REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Muhamadiyyah Malang (UMM) kembali berhasil menambahkan satu guru besar, Profesor Ihyaul Ulum. Pengukuhan guru besar bidang akuntansi ini dilakukan di depan Gedung Kuliah Bersama (GKB) I UMM, Kamis (17/9).
Pengukuhan profesor kali ini sengaja digelar di ruang terbuka agar sirkulasi udara jauh lebih bagus. Hal ini juga menyesuaikan protokol kesehatan Covid-19 yang telah ditetapkan pemerintah. Jumlah tamu undangan dibatasi maksimal 50 orang termasuk dari keluarga guru besar, jajaran senat dan rektorat, serta para guru besar lainnya.
Ulum mengaku selama beberapa tahun terakhir fokus pada dampak pengelolaan modal intelektual dan pelaporannya melalui sejumlah media. "Misalnya financial report, annual report, sustainability report, maupun official website organisasi,” kata pria kelahiran Lamongan tersebut.
Berbasis laporan keuangan misalnya, Ulum menawarkan suatu model untuk mengukur kinerja modal intelektual (intellectual capital performance). Model yang hanya cocok untuk perusahaan konvensional ini diberi label MVAIC (modified value added intellectual coefficient). Sementara untuk model khusus perbankan syariah, ia memberi label Ib-MVAIC.
Ulum juga menawarkan suatu framework untuk pengungkapan modal intelektual perusahaan publik di Indonesia. Ulum menyebutnya sebagai Intellectual Capital Disclosure Framework Indonesia (ICD-In). Terbaru, Ulum berusaha memetakan komponen modal intelektual yang dituntutkan oleh instrumen akreditasi program studi (IAPS) 4.0.
Mengutip pernyataan yang kerap disampaikan Ketua Badan Pembina Harian (BPH) UMM Almarhum Profesor Abdul Malik Fadjar, Rektor UMM, Fauzan, menyebut, menjadi guru besar pada hakikatnya meninggikan antena. Tinggi saja tidak cukup, harus membangun antena yang sinyalnya penuh dan bisa memberikan resonansi. "Resonansi dalam radius lokal maupun internasional," jelasnya dalam keterangan resmi yang diterima Republika, Kamis (17/9).
Menurut Fauzan, Profesor Ulum memiliki antena yang sinyalnya kuat. Oleh sebab itu, dia mengharapkan Ulum bisa memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan UMM. Ia juga meminta seluruh guru besar di UMM untuk tidak merasa lelah memberikan kontribusinya.
"Harus semuanya pasang antena yang tinggi-tinggi sesuai dengan kepakaran yang dimiliki. Karena satu hal yang ingin kita capai, kebermanfaatan,” kata Fauzan.
Sehebat apapun kampus, kata Fauzan, jika radius kebermanfaatannya juga tidak banyak, maka misi kampus belum dicapai. Untuk itu, Fauzan menegaskan, UMM dibangun dalam rangka menebarkan kebermanfaatan kepada semua umat. Hal ini sesuai dengan slogan yang selalu diusung, “UMM dari Muhammadiyah untuk Bangsa,” ujarnya.