Prof. Dr. drh. Lili Zalizar, M.S. yang memimpin tim Satgas UMM dalam menangani PMK.
MALANG – Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bergerak cepat atasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak. Kampus Putih telah memiliki tim satuan tugas (Satgas) khusus terjun dan membantu peternak dalam menangani wabah tersebut. Adapun tim ini berada di bawah koordinasi dari Dinas Peternakan atau dinas terkait yang ada di kabupaten maupun kota.
Ketua Satgas PMK UMM, Prof. Dr. drh. Lili Zalizar, M.S. mengatakan, bahwa hingga saat ini, pihaknya juga sudah memberikan edukasi terkait PMK kepada para mahasiswa peternakan yang ada di Kampus Putih. “Jadi mereka bisa memberikan pemahaman kepada warga sekitar yang ada di daerahnya agar ternak yang dimiliki tidak terjangkit virus ini,” tambahnya saat ditemui pada Sabtu (18/6).
Timnya juga sudah memberikan konsultasi kepada peternak sekitar. Meski terbatas, bantuan tersebut dirasa bisa menjadi langkah untuk menekan angka penularan PMK. Lili, sapaan akrabnya, juga sering memberikan pemahaman dan arahan untuk menanggapi pertanyaan dari para mahasiswa atau warga yang ternaknya menderita penyakit ini.
Prof. Dr. drh. Lili Zalizar, M.S. saat memberikan edukasi kepada siswa tentang hewan ternak di Laboratorium terpadu UMM.
Adapun tim Satgas UMM tidak bisa bergerak langsung tanpa instruksi dari Dinas Peternakan. Hal itu karena penyebaran virus PMK yang mudah menular dan sangat cepat. Ditakutkan, penanganan tanpa koordinasi malah membuat penyebarannya semakin tidak terkontrol.
Lebih lanjut, Lili mengatakan bahwa timnya terdiri dari dosen, dokter hewan, dan mahasiswa segera terjun langsung ke lapangan pada minggu depan. Dimulai dengan upaya melakukan vaksinasi bagi hewan ternak di beberapa daerah yang ada di Malang. Di samping itu, Kampus Putih UMM juga telah membuka call center dan layanan aduan penanganan PMK bagi masyarakat luar. Dengan begitu, para peternak bisa dengan mudah mendapatkan informasi dan cara menangani ternak yang tertular PMK.
Wabah PMK yang menyerang mulut dan kuku hewan ternak, termasuk sapi.
“Apalagi tim UMM telah diisi oleh para dokter hewan dan juga pakar yang memiliki pengetahuan mumpuni. Ini adalah bentuk konkret kami untuk membantu para peternak yang mengalami kesulitan dalam menangani ternak terjangkit virus PMK,” tambahnya.
Terkait perawatan, anggota Satgas PMK UMM Dr. drh. Imbang Dwi Rahayu, M.Kes menjelaskan, bahwa ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh peternak. Dimulai dengan menyemprotkan desinfektan di kandang tiap pagi dan sore. Pembatasan gerak masuk dan keluar untuk ternak serta orang juga harus dilakukan.
“Penyakit ini disebabkan oleh virus, jadi tidak ada obat yang bisa membunuh virus tersebut. Yang bisa kita lakukan adalah dengan memberikan antibiotik untuk mencegah infeksius sekunder dan tidak berubah menjadi lebih parah. Memang perlu ketelatenan lebih dalam merawat luka-luka yang dialami hewan ternak,” jelasnya.
Imbang, begitu ia kerap disapa, juga menyarankan agar peternak bisa menyempatkan untuk memberi vitamin serta mencekoki hewan dengan makanan-makan lembut. Sehingga nutrisi dan asupan gizi ternak masih bisa dilakukan meski terserang penyakit. Sekaligus sebagai cara agar ternak yang dimiliki memiliki tenaga.
Wabah PMK yang menyerang mulut dan kuku hewan ternak, termasuk sapi.
“Wabah ini menyebabkan kerugian yang cukup besar. Berat badan ternak yang terjangkit bisa turun sebesar 10-15 persen. Sementara untuk sapi perah, produksinya bisa turun di angka 30-80 persen. Bahkan jika menyerang pedet, kemungkinan kematiannya menjadi lebih besar,” tuturnya mengakhiri. (*/fen)