Fokus Cetak Doktor Pertanian

Author : Humas | Minggu, 08 Februari 2015 19:35 WIB | Republika - Republika

REPUBLIKA.CO.ID,Sejumlah perguruan tinggi menyambut niatan pemerintah memperkuat bidang pertanian.
Dua perguruan tinggi agama Islam swasta (PTAIS) di Indonesia saat ini, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Universitas Islam Makassar (UIM) memfokuskan program mencetak tenaga ahli doktor di bidang pertanian.

Pembantu Rektor I UMM Prof Bam bang Widagdo mengatakan, keberadaan Program Doktor Ilmu Pertanian ini sangat relevan dengan kebutuhan Indonesia saat ini. Yakni, saat pemerintah memi liki political will untuk memperkuat bidang pertanian beserta bidang-bidang serumpun, yaitu peternakan, perikanan, dan kelautan. Menurut dia, upaya mencetak doktor di bidang Pertanian dari PTAIS ini selaras dengan situasi bangsa yang 80 persen menyandarkan kebutuhan hidup di bidang pertanian.

Dengan ketersediaan lahan dan potensi sumber daya alam yang amat memadai, Bambang yakin, jika rekayasa di bidang pertanian terus dikembangkan, Indonesia akan memiliki kekuatan pangan yang bisa mengalahkan Thailand dan Jepang. "Selama ini, di bidang pangan kita sering mengimpor dari Thailand dan itu tidak menggunakan mata uang rupiah. Dampaknya, tidak ada orang luar yang membeli rupiah. Karena itu, salah satu cara meingkatkan nilai rupiah yaitu ekspor bidang pangan," paparnya, Rabu (28/1).

Dari situlah ia menegaskan, UMM dalam semester ini akan membuka Program Doktor Ilmu Pertanian dan menerima mahasiswa doktoral baru.
Pihaknya pun telah memperoleh kepastian dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) yang menilai bahwa prodi ini amat layak dimiliki UMM lantaran memiliki setidaknya enam guru besar di bidang tersebut. UMM, kata Bambang, telah memenuhi syarat untuk semua aspeknya, baik dari sisi sumber daya manusia (SDM) maupun infrastruktur.

Dari sisi SDM, untuk membuka program doktor, kampus harus memiliki minimal dua profesor di bidang terkait.
"Karena UMM telah memiliki enam profesor di bidang pertanian, jadi syarat akademik sudah tidak jadi masalah," katanya.

Bambang juga meng ungkapkan, UMM memiliki fasilitas yang sangat memadai.
Infrastruktur yang tersedia mulai dari gedung kuliah, labo ratorium, hingga sumber pembelajaran yang berasal dari perpustakaan. Bahkan, UMM pun menyediakan sumber penunjang yang bisa didapat mahasiswa dengan memanfaatkan area hotspot kampus.

Cakupan luas
"Masalah infrastruktur jauh lebih mudah diatasi. Misalnya kurang ruang kuliah ya tinggal bangun, kurang sumber pembelajaran tinggal dicari, tapi kalau SDM-nya yang kurang kan repot.
Nggak bisa buru-buru," ujar dia. UMM pun telah mengusulkan kepada Dikti atas nama prodi tersebut yaitu Program Doktor Bioteknologi.

Namun, tambah dia, Dikti memberi peluang untuk membuka Doktor Ilmu Pertanian karena cakupannya yang lebih luas. Sebab, bila cakupan khusus bioteknologi, menurut Dikti, akan sangat terbatas. Lain halnya pengembangan doktoral bidang ilmu pertanian yang bisa mencakup agroteknologi dan sosial ekonomi pertanian. Program Doktoral Ilmu Pertanian ini akan melengkapi dua prodi Strata-3 yang sudah ada se be lumnya, yakni Doktor Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dan Doktor Pendidikan Agama Islam.

Secara linear, UMM telah memiliki enam prodi pada strata-1 dan satu prodi di strata-2. Karenanya, Bambang berharap calon mahasiswa doktoral ilmu pertanian UMM ke depan dapat memperkuat bukan hanya di bidang akademik dan penelitian, tapi juga rekayasa pertanian serta pembuat kebijakan pertanian. "Keunggulan UMM selain akreditasi institusi sudah bernilai A, juga memiliki fasilitas lengkap yang dapat digunakan oleh mahasiswa S-1 hingga S-3," paparnya.

Sedangkan Universitas Islam Makassar (UIM), dalam kesempatan yang lain telah mencetak tenaga pengajar pertaniannya di bidang doktor ilmu pertanian sebagai bentuk penguatan akademik program doktoral. Andi Kasirang T Baso, dosen UIM yang berhasil meraih gelar doktor di bidang ilmu pertanian, mengatakan, kebutuhan tenaga ahli setingkat doktoral di bidang pertanian sangat penting, bukan hanya bagi dunia akademik, namun juga bagi kebijakan pemerintah dan inovasi bidang pertanian di daerah.

Dalam disertasi doktornya yang menyorot relasi gender kaitannya dengan usaha keluarga masyarakat agro ekosistem di Kabupaten Pangkep, ia melihat semakin lemahnya generasi muda, khususnya kaum remaja laki-laki terlibat dalam usaha pertanian.

Ini dapat menjadi ancaman bagi keberangsungan pertanian dan pencapaian swasembada pangan.
Karenanya, ia menegaskan, di butuhkan sebuah formula untuk dapat menyediakan tenaga pertanian yang inovatif, demi keberlangsungan pengem bangan pertanian di daerah.

Upaya lain yang dilakukan UIM untuk mencetak akademisi yang ahli di bidang pertanian adalah dengan menggandeng Pengurus Pusat Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi). Rektor UIM Majdah M Zain Agus menanda tangani MoU bersama Ketua Umum Perhepi Bayu Krisnamurthi guna meningkatkan kualitas SDM pertanian. Dalam kesempatan tersebut, rektor berharap kerja sama ini mampu menjaga peningkatan kualitas sumber daya manusia pertanian.

Ia pun menyampaikan apresiasinya atas kerja sama ini, dalam pengembangan SDM pertanian bagi petani di Sulawesi Selatan. Ia berharap dengan ketersediaan SDM dan akademisi, baik magister maupun doktor yang ahli di bidang pertanian UIM, akan siap memberi sumbangsih besar dalam inovasi, pengembangan pemikiran, dan peningkatan ekonomi pertanian di Sulawesi Selatan.

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/koran/islam-digest-koran/15/02/08/njgdnk-fokus-cetak-doktor-pertanian
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori

Berita Terpopuler