Dephan Akan Terapkan Pendekatan Nonmiliter
Author : Humas | Senin, 11 Januari 2010 | Suara Karya - Suara Karya
SURABAYA (Suara Karya): Departemen Pertahanan (Dephan) akan segera membentuk Badan Nasional Pengelola Perbatasan untuk meningkatkan keamanan di kawasan dan garis perbatasan pada 200 pulau terluar melalui pendekatan militer dan nonmiliter.
Hal itu dikemukakan Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro di sela-sela menghadiri wisuda di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) "Veteran" Jatim, di Surabaya, Jawa Timur, akhir pekan lalu.
"Pembentukan badan nasional itu dari sisi pertahanan akan kami kelola, sedangkan sisi sosial ekonominya akan diketuai Menteri Dalam Negeri, namun pelaksanaannya akan tetap kami kawal," katanya.
Dalam acara yang juga dihadiri pengamat politik dan militer Dr Muhadjir Effendy itu, ia mengatakan, pembentukan badan tersebut merupakan langkah strategis bagi negara untuk mengamankan sekitar 200 pulau terluar.
"Dengan kehadiran kegiatan ekonomi di sejumlah pulau terluar merupakan salah satu bentuk pertahanan yang efektif untuk mencegah negara lain mengklaim wilayah RI sebagai bagian dari wilayah mereka," katanya seperti dikutip Antara.
Menurut dia, kehadiran kegiatan ekonomi adalah bentuk pematokan perbatasan yang paling bagus dan paling efektif untuk mempertahankan kedaulatan Indonesia.
"Karena itu, seluruh departemen terkait seperti Dephan, Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), Departemen Pertanian (Deptan), Departemen Kehutanan (Dephut), dan departemen lain, harus bersatu padu menghadirkan kedaulatan RI melalui kekuatan nonmiliter," katanya.
Ia mencontohkan kawasan itu berada di perbatasan antara Papua dengan Papua Nugini dan Kalimantan Barat dengan Timor Leste. Sampai sekarang, permasalahan di pulau terluar itu ada yang sudah selesai tarik-menariknya seperti Papua Nugini.
"Selain itu, ada yang dalam proses negosiasi. Ada yang hingga kini belum terselesaikan seperti di Timor Leste. Ada yang belum ditetapkan dan ada yang tumpang tindih, semisal kasus Ambalat," katanya.
Perubahan Radikal
Sementara itu, pengamat militer yang juga Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dr Muhadjir Effendy menilai, perlu adanya perubahan radikal terkait pengamanan di pulau terluar RI dan garis perbatasan dengan negara lain.
"Pengamanan itu perlu dilakukan secepatnya. Apalagi negara tetangga selama ini sudah berancang-ancang mendaku (klaim) sejumlah pulau terluar sebagai miliknya. Kalau tidak dimulai dari sekarang, kita bisa kecolongan pulau tersebut, padahal beberapa pulau itu memiliki sejumlah potensi yang bisa meningkatkan kehidupan sosial dan ekonomi," katanya.
Doktor militer alumnus Universitas Airlangga (Unair) Surabaya itu menyatakan, potensi yang terkandung di pulau itu seperti sumber daya alam tambang dan minyak.
"Untuk itu, pemerintah perlu mengerahkan dana dan upaya terpadu dalam mengamankan seluruh wilayah RI. Kalau perlu jumlah pasukan pengaman di beberapa kawasan itu ditingkatkan dari jumlah sebelumnya," katanya. (Andira)
Sumber: http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=243886
Shared:
Komentar