WARGANET ramai-ramai menggunakan gambar potongan buah semangka pada unggahan di media sosial sebagai bentuk dukungan dan solidaritas terhadap Palestina. Komposisi warna bendera Palestina yang terdiri dari merah, hijau, putih, dan hitam dianggap termanifestasi pada potongan semangka. Buah ini disebut tumbuh di seluruh Palestina, dari Jenin hingga Gaza.
Simbol semangka sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina bukan hanya merupakan metafora visual. Tetapi juga memiliki makna mendalam yang terkait dengan perjuangan rakyat Palestina atas penindasan oleh Israel. Karena itu, buah ini kerap pula disebut sebagai the fruit of Palestine.
The Story of the Watermelon
Dilansir dari berbagai sumber, rupanya penggunaan semangka sebagai simbol perjuangan Palestina bukan merupakan fenomena baru. Simbol ini memiliki akar sejarah yang panjang, yang pertama kali muncul selama konflik bersejarah Perang Enam Hari di tahun 1967. Dalam perang tersebut, Israel mengambil kontrol atas Tepi Barat dan Gaza serta mencaplok Yerusalem Timur. Atas pendudukan itu, pemerintah Israel mengeluarkan larangan terhadap pengibaran bendera Palestina di Tepi Barat dan Gaza.
Untuk menghindari larangan tersebut, rakyat Palestina secara kreatif menggunakan semangka sebagai simbol yang merepresentasikan bendera Palestina. Namun, ketika pemerintah Israel menyadari arti dari semangka ini, segera mereka memperluas larangan bukan hanya terhadap pengibaran bendera Palestina tetapi juga semua hal yang mengandung kombinasi dari komposisi warna bendera Palestina. Pada 1980-an, pemerintah Israel bahkan menyita seluruh karya yang mengandung warna merah, putih, hijau, dan hitam (cnnindonesia.com. 2023).
Larangan terhadap bendera Palestina dan simbol warna terkait baru dicabut pada tahun 1993, setelah adanya Perjanjian Oslo yang mensyaratkan pengakuan timbal balik antara Israel dan Palestina. Kesepakatan ini menjadi perjanjian formal Israel-Palestina pertama yang mencoba menyelesaikan konflik kedua wilayah selama beberapa dekade (detik,com, 2023). Kemudian, pada tahun 2007 seniman Khaled Hourani membuat gambar semangka bertajuk The Story of the Watermelon untuk sebuah buku karya bersama berjudul Subjective Atlas of Palestine. Sejak itulah, buah semangka sebagai simbol identitas dan dukungan pada perjuangan Palestina semakin populer di seluruh dunia.
Selain itu, saat ini penggunaan gambar semangka di media sosial oleh warganet juga dilakukan untuk menghindari shadow banned. Sebab, beberapa platform media sosial melakukan pembatasan (banned) terhadap unggahan yang berkaitan dengan Palestina. Maka untuk mengakalinya, warganet menggunakan gambar semangka sebagai ekspresi solidaritas pada rakyat Palestina sekaligus sebagai kecaman terhadap kebiadaban Israel yang terus terjadi di negeri itu.
Sebagai simbol solidaritas untuk Palestina, ada beberapa cara menggunakan semangka yang dilakukan oleh warganet di media sosial, seperti mengunggah gambar semangka dengan tagar #FreePalestine atau #StandWithPalestine. Selain itu, menggunakan emoji semangka saat membicarakan tentang Palestina di berbagai unggahan atau percakapan. Ada pula yang sekadar melakukan repost pada unggahan gambar potongan semangka. Apapun itu, semua ditujukan sebagai ekspresi empati terhadap nasib rakyat Palestina dan dukungan terhadap kemerdekaannya.
Tanggung Jawab Bersama
Dukungan terhadap Palestina adalah tanggung jawab bersama. Atas nama kemanusiaan, Israel harus dikecam atas serangan membabi-buta yang terus dilancarkan. Perang yang menyisakan kehancuran dan mengakibatkan penderitaan bagi warga sipil tak berdosa harus segera diakhiri. Karena itu, aspirasi itu harus terus menggema, agar menggugah kesadaran Israel dan negara-negara sekutunya agar menghentikan serangan, juga agar menggugah Hamas dan pihak-pihak yang mendukungnya menurunkan tensi perang. Sebab, tidak ada harga yang lebih mahal dari nyawa manusia tak berdosa korban perang.
Membela kemanusiaan adalah tugas moral. Kita harus berkomitmen untuk terus melakukannya karena beberapa hal. Pertama, perang menyebabkan penderitaan bagi warga sipil yang tidak terlibat. Membela kemanusiaan berarti melindungi dan memperjuangkan hak mereka dari dampak perang yang merusak. Kedua, hak asasi manusia adalah hak-hak fundamental yang dimiliki oleh setiap individu, tanpa memandang asal usul, agama, ras, ataupun kebangsaan. Perang merenggut hak ini, dan membela kemanusiaan berarti memastikan bahwa hak-hak ini dipenuhi, dihormati dan diperjuangkan.
Ketiga, perang adalah pertumpahan darah. Membela kemanusiaan berarti berusaha mencegah pembunuhan, luka-luka, dan kerusakan yang tidak perlu dihadapi oleh manusia. Keempat, setelah perang berakhir, ada kebutuhan untuk memulihkan wilayah yang terkena dampak, membangun kembali infrastruktur, dan membantu masyarakat dalam proses pemulihan fisik dan psikologis. Membela kemanusiaan berarti memberikan dukungan yang diperlukan untuk memfasilitasi proses ini.
Kelima, membela kemanusiaan juga membantu membangun jalan menuju perdamaian dan rekonsiliasi. Keenam, membela kemanusiaan adalah langkah penting dalam menciptakan dunia yang lebih damai. Ketujuh, membela kemanusiaan berarti mengirim pesan indah bagi generasi mendatang karena kita memiliki tanggung jawab moral untuk meninggalkan dunia yang damai bagi anak dan cucu.
Lebih dari itu, selain solidaritas dalam bentuk unggahan semangka di media sosial, bantuan dan dukungan secara nyata juga perlu terus dilakukan. Apapun bentuknya, dukungan tersebut menjadi sangat berarti sebagai bukti nyata empati atas Palestina dan penolakan atas penjajahan. Termasuk juga, peran dan kontribusi nyata pemerintah Indonesia untuk mengupayakan perdamaian terus dinanti. Sebagaimana amanat konstitusi, bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Semoga perang Israel-Palestina segera berakhir, atas nama kemanusiaan, perdamaian dunia, dan kemerdekaan abadi umat manusia. (*)
*(Dosen Hubungan Internasional FISIP Universitas Muhammadiyah Malang)