernikahan dini di Kota Mojokerto. Data ini dirilis langsung oleh Pengadilan Agama (PA) kelas IA bahwa terhitung selama satu tahun semenjak 2022 sudah tercatat sebanyak 449 remaja yang mengajukan pernikahan dini. Sebanyak 154 remaja berusia SMP yang terdiri dari 2 remaja usia 14 tahun, 45 remaja usia 15 tahun, dan 87 remaja usia 16 tahun. Sedangkan sebanyak 294 remaja usia SMA yang terdiri dari 98 remaja usia 17 tahun dan 196 remaja usia 18 tahun. Menyedihkan saat diketahui fakta bahwa ada 1 pemohon yang masih berusia 12 tahun yang dimana ia masih duduk di bangku SD.

Tidak sedikit dari mereka yang melakukan pernikahan dini dikarenakan faktor dari kehamilan diluar pernikahan atau yang sering kita sebut sebagai MBA (married by accident). Seperti yang sudah-sudah bahwa dasar dari hal ini dapat terjadi salah satunya adalah kurangnya peran orangtua dalam pengawasan anak dan juga rendahnya pengetahuan anak-anak mengenai kehidupan setelah berumah tangga. Kebanyakan dari mereka kurang paham atau bahkan tidak tahu mengenai kehidupan setelah berumah tangga. Karena pada faktanya kehidupan berumah tangga tidak seindah seperti apa yang mereka bayangkan. Realitas kehidupan berumah tangga tidak sesederhana hidup bersama dengan orang yang kita cintai dan berbagi cinta kepada satu sama lain. Tidak seindah dan sebahagia seperti apa yang mereka bayangkan. Tentu saja ada ‘harga’ yang harus mereka bayar dalam kehidupan rumah tangga yang mereka jaani nantinya.

Banyak dari mereka yang pada awalnya memilih menikah dini dan berujung kepada perceraian. Beberapa penyebabnya dikarenakan tidak stabilnya kehidupan rumah tangga yang sedang mereka jalani, masing-masing pihak yang sama-sama masih memiliki emosi yang belum dapat dibilang stabil, keuangan yang kacau balau, perkelahian-perkelahian yang terus menerus muncul dan tidak lagi dapat diselesaikan. Hal ini terjadi karena memang kurangnya pengetahuan dari mereka mengenai arti sesungguhnya dari sebuah pernikahan itu sendiri. Mereka belum atau bahkan tidak paham tentang arti dari sebuah pernikahan dan apa saja tantangan yang akan dihadapi setelahnya.

Pernikahan dini dapat diatasi jika para orang tua dapat memberikan pengawasan yang lebih intensif terdahap anak-anak mereka terhadap lingkungan seperti apa yang harus dipilih oleh anak tersebut. Namun seringkali ditemui juga bahwa para orang tua juga belum paham betul bagaimana cara mendidik anak dengan cara yang baik dan benar sehingga dapat menghasilkan anak-anak dengan kepribadian yang baik. Karena pada dasarnya para anak tidak dapat memilih ingin dilahirkan dari orang tua, keluarga, dan lingkungan yang seperti apa. Namun sebagai orang tua, kalian dapat memilih harus menjadi orang tua yang seperti apa untuk calon anak-anak kaian kelak.

Pendidikan mengenai kehidupan setelah berumah tangga menurut saya harus diajarkan sedini mungkin. Generasi muda dapat diajarkan dengan pemberian gambaran tentang bagaimana kehidupan pernikahan, kehidupan berumah tangga, bagaimana cara berumah tangga, dan apa saja tantangan yang akan dihadapi dalam berumah tangga. Realitas-realitas seperti itu sudah saatnya diberikan kepada para generasi muda, agar mereka memiliki pemahaman ilmu yang jauh lebih luas mengenai kehidupan berkeluarga/berumah tangga. Sehingga diharapkan agar para generasi muda akan berpikir panjang dalam pengambilan keputusan hidup sebesar ini (jenjang pernikahan). Sudah saatnya para generasi muda diberikan realitas yang sesungguh-sungguhnya, tidak peduli realitas itu pahit atau tidak. Agar pandangan mereka dalam pernikahan berubah dan akan berpikir panjang jika ingin menikah. Apakah mereka sudah dirasa sanggup atau tidak dalam menghadapi realitas kehidupan berumah tangga yang sesungguhnya. (*)

Sumber: radarmojokerto.jawapos.com/sambel-wader/amp/821129209/harga-tersembunyi-stabilitas-rumah-tangga-pernikahan-dini
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori

Arsip Berita

Berita Terpopuler