Universitas Muhammadiyah Malang |
REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Para pekerja media yang bergiat di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) maupun di persyarikatan Muhammadiyah se-Indonesia berkonsolidasi memperkuat literasi digital. Hal itu dilakukan atas kerja sama UMM dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) RI melalui Workshop Penguatan Jejaring Pegiat Media yang berlangsung di Ruang Sidang Senat UMM, Senin (30/10).
Workshop ini menghadirkan penulis dan konsultan media kreatif Fahd Pahdepie serta staf khusus Kemdikbud Nasrullah. Hadir sebagai pembicara kunci sekaligus membuka acara, Wakil Rektor I UMM Syamsul Arifin. Ia mengatakan, berbagai peristiwa di dunia ini memiliki ragam makna, karena itu ia berupaya menggali dan memaknai setiap hal-hal yang berada di sekitarnya.
"Belakangan saya cukup rajin menulis hal-hal menarik di sekitar saya. Setelah terlalu sering menulis riset dan publikasi yang serius, ternyata asyik juga menulis hal-hal sederhana. Dengan kekuatan media digital, tulisan-tulisan ringan itu justru menarik minat banyak orang," kata Syamsul lewat keterangan resminya.
Sementara bagi Fahd Pahdepie, kunci dalam menguasai literasi digital adalah kemampuan bercerita. Baginya, dunia ini dipenuhi dengan cerita. Cara bercerita itulah yang dapat mempengaruhi banyak orang. "Politik itu cerita, ekonomi itu cerita, agama itu cerita. Peradaban dan kitab-kita suci juga berisi rangkaian cerita," kata Fahd sejumlah novelnya menjadi best-seller ini.
Fahd menuturkan, menjadi seorang pekerja media dan public relations (PR) juga harus memiliki kekuatan menghadirkan narasi yang menarik. Di era sekarang ini yang menarik minat banyak orang bukanlah argumen melainkan cerita. Lebih luas lagi, saat ini orang lebih suka hal-hal yang mengandung empati ketimbang yang logis.
"Sama halnya, orang jenuh pada hal serius dan lebih menyukai permainan. Semua dimensi itu harus dimiliki oleh seorang pekerja media dan PR," ujarnya.
Di sisi lain, Nasrullah menerangkan, sebagai seorang PR penting halnya untung menyeragamkan suara. Khususnya terkait berbagai berita yang keluar dari institusi ke pihak eksternal. "Kalau kita mengeluarkan data, semua harus kompak. Ini bentuk pertangggungjawaban kita pada publik. Sekarang ada jurnalisme baru yakniquick checker. Para pesaing kita akan mengecek itu, jadi jangan sampai salah menyampaikan data," tambahnya.
Selain memastikan akurasi data, Nasrullah juga menyampaikan pentingnya membina hubungan baik dengan media, baik secara personal, institutional maupun bisnis. Selain itu, keunikan nilai berita juga menjadi hal yang harus diperhatikan. "Yang penting kita bermedia dapat menimbulkan awareness masyarakat bahwa kita unik, berkualitas dan memiliki value.
"Jadi misalnya dengan satu berita unik, dapat menarik mahasiswa berduyun-duyun datang kemari," kata Nasrullah.