KBRN, Malang : Ritual Kematian Tedong Bunga yang dilakukan oleh masyarakat di Tana Toraja menjadi salah satu tradisi yang telah dikenal dunia. Masyarakat Toraja yang tinggal di daerah pegunungan masih mempertahankan tradisi dan budaya yang diwarisi dari nenek moyang secara turun temurun. Meski telah melalui proses dan asimilasi budaya, kini banyak agama Protestan, Katolik dan Islam, namun ritual dengan kepercayaan lama (AlukToDolo) masyarakat Tana Toraja masih diyakini dan dilakukan.
Hal itulah yang membuat Mahasiswa Program Studi Doktor Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang, Ferdy Kusno mengangkat tradisi ini dalam ujian doktor yang digelar pada Rabu (15/6/2022). Pria yang kini menjabat sebagai Kepala Radio Republik Indonesia (RRI) Makassar ini menonjolkan terkait makna sosial kerbau belang (tedong bonga) dalam ritual kematian masyarakat Tana Toraja untuk meraih gelar doktor sosiologi budaya. Ujian doktor kali ini juga dihadiri I. Hendrasmo, Direktur Utama LPP RRI, Direktur Keuangan LPP RRI M. Fauzan dan jajaran pimpinan RRI di Jawa Timur.
Dalam disertasinya, Ferdy mempertanyakan dua hal utama. Pertama, yakni terkait makna tedong bonga. Kemudian yang kedua mengenai pergeseran tata laksana ritual kematian di masyarakat Tana Toraja.
"Jadi Tedong Bonga merupakan simbol adat yang disakralkan dan dibentuk berdasarkan makna simbolik. Selain itu juga dipengaruhi oleh nilai-nilai tradisi, agama, prestise dan ekonomi," paparnya.
Lebih lanjut, Ferdy mengatakan bahwa makna kematian yang penuh arti membuat manusia berlomba-lomba melakukannya dengan maksimal. Adapun simbol-simbol itu disakralkan dan diterapkan sesuai dengan kesepakatan bersama. Di samping itu simbol yang digunakan dalam ritual kematian tidak mendobrak tatanan adat.
“Jumlah kerbau belang yang dikorbankan menggambarkan status sosial seseorang. Jadi tidak semua orang bisa melakukan tradisi kematian dengan menggunakan kerbau belang, karena kerbau ini hanya ada di beberapa daerah. Selain itu, hanya bangsawan yang bisa menyelenggarakan tradisi menggunakan kerbau bonga,” ungkap Ferdy.
Ferdy juga mengungkapkan bahwa menurut warga di Tana Toraja, kerbau belang merupakan kendaraan menuju nirwana untuk memulai kehidupan baru dengan roh para leluhur. Tedong bonga juga dianggap sebagai simbol tertinggi dalam ritual kematian yang dipersembahkan sebagai wujud kasih sayang terhadap orang tua atau keluarga yang meninggal.
"Meski kerbau ini harganya mahal hingga ratusan juta, tetapi masyarakat Toraja tetap menyelenggarakannya sebagai wujud penghormatan pada leluhur," kata dia.
Disertasi Ferdy telah diterbitkan melalui beberapa karya. Salah satunya lewat buku yang diterbitkan oleh penerbit Bildung. Selain itu apa yang dibahas dalam disertasi juga sudah termuat di jurnal-jurnal internasional.
Dirut LPP RRI, I. Hendrasmo mengapresiasi capaian Ferdy meraih gelar doktor. Menurutnya, hal itu dapat meningkatkan citra RRI karena senantiasa diisi oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi. Untuk itu, ia juga berharap angkasawan RRI lainnya juga mengikuti jejak Ferdy untuk bisa meningkatkan jenjang pendidikan.
"Tentu promosi doktor Pak Ferdy ini bisa menjadi pelecut semangat bagi staf-staf lain untuk melanjutkan pendidikan," tuturnya.
Menurut Hendrasmo, semakin tinggi jenjang pendidikan, maka akan dapat membantu RRI dalam melaksanakan tugasnya dalam memberikan kualitas layanan konten yang disediakan oleh RRI.
“Seiring dengan itu, konten kita juga akan meningkat sehingga mampu memberikan hal yang bermanfaat dan berkualitas,” pungkasnya.