KBRN, Malang : Lima mahasiswa Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil meraih juara ketiga pada Bidang Hukum, Sosial dan Ekonomi di Mandalika Essay Competition 3 di Universitas Gunung Rinjani, NTB beberapa waktu lalu.
Mahasiswa angkatan 2021 ini membuat prototipe alat portabel untuk pengamanan produk pangan olahan yang diber nama Portable Tool-Anti Food Fraud. Mereka adalah Aulya Mauizzati, Uni Fitratunnisa, Mohammad Mirzan Abdillah, Ivanya Anindhi dan Aida Aulia.
Salah seorang anggota tim, Aulya mengatakan, gagasan pembuatan alat ini muncul dari banyaknya kasus pemalsuan produk pangan di Indonesia. Salah satunya penggunaan ayam tiren yang digunakan sebagai bahan dasar bakso di Kabupaten Bantul, Yogjakarta pada 2022 lalu. Hal ini ditambah dengan terbatasnya indera manusia dalam mendeteksi pemalsuan produk pangan tersebut.
“Pemalsuan itu penggunaan bahan-bahan yang tidak sesuai dengan yang disampaikan kepada konsumen. Misalnya produk yang seharusnya menggunakan daging ayam ternyata terbuat dari daging tikus. Alat ini diharapkan bisa mendeteksi bahan-bahan berbahaya yang tidak seharusnya ada pada makanan,” ungkapnya, Senin (9/10/2023).
Ia menjelaskan cara kerja alat ini adalah dengan memasukkan sample makanan ke dalam tempat yang telah disediakan. Selanjutnya pada layar touchscreen, akan ditampil 3 menu atau ikon utama yaitu database, measure, dan setting.
“ Pada database, terdapat empat menu turunan, yaitu input yang berisi data real dari sampel yang diperiksa dan data referensi mengenai ciri umum kepalsuan pangan yang pernah terjadi di Indonesia,” kata Aulya.
Selain itu, juga ada menu penyimpanan data yang digunakan untuk menyimpan data asli dari sampel yang diperiksa sebelumnya beserta data referensi. Ada pula menu perbandingan, dimana akan dilakukan proses perbandingan dari database dan data referensi yang disimpan sebelumnya.
“Terakhir ada menu hasil dan laporan yang akan mengeluarkan hasil perbandingan yang dilakukan sebelumnya,” ujarnya.
Sementata pada menu measure, terdapat empat menu turunan juga. Pertama, pengukuran pemalsuan untuk mengukur tingkat pemalsuan pangan yang sedang di deteksi. Kedua, pengukuran kualitas hasil untuk mengukur keakuratan hasil pendeteksi pemalsuan pangan.
“Ketiga, pelaporan hasil untuk mencentak hasil pendekti alat portabel ini. Keempat, pemberitahuan yang berisi pemberitahuan tingkat pemalsuan. Mulai dari rendah, menengah atau tinggi yang ditandai dengan warna merah jika tinggi, warna kuning jika menengah warna hijau jika rendah,” paparnya.
Menu terakhir adalah setting. Pada menu ini tedapat 3 komponen, yaitu pengaturan alat pemindaian untuk mengatur sistem yang ingin digunakan untuk mendeteksi apakah inframerah, ultravuolet portabel, dan cahaya tampak. Lalu ada pengaturan data base untuk mengubah atau mengedit data yang terdapat pada database.
“Yang ang terakhir adalah keamanan dan pengaturan untuk melindungi akses dan mengontrol izin pengguna alat ini. Sehingga alat ini tidak dapat digunakan atau disalah gunakan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Karena bentuknya baru prototipe, mereka baru mengkampanyekan alat tersebut,” tandasnya.
Ia berharap, alat ini bisa direalisasikan sebagai salah satu bentuk antisipasi dalam pemalsuan pangan berkelanjutan.