REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Alumnus Program Studi (Prodi) Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Zulyamin Kimo memiliki kisah menginspirasi bagi masyarakat Indonesia. Pria yang disapa Kimo kini memperjuangkan literasi di masyarakat.
Zulyamin Kimo lahir di Buton Tengah, Sulawesi Tenggara. Sebagai anak pulau, dia sudah terbiasa dengan tantangan dan petualangan di dunia laut. Ia begitu mencintai laut, pantai, alam, dan masyarakat pesisir bahkan kegiatan snorkeling.
Pada saat Yudisium FKIP-UMM, Kimo mendapatkan penghargaan mahasiswa berprestasi di bidang kepemudaan dan kepemimpinan (non-IPK). Menurut Kimo, kuliah di UMM menjadi sejarah hidup yang sangat luar biasa baginya. Pilihan yang benar-benar tepat sehingga mewarnai pola pikir, semangat, dan perjuangannya hingga hari ini.
"Saya bertekad untuk terus mewujudkan dan mengabdikan diri untuk masyarakat," kata pria kelahiran 1 Maret 1995 ini.
Setelah lulus dari UMM, Kimo lolos seleksi nasional beasiswa Teaching Clinic yang diadakan oleh Global English. Ia juga lolos dalam program Indonesia Mengajar pada awal 2018.
Sebelum diberangkatkan ke daerah penugasan masing-masing, Kimo dikarantina selama hampir dua bulan untuk pembekalan. Pembekalan meliputi proses pelatihan pedagogi, pelibatan masyarakat, pendekatan ke pemangku kebijakan di dunia Pendidikan dan pengenalan daerah.
Kim ditugaskan sebagai Guru SD di SDN Baru dan Fasilitator Pendidikan di pedalaman Kalimantan selama setahun. Masyarakat di daerah penugasannya adalah mayoritas berasal dari suku Banjar yang hidup di bantaran sungai Nagara.
Selama penugasan yang Kim rasakan terkait belajar bahasa daerah. Di tempat penugasannya, hampir seluruh masyarakat menggunakan bahasa Banjar baik untuk komunikasi dan belajar-mengajar di sekolah. Artinya, dia harus mampu beradaptasi sehingga perlu mempelajari bahasa lokal dalam waktu tiga bulan.
Tinggal di desa yang kaya akan potensi alamnya, sangat memungkinkan untuk belajar dari alam. Tidak jarang, Kimo selalu membawa murid-muridnya keluar kelas (outdoor learning). Ini merupakan alah satu metode yang ia dapatkan saat menempuh kuliah di Pendidikan Biologi FKIP UMM di semester empat.
"Apalagi saat ini pembelajaran tematik, sangat bisa diterapkan," ucapnya dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id.
Dari Juli 2019 hingga saat ini, Zulyamin Kimo bekerja sebagai Fasilitator atau Project Coordinator di Taman Bacaan Pelangi (TBP). Ini merupakan sebuah yayasan pendidikan/literasi yang telah berdiri sejak 2009. Tempat ini fokus pada peningkatan minat baca anak-anak di wilayah Indonesia Timur.
Hingga saat ini, Yayasan Taman Bacaan Pelangi telah bekerjasama dengan 131 Sekolah Mitra yang tersebar di 18 Pulau di Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.
Sebagai fasilitator atau project coordinator, Kimo bertugas mengelola pelatihan guru dalam kegiatan literasi melalui pengelolan perpustakaan sekolah dan pendampingan pembelajaran kontekstual di daerah Indonesia Timur. Kemudian pendampingan pelatihan kegiatan membaca bersama komunitas-komunitas Taman Baca Masyarakat di daerah TBP.
“Dalam setahun ini, saya telah berkesempatan belajar bersama Guru-guru dan juga masyarakat di Pulau Flores, Pulau Sumba, Pulau Alor, Pulau Timor, Pulau Banda," kata Kimo.
Kim menegaskan, bangsa ini membutuhkan pejuang-pejuang literasi yang tangguh, terlebih daerah-daerah Indonesia Timur. Anak-anak muda dan para sarjana harus berkontribusi untuk mencerahkan masyarakat. “Bangsa ini membutuhkan kita untuk menyukseskan gerakan literasi hingga ke semua penjuru negeri," kata dia.