Universitas Muhammadiyah Malang.
REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kiprah Muhammadiyah lebih dari satu abad menarik minat sejumlah peneliti untuk melakukan riset tentang seluk beluk persyarikatan ini.
Sebaran topik riset juga sangat beragam, mulai dari peran dan dinamika Muhammadiyah dalam konteks pendidikan, kesehatan, politik dan ekonomi, hingga pengembangan amal usaha.
Salah satu riset menarik tentang Muhammadiyah disampaikan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UMM Fauzik Lendriyono tentang tipologi pemikiran di panti asuhan Muhammadiyah.
Dari riset tersebut, ditemukan empat tipologi pemikiran panti asuhan Muhammadiyah, yaitu panti asuhan entrepreneur, panti asuhan pengasuh, panti asuhan pendidikan, dan panti asuhan doktrin.
Di sisi lain Fauzik mengkritik panti asuhan Muhammadiyah yang dinilainya belum melihat aspek pengkaderan dalam kurikulum yang dijalankan. Muhammadiyah memiliki 318 panti asuhan di seluruh Indonesia dan memiliki 6000 jumlah anak asuh.
"Namun kebanyakan pengelola panti belum melihat aspek yang terpenting dari adanya panti asuhan, yaitu pengelolaan yang rapi dan transparansi," kata Fauzik.
Paparan Fauzik merupakan salah satu hasil riset yang dipaparkan pada kegiatan Tadarus Pemikiran Islam kerjasama Universitas Muhamamdiyah Malang (UMM) dan Jaringan Islam Muda Muhamadiyah (JIMM) pada Rabu-Kamis (29-30/6).
Kegiatan ini mendapatkan apresiasi dari banyak pihak menampilkan sejumlah presentasi riset tentang Muhammadiyah dari beragam konteks dan sudut pandang.
Pada kesempatan yang sama, cendekiawan muda Muhammadiyah Budi Asyhari Afwan juga memaparkan roadmap riset Muhammadiyah.
Dia menjelaskan, pendokumentasian riset Muhammadiyah masih kurang teratur sehingga berdampak pada kurangnya signifikansi terhadap upaya reproduksi pengetahuan Muhammadiyah.
Hasil riset menunjukkan, masih banyak yang menjadikan Muhammadiyah sebagai perbincangan menarik dalam dunia penelitian. Jumlah thesis yang menjadikan Muhammadiyah sebagai bahan riset sebanyak 323 (89 persen) dan disertasi 11 persen.
Munculnya angka tersebut memiliki dua arti, di satu sisi Muhammadiyah masih menjadi isu yang menarik. Namun di sisi lain Muhammadiyah menjadi topik yang minim diperbincangkan dalam dunia akademik. Menurut Budi, grafik riset Muhammmadiyah pada tahun 1990-an sebanyak 15 riset dan naik di tahun 2000.
“Pada tahun 2000-an riset Muhammadiyah sebanyak 168 riset serta naik pada era 2010-an namun tidak seberapa signifikan yaitu sebanyak 181 riset,” jelas peneliti Center for Religious and Cross-Cultural Studies (CRCS) Universitas Gajah Mada (UGM) tersebut.
Di lain sisi, saat ini Muhammadiyah tidak hanya berdakwah dan dibicarakan lewat dunia nyata saja, namun juga lewat internet.
Sebuah penelitian yang dilakukan dosen Universitas Negeri Surabaya, Mohammad Rokib, tentang Siber Muhammadiyah menunjukkan jumlah laman, blog, dan laman sejenis dengan label ‘Muhammadiyah’ berjumlah sekitar 495.000.
Sedangkan isu yang diperbincangkan di internet tentang Muhammadiyah bisa mencapai 17,2 persen yang membicarakan tentang ideologi Muhammadiyah jika dilihat dengan bahasa Indonesia.
Sedangkan jika dalam bahasa Inggris ditemukan bahwa isu Muhammadiyah paling banyak pada bidang politik Muhammadiyah dengan persentase 18 persen.
“Terkait isu-isu lain yang dibicarakan di internet yaitu tentang keberagaman moderat, menyelamatkan negara dengan jihad konstitusi serta isu kemanusiaan universal tentang adaptasi dan mitigasi perubahan iklim,” ungkap Rokib.