REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Keluarga besar Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar halal bi halal, Rabu (7/8). Agenda rutin ini untuk mempertemukan seluruh dosen, pegawai, dan pejabat kampus selepas liburan perayaan Idul Fitri.
Menurut kepala Badan Pembina Harian (BPH) UMM, Prof Malik Fadjar MSc, sekalipun merupakan rutinitas, namun selalu ada gairah baru selepas pelaksanaan kegiatan ini. Bagi Malik, acara ini tidak sekadar mempertemukan keluarga besar UMM, tapi juga sekaligus menjadi spirit baru dalam menggerakkan institusi (UMM) dan persyarikan (Muhammadiyah).
“Menariknya, gairah silaturrahim dan bermaaf-maafan ini amat terasa tidak hanya pada 1 Syawal, namun sepanjang bulan ini. Itulah keunikan Indonesia,” kata Malik saat memberi sambutan pada Silaturrahim dan Halal Bi Halal Keluarga Besar UMM 1435 Hijriyah, Rabu (6/8).
Sementara itu Rektor UMM, Dr Muhadjir Effendy menyampaikan permohonan maafnya pada segenap hadirin yang hadir, baik secara pribadi maupun institusi. “Sebagai orang yang telah banyak menanam benih kesalahan, mohon dimaafkan,” tuturnya.
Selepas liburan panjang ini, Rektor berharap segenap civitas akademika dapat segera bergegas melaksanakan tugas selanjutnya. “Itu kan sesuai perintah Alquran, faidza faroghta fanshob. Apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, maka segera kerjakan urusan yang lain.”
Dalam siaran persnya kepada ROL, Kamis (7/8) rektor menyampaikan rasa syukur atas keberhasilan UMM dalam penerimaan mahasiswa baru tahun ini. “UMM termasuk beruntung, karena di saat banyak kampus di Malang bingung nyari-nyari mahasiswa, UMM justru didatangi banyak orang,” ujarnya.
Berdasarkan informasi terbaru, kata Rektor, pada penerimaan mahasiswa baru gelombang I dan gelombang II yang sudah berlangsung, jumlah pendaftar lebih dari 12 ribu orang, dan yang diterima sebanyak 5.600. “Itu artinya kita butuh 1.000 mahasiswa lagi, dan saat ini yang mendaftar gelombang III sudah 3.000, dan itu masih sangat mungkin akan meningkat,” paparnya.
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Nur Cholis Huda dalam tausyiah Halal bi Halal bercerita tentang simbol ketupat yang menurutnya memiliki makna filosofis yang mendalam. Nur menjelaskan, pembungkus nasi ketupat yang sering disebut “janur” merupakan singkatan dari sejatining nur yang berarti mengharapkan yang sejati.
Selain itu, lanjutnya, kata “kupat” dari “ketupat” berasal dari “laku papat” yang berarti empat perilaku, yaitu lebar, lebur, luber dan labur. “Lebar berarti tuntas, maksudnya ibadahnya tuntas, lalu lebur bermakna dileburkan segala dosa dan iri hati, kemudian luber yang artinya melimpah amal kebaikannya, serta labur bermakna cerah kembali.
Selepas halal bi halal ini, UMM segera meneruskannya dengan kegiatan Reuni Akbar dan Temu Almamater Alumni memperingati Milad Emas UMM yang ke-50 pada Sabtu (9/8). Ketua panitia Reuni Akbar, Abdullah Masmuh menuturkan, diharapkan pelaksaan reuni di Bulan Syawal ini dapat memberi suasana yang lebih hangat, mengingat tradisi Syawalan adalah hal yang sangat melekat bagi Muslim Indonesia.