Catatan Tinggal di Eropa (III): Perjalanan Menuju Sujud

Author : Humas | Kamis, 04 Oktober 2012 16:00 WIB | Republika - Republika
Catatan Tinggal di Eropa (III): Perjalanan Menuju Sujud
Masjid Lisbon di Portugal

REPUBLIKA.CO.ID,Tiga bulan sebelum pendaftaran Erasmus Mundus Program One More Step dibuka, saya mencoba untuk membuat proposal dalam bahasa Inggris.  Mulanya saya buat dengan bahasa Indonesia dan setelah selesai baru saya terjemahkan dalam bahasa Inggris.  Penerjemahan itu memerlukan perjuangan tersendiri bagi saya. 

Dengan grotal-gratul saya ketik terjemahan tersebut.  Sekali-kali meminta tolong mbah Google, meskipun mbah Google juga sama ngawurnya dalam menerjemahkan.  Saya saja yang bahasa Inggrisnya pas-pasan malu dengan terjemahan beliau.  Masak beliau yang berasal dari Amerika dan setiap hari anak kecilpun berbahasa Inggris disana, masih kalah dengan terjemahan saya, meskipun juga masih sama memalukannya dan tidak patut dibaca. 

Akhirnya, meskipun dengan penuh kesulitan, saya dapat menyelesaikannya (namun demikian saya akui, terima kasih mbah Google atas bantuannya).  Saya hitung proposal saya ternyata berjumlah sembilan halaman.  Saya geleng-geleng kepala, ternyata saya dapat juga membuat proposal sebanyak itu tanpa bantuan orang lain kecuali mbah Google. Lumayan...

Proposal tersebut saya buat dengan mempertimbangkan persyaratan yang ditentukan oleh Uni Eropa.  Persoalan terbesar saya adalah bagaimana mengerti apa yang dimaksudkan program tersebut.  Dengan kemampuan berbahasa Inggris saya yang cekak ini, saya khawatir terjemahannya malah salah.  Salah satu yang paling saya ingat adalah ketika membaca bagian paling bawah dari pengumuman pendaftaran tersebut “do not hesitate to contact us if any problems”. Saya pikir ketika itu terjemahannya adalah “jangan pernah menghubungi kami apabila ada problem”. 

Bayangan saya, kalau ada kata “Do not”, berarti tidak membolehkan sesuatu.  Oleh sebab itu saya takut untuk bertanya sesuatu pada panitia program Erasmus Mundus apabila tidak tahu dan ragu. Nanti saya malah didiskualifikasi kalau menghubungi mereka.  

Akhirnya ya saya coba untuk menyelesaikan problem sendiri, padahal banyak persyaratan yang tidak saya mengerti.  Ealah ternyata  setelah agak lama dan dong, baru jelas maksud terjemahannya “jangan ragu untuk menghubungi kami apabila ada problem”.  Tahu begitu sudah sejak lama saya hubungi.  Saya tahu terjemahannya malah setelah pendaftaran ditutup, walah ya salah saya sendiri tidak tanya pada mbah Google. 

Ya inilah korban salah pendidikan dan salah kaprah.  Salah satu yang saya cermati adalah proposal tersebut harus dapat dan layak dikerjakan di Universitas yang dituju (host university).  Maka saya membuat judul yang mau tidak mau harus dikerjakan disana.  Judulnya adalah Comparison of Gender Profiles of Students Academic Activities between University of Minho and Muhammadiyah University of Malang.  Judulnya hebat juga  karena baru pertama ini proposal saya berjudul dengan menggunakan bahasa Inggris, bahasa internasional rek.  Keren...

Setelah proposal selesai, saya meminta bantuan Ibu Fardini (Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris UMM) untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proposal tersebut.  Dengan percaya diri, saya menemui beliau dikantornya, ternyata beliau sedang keluar.  Maka dengan gayanya, saya menitipkan proposal saya pada staf yang berada disitu sambil menuliskan pengantar dalam bahasa Inggris “bu Fardini I hope you help me to revised my files”.  Setelah waktu berlalu beberapa hari saya baru sadar, kalau diterjemahkan khan “bu Fardini saya minta tolong untuk memperbaiki file-file saya”.  Dalam hati saya merasa, paling bu Fardini tertawa membacanya.  Beliau pasti juga bingung, mana file-file yang harus diperbaiki, yang ada hanya proposal.

Alhamdulillah beliau bersedia dan tidak berapa lama proposal saya sudah dikembalikan.  Harap dimaklumi kalau perbaikan beliau itu menyeluruh.  Maksudnya menyeluruh itu artinya ada dua, pertama proposal saya bahasanya amburadul.  Kedua bu Fardini terpaksa memperbaiki dan merombak ulang semuanya.  Setelah proposal saya perbaiki sesuai saran beliau, maka saya kirimkan langsung malalui internet pada website One More Step Erasmus Mundus. 

Disamping proposal, saya lampirkan juga beberapa persyaratan yang ditentukan oleh pihak Uni Eropa.  Beberapa kali saya memperbaiki lampiran yang harus disertakan karena ada beberapa kelemahan dan kekurangan yang harus saya penuhi.  Akhirnya setelah beberapa kali memperbaiki, beberapa hari menjelang penutupan saya putuskan untuk memfinalisasi segala persyaratan.  Beratnya ……

Tugas saya selesai.  Setelah itu, usaha saya hanya berdoa.  Menunggu merupakan pekerjaan yang membosankan.  Akhir Desember 2011 pendaftaran ditutup, pertengahan Maret 2012 hasilnya diumumkan.  Selama menunggu waktu pengumuman itu, saya berkonsultasi dengan Bapak Suparto (Asisten Rektor Bidang Kerjasama Luar Negeri UMM) sambil mencari bocoran pengumuman, karena beliau adalah salah satu pihak yang berwewenang untuk penerimaan peserta.  Sambil tertawa beliau selalu bilang peluang saya diterima adalah 50 persen. 

Menjelang pengumuman, saya mendapat kabar kalau beberapa orang yang mendaftar, sudah mendapat pemberitahuan dari program tersebut.  Saya penasaran karena belum mendapatkan email pemberitahuan.  Oleh sebab itu saya hubungi Bapak Suparto  untuk memastikan berita tersebut.  Sambil tertawa beliau hanya menyatakan peluang diterimanya saya adalah 60 persen.  Saya bingung, maksudnya apa?  Kalau hanya 60% berarti masih besar peluang saya untuk ditolak.  Beberapa hari kemudian saya juga mendapatkan kabar kalau beberapa orang lagi mendapatkan email pemberitahuan dari program tersebut.  Sayapun penasaran. 

Saya hubungi lagi pak Suparto, sambil tertawa lagi beliau menjawab peluang saya diterima meningkat menjadi 90 persen.  Lho kok 90 persen bukan 100 persen.  Sayapun bingung.  Apabila saya desak untuk menjelaskan lebih lanjut, beliau hanya tertawa.  Beberapa hari kemudian di akhir Maret, akhirnya email dari program Erasmus Mundus sampai kesaya.  Isinya menyatakan bahwa saya diterima.   Ternyata peserta yang mendapat email pertama kali adalah peserta yang ditolak. 

Peserta yang mendapatkan email kedua adalah peserta yang mendapat status cadangan.  Sedangkan peserta yang mendapatkan email pada periode ketiga adalah peserta yang diterima.  Alhamdulillah, akhirnya impian saya untuk ke Eropa tercapai.  Terima kasih ya Allah. Hanya atas kehendakMu semua ini terjadi.  HambaMu hanya dapat bersyukur.  Berita ini kemudian saya konfirmasi pada Pak Suparto.  Sambil tertawa beliau menyatakan bahwa peluang diterimanya saya menjadi 99 persen.  Lho...


Wahyu Widodo
Dosen Universitas Muhammadiyah Malang

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/komunitas/perhimpunan-pelajar-indonesia/12/10/05/mbcjuz-catatan-tinggal-di-eropa-iii-perjalanan-menuju-sujud
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori

Berita Terpopuler