Aktivis NII "Cari Mangsa" di Kampus-Kampus

Author : Humas | Senin, 25 April 2011 | Suara Karya - Suara Karya

JAKARTA (Suara Karya): Orangtua diminta untuk lebih peduli atas keberadaan anaknya, terutama jika kuliah di luar kota. Hal itu karena kini banyak aktivis NII (Negara Islam Indonesia) mencari "mangsa" di kampus-kampus.

Hal itu diungkapkan Koordinator Nasional Ketua Badan Eksekutif Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus (BKLDK), Muhammad Rizqi Awal, dalam jumpa persnya yang digelar di Kota Malang, Minggu (24/4).

 

Menurut Rizqi, kasus cuci otak yang menimpa mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) oleh aktivis NII bukan hal baru. Hal itu sudah terjadi sejak lama. Proses cuci otak dan pembaiatan kepada calon pengikutnya tidak hanya dilakukan di Jakarta, tetapi kota-kota lain di Indonesia.

"Hampir di semua kampus di Indonesia, terutama di Malang, Jakarta, dan Bandung, juga kota besar lainnya memang banyak aktivis NII berkeliaran mencari pengikut. Kami tahu dari pemikirannya. Tetapi, untuk dibuktikan secara nyata, hal itu masih sulit," katanya.

Kesulitan itu, menurut Rizqi, karena aktivis NII yang bergerak di berbagai kampus itu tidak pernah mengaku dari NII. Mereka menyembunyikan identitas organisasinya. "Gerakan mereka laten. Yang paling berkembang di Jakarta, Bandung, DIY, dan Malang," kata Rizqi menambahkan.

Bahkan dari fakta yang diperoleh, menurut Rizqi, aktivis NII saat ini berusaha akan memindahkan ibu kota Jakarta ke Jawa Tengah. "Itu cita-cita terbesar NII saat ini," katanya.

Karena itu, Rizqi dengan tegas mengecam aktivitas yang dilakukan aktivis NII di berbagai kampus tersebut. Sebab, NII itu sudah jelas tidak mengakui Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). BKLDK dengan tegas mengecam cuci otak yang dilakukan kepada mahasiswa di UMM dan juga di berbagai kampus tersebut.

Rizqi menilai, pemerintah--dalam hal ini intelijen dan kepolisian--sebenarnya tidak serius mengungkap kasus NII dan terorisme itu.

"Sebenarnya intelijen sudah mengantongi data soal itu. Tetapi, mengapa kesulitan untuk mengungkapnya? Sebab, isu tersebut dimainkan oleh pemerintah sendiri. Isu NII untuk menenggelamkan kebijakan pemerintah yang 'gagal' di masyarakat," tuturnya.

Terkait dengan pengejaran terhadap pelaku pencucian otak 15 mahasiswa UMM, Kapolresta Malang AKBP Agus Salim, Sabtu (23/4), mengatakan, pihaknya hingga saat ini belum berhasil menguak lebih dalam. Namun, kesimpulan sementara berdasarkan pengakuan korban, pelaku mengaku mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.

"Yang dari UII itu adalah Adam. Untuk Fikri masih belum jelas asalnya. Itu data yang sudah kami kantongi saat ini," kata AKBP Agus Salim.

Dia menambahkan, korban yang sudah diperiksa polisi tujuh orang. Dari keterangan korban, total kerugian keseluruhan mencapai Rp 82,1 juta. "Tolong, namanya jangan disebutkan karena saat ini kondisi korban masih trauma. Yang jelas sudah diperiksa semua," katanya.

Melihat korban yang masih trauma, AKBP Agus Salim mengatakan, polisi siap untuk menjaga keamanan korban. Apalagi, para korban mengaku sering mendapatkan teror dari orang yang tidak dikenalnya, baik melalui SMS maupun lewat telepon. "Polisi menjamin keamanan bagi para korban," ujarnya.

Namun, hingga kini pihak kepolisian masih belum bisa mengatakan bahwa kasus itu murni masalah ideologi. "Polisi tetap fokus pada penipuannya yang bermodus agama. Soal yang mengarah pada ideologi, itu sudah ada yang menangani. Kami bertugas mengejar pelaku. Foto-fotonya juga ada semua," katanya.

Sementara itu, dari Yogyakarta dilaporkan, perekrut anggota jaringan NII yang berhasil ditangkap polisi ternyata tidak bekerja sendirian. FT dibantu RT yang juga mahasiswi sebuah perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. RT ditangkap polisi pada Jumat atau sehari setelah FT ditangkap di Karangmalang, Depok Sleman, Yogyakarta.

Humas Polda DIY AKBP Anny Pudjiastuti mengatakan, dua mahasiswi perekrut anggota baru jaringan organisasi NII di Yogyakarta dijerat dengan pasal penipuan.

"Berdasarkan alat bukti yang berhasil dikumpulkan petugas, yakni uang Rp 400.000 dari calon anggota yang akan direkrut (korban YT), mereka malah dijerat dengan Pasal 378 KUHP tentang Penipuan," ujar Anny, di Yogyakarta, Sabtu (23/4).

Anny menilai, jaringan yang terbentuk di Yogyakarta ini cukup rapi. Pihaknya masih melakukan pendalaman pada kasus yang menjadi perhatian banyak orang ini. Ia juga mengungkapkan, jaringan ini baru menyusup ke lokasi kampus. "Untuk sementara, masih dalam kalangan kampus, belum keluar. Kami juga masih berhati-hati dalam menangani kasus ini," katanya.

Di Universitas Muhammadiyah Malang dilaporkan, pihak kampus memberikan pendekatan khusus kepada mahasiswa korban cuci otak, yang pernah direkrut oleh orang yang mengaku-ngaku sebagai NII. Universitas akan memberikan hiburan kepada mereka untuk memulihkan kepercayaan diri korban.

"Yang terpenting bisa mengembalikan semangat belajarnya serta hubungan sosialnya dengan teman-teman. Caranya, dengan mengajak rekreasi," kata Humas UMM Nasrullah di Malang, Minggu (24/4).

Namun, Nasrullah mengaku belum tahu harus rekreasi dalam bentuk apa. Pihaknya masih mendiskusikannya dengan tim yang dibentuk UMM untuk menangani kasus-kasus cuci otak gaya NII.

 

"Mungkin kami akan berikan acara outbond di lokasi rekreasi ditambah konsultasi dengan para dosen yang terkait, seperti dosen mata kuliah Al Islam dan terapi psikologi. Ini untuk mengembalikan persepsi mereka atas ajaran Islam yang bisa diterima yang moderat dan menghilangkan ajaran Islam eksklusif hasil doktrin NII nggak jelas itu," kata Nasrullah. (Ant/Tri Wahyuni)

Sumber: http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=277391
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori

Berita Terpopuler