Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Foto/Dok/UMM
JAKARTA - Universitas Muhammadiyah Malang ( UMM ) terus memegang teguh visi menjadi universitas bertaraf global. Untuk mewujudkannya, UMM secara masif banyak melakukan kerja sama dengan berbagai stakeholder internasional.
Teranyar, Kampus Putih menjalin kerja sama dengan Non-Aligned Movement Centre for South-South Technical Cooperation (NAM-CSSTC). Kerja sama itu terjalin dengan adanya penandatangan Memorandum of Understanding pada 7 Juni lalu.
Adapun NAM CSSTC adalah organisasi antar pemerintah yang biasa dikenal dengan gerakan non blok. Banyak kerja sama yang dilakukan untuk mencapai misi dalam meningkatkan kapasitas. Termasuk kapasitas sumber daya manusia. Saat ini, ada lebih dari 100 negara yang tergabung di dalamnya.
Direktur NAM-CSSTC, Diar Nurbintoro menilai bahwa UMM memiliki tujuan pasti dan terukur dalam mengembangkan pendidikan. Bukan hanya bagi mahasiswa Indonesia, tapi juga para mahasiswa asing. Untuk alasan itulah, NAM-CSSTC memilih kampus putih untuk diajak kerja sama dalam pengembangan manusia.
"Sudah sejak lama saya tahu kampus UMM. Perkembangannya sangat pesat. Ditambah lagi dengan adanya program Center of Excellence (CoE) yang inovatif dan bisa menjadi jawaban atas masalah sumber daya manusia. Kami juga tentu akan turut berkontribusi untuk pengembangan program CoE ini,” ungkap Diar.
Pria yang pernah menjadi Duta Besar RI untuk Rumania itu juga menjelaskan fungsi NAM-CSST. Salah satunya adalah untuk memberikan pengembangan capacity building. Utamanya bagi negara-negara yang tergabung di gerakan non-blok dan negara bagian selatan-selatan.
"Salah satu caranya yakni dengan pemberian beasiswa kepada mahasiswa asing dari negara terkait yang berkuliah di Indonesia. Untuk saat ini, implementasi kerja sama dengan UMM masih terkait beasiswa. Harapan ke depannya, kerja sama ini bisa diperluas, baik pada aspek riset maupun penelitian," pungkas Diar.
Di sisi lain, Dr. Ir. Listiari Hendraningsih, MP. selaku kepala IRO UMM menjelaskan bahwa kerja sama dengan Gerakan Non-Blok tersebut difokuskan pada pemberian beasiswa S2 kepada mahasiswa asing anggota non-blok yang berkuliah di UMM. Ada lebih dari seratus negara yang tergabung dalam gerakan non-blok, mulai negara dari benua Afrika, Amerika Latin, Asia Selatan, dan Asia Tenggara.
Lis, sapaannya, juga mengatakan bahwa kerja sama tersebut akan dikembangkan di tingkat yang lebih besar. Utamanya dalam kolaborasi penelitian dan kontribusi besar untuk memberikan efek untuk kemajuan global.
“Hal tersebut juga menjadi bukti nyata upaya internasionalisasi UMM. Meningkatkan kuantitas kerja sama dengan pihak-pihak internasional dan meningkatkan kualitas dalam meimplementasikan kegiatan-kegiatan konkret dari kerja sama tersebut,” tegasnya mengakhiri.