KBRN, Malang : Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melalui Program Profesor Penggerak Pembangunan Masyarakat (P3M) menggagas pertanian organik di Bondowoso. Bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) Indonesia, maka program ini menjadikan Bondowo sebagai percontohan nasional pertanian organik.
guru besar pertanian UMM, Prof. Dr. Indah Prihartini, Kampus Putih telah mengembangkan pertanian organik di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk Bondowoso. Pertanian organik ini akan dikembangkan lebih luas lagi ke berbagai daerah-daerah di seluruh Indonesia.
Pada prpgram P3M yang dikomandani
Wakil Menteri Diktisaintek, Prof. Fauzan menilai bahwa program ini dapat mendorong petani setempat untuk meningkatkan ekonomi lokal melalui pertanian organik. Saat ini omzet yang didapat bisa mencapai 1 sampai 2 miliar dengan jumlah produksi 30 hingga 50 ton beras organik perbulan.
“Upaya memajukan Indonesia bisa dilakukan dengan memulainya dari usaha desa-desa, sebagaimana yang telah dilakukan perguruan tinggi sperti UMM selama ini,” katanya, Kamis (19/12/2024).
Menurutnya, ekosistem yang bagus sudah terbentuk di Bondowoso, utamanya di desa Lombok Kulon. Maka, ia berharap upaya-upaya yang dilakukan bisa terus dijalankan dengan cara mendorong anak-anak Bondowoso untuk melanjutkan pertanian organik di masa depan.
“Prof Indah dan tim UMM tentu tidak selamanya bisa mendampingi. Maka, anak-anak asli Bondowoso harus bisa melanjutkan upaya yang sudah dimulai ini. Kelanjutan sumber daya manusia berkualitas merupakan hal penting yang juga harus diperhatikan,” ujarnya.
Pj Bupati Bondowoso Muhammad Hadi Wawan Guntoro berharap anak-anak muda Bondowoso bisa terinspirasi dari kerja keras Prof. Indah selama ini untuk memberikan manfaat.
“Bondowoso juga sudah siap dijadikan role model yang bisa dicontoh oleh berbagai daerah di Indonesia. Ini juga menjadi bentuk upaya kami dalam mendukung salah satu program utama Presiden Prabowo Subianto. Yakni mengembangkan ketahanan pangan yang kuat dan mandiri,” tuturnya.
Adapun UMM mengawali pengabdiannya dengan menjalankan pertanian organik di lahan seluas 20 hektar di Desa Lombokkulon, Bondowoso pada 2013. Kemudian bertambah 20 hektar setiap tahunnya hingga tahun 2017.
UMM juga melebarkan sayapnya ke berbagai desa lain seperti di Desa Sulek, Taal, Gadingasri dan lainnya. Hingga kini, sudah ada ratusan hektar yang sukses digarap dan menuai hasil positif. Bahkan sudah mendapatkan sertifikasi organik internasional.
Sementara itu, Wakil Rektor IV UMM Muhammad Salis Yuniardi, Ph.D. menjelaskan bahwa visi misi Kampus Putih tentu sejalan dengan pemerintah yang dipimpin Presiden Prabowo. Utamanya dalam hal ketahanan pangan, mandiri energi, dan lainnya.
“Kami berkomitmen agar Lombokkulon Bondowoso tidak hanya berhenti di bidang pertanian organik. Tapi juga bisa menjadi wilayah mandiri energi. Ada banyak potensi di sini seperti panas yang menyengat dan juga aliran air sungai yang deras dan konstan. Ini menjadi potensi untuk bisa jadi wilayah mandiri energi,” pungkasnya.