ASEAN Akan Bangun Kemitraan yang Lebih Kuat

Author : Humas | Senin, 23 Februari 2009 | Suara Karya - Suara Karya

JAKARTA (Suara Karya): Perdana Menteri (PM) Thailand Abhisit Vejjajiva mengatakan, ASEAN akan membangun kemitraan yang lebih kuat dan dinamis dengan mitra-mitra di dunia untuk memelihara perdamaian dan kesejahteraan di kawasan.

"Kami akan terus menjadi organisasi yang melihat ke luar dengan mempererat integrasi regional dan bekerja sama dengan mitra-mitra di dunia," kata Abhisit, yang negaranya mendapat giliran menjadi ketua ASEAN, dalam pidatonya di hadapan para diplomat asing di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Sabtu. Acara yang dihadiri puluhan diplomat asing itu dibuka oleh Sekjen ASEAN Surin Pitsuwan.

 

Menurut Abhisit, dalam dunia yang saling terkait dan bergantung secara global satu sama lain, tidak ada negara atau kawasan yang dapat diisolasi dari lingkungan internasional. Dia lantas menunjuk krisis keuangan global saat ini yang menunjukkan tidak ada negara yang kebal.

Menurut dia, ASEAN tidak bisa hanya melihat ke dalam dan harus terus bergerak maju menghadapi tantangan dan ancaman yang cenderung bersifat lintas batas dan kait mengait dengan bagian lain. "Karena itu, kita harus meningkatan kerja sama untuk mengatasi krisis ini khususnya dan jangan ada pemberlakuan proteksionisme," ujarnya.

Abhisit mengatakan, para menteri keuangan ASEAN akan bertemu di Phuket, Thailand, untuk membahas krisis itu dan mencari cara untuk mengatasinya. "Hanya melalui ASEAN yang lebih terintegrasi kita dapat berkompetisi secara global dan kita dapat menjamin masa depan yang lebih baik bagi rakyat kita," katanya.

ASEAN beranggotakan Indonesia, Thailand, Brunei, Filipina, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura dan Vietnam. Kini ASEAN telah memasuki era baru setelah ditandatanganinya Piagam ASEAN, sebuah landasan hukum bagi perhimpunan itu yang didirikan 40 tahun lalu. Sebagai ketua ASEAN, Thailand telah memilih tema "Piagam ASEAN untuk Rakyat ASEAN (ASEAN Charter for ASEAN Peoples)."

Joint Research

Sementara itu, sejumlah perguruan tinggi papan atas di Indonesia akan melakukan penelitian bersama (joint research) dengan perguruan tinggi Thailand. Pihak Indonesia akan meneliti tentang agribisnis, pariwisata, dan perdagangan dunia, sedangkan Thailand akan meneliti tentang engineering dan manufaktur.

Hal itu terungkap saat Sekjen Komisi Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Thailand Sumate Yamnoon bertemu dengan Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas Fasli Jalal, di Jakarta, Jumat petang.

Fasli Jalal menjelaskan, kerja sama dengan pemerintah Thailand dalam bidang pendidikan tinggi baru pertama kali dilakukan. Program itu akan dimulai dengan pertukaran mahasiswa pascasarjana (S-2) untuk belajar di masing-masing negara selama 1 tahun.

"Setelah satu tahun masa belajar itu, kemudian masing-masing pihak akan membentuk tim untuk joint research dalam bidang yang selama ini diunggulkan di masing-masing negara, seperti agribisnis, pariwisata, dan international trade untuk Thailand. Sedangkan mereka belajar tentang engineering, manufaktur dan human resources di Indonesia," ucap Fasli.

Perguruan tinggi yang dilibatkan dalam program pertukaran mahasiswa dan penelitian, antara lain, Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Bina Nusantara (Binus), Universitas Pancasila, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Petra Surabaya.

 

"Kerja sama antar-negara (G to G) dengan pemerintah Thailand memang baru dilakukan. Tetapi, mahasiswa Indonesia yang kuliah dengan biaya sendiri ke Thailand cukup banyak jumlahnya," kata Fasli yang mengaku belum tahu secara tepat jumlah mahasiswa Indonesia yang kini belajar di Thailand. (Tri Wahyuni/*/Hasyim)

Sumber: http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=221012
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori

Berita Terpopuler