Wildan Zarief, mahasiswa asal Malang menjalani puasa di Adelaide (Foto: Istimewa)
KBRN, Malang : Suasana bulan suci Ramadan lekat dengan tradisi berburu takjil, buka bersama, sahur dan suara adzan yang bersahutan. Bamun suasana itu tidak bisa dirasakan oleh mahasiswa asal Malang,
Wildan Zarief. Pada Ramadan tahun ini, alumnus Universitas Muhammadiyah Malang ini sedang menempuh pendidikan magisternya di University of Adelaide, Australia.
Wilda mengungkapkan, suasana Ramadan di Adelaide tidak jauh berbeda dengan hari-hari biasa. Sebab, di negara bagian Australia Selatan yang dikenal dengan nama negeri seribu gereja ini, mayoritas penduduknya beragama Kristen. Sehingga
penduduknya mayoritas beragama Kristen.
“Alhamdulillah, puasa tahun ini sudah masuk musim gugur. Disini, puasa dimulai pada pukul 06.00 sampai dengan pukul 19.00. Lama puasanya tidak jauh berbeda dengan Indonesia, sekitar 12-13 jam. Beda lagi ceritanya kalau puasanya di musim panas, umat muslim disini harus menahan lapar dan dahaga selama 16 jam dan waktu buka puasa sendiri di pukul 22.00,” kata Wildan, Jumat (31/3/2023).
Ia mengaku harus sahur dan berbuka sendirian. Sebab, teman-teman yang satu tempat tinggal dengannya non muslim semua.
“Begitu juga dengan salat tarawih, saya memilih sendiri karena bukan hanya lokasi masjid yang jauh dari tempat tinggal, tetapi juga transportasi umum yang tidak beroperasi saat larut malam,” ungkapnya.
Meski puasa tahun ini masuk di musim gugur, namun tetap menguras tenaga, mengingat jadwal kuliahnya yang cukup padat.
“Apalagi tahun ini merupakan tahun pertama saya memulai perkuliahan,” kata dia.
Meski begitu, suasana Ramadan tetap dirasakan ketika Wildan berkumpul dengan komunitas muslim di kampus. Ada banyak kegiatan menarik seperti bagi-bagi takjil maupun kajian sebelum salat.
“Memang Ramadan tahun ini tidak bisa berpuasa bersama keluarga. Tetapi makna Ramadan paling utama bagi saya adalah bagaimana bsia menjalin hubungan dengan Allah dan juga manusia. Baik itu mereka yang muslim maupun yang non-muslim. Selain itu sebagai sebagai sarana memperbaiki diri untuk menjadi manusia yang lebih baik,” tuturnya.
Cerita unik juga dialami Wildan selama puasa disana. Karena banyak teman-teman kuliahnya yang tidak tahu tentang ibadah puasa, sering kali dirinya ditawari makanan ataupun jajanan. Bahkan tak jarang, di sana mahasiswa mengadakan pesta dan barbeque di siang hari sehingga mengundang nafsu makan.
"Kalau dapat tawaran makanan, biasanya saya tolak dan mengatakan kalau saya sedang puasa. Kebanyakan kaget dan malah balik bertanya balik mengenai puasa dan Islam. Jadi sebagai sarana dakwah tipis-tipis juga," tandasnya.