Mahathir Rizki Sudah Betah di "Negara Baru"
Author : Humas | Kamis, 21 April 2011 | Suara Karya - Suara Karya
Kasus penculikan mahasiswa yang diduga dicuci otak oleh kelompok Negara Islam Indonesia (Indonesia) belum berakhir. Bahkan ada korban penculikan, justru mengaku sudah merasa nyaman di lingkungan "negara baru" mereka.
Mahathir Rizki, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), asal Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang diduga menjadi korban penculikan kelompok NII, akhirnya diketahui keberadaannya. Dia menghubungi orangtuanya melalui telepon pada Selasa (19/4), dan mengaku berada di Kota Semarang, Jawa Tengah.
Penjelasan itu disampaikan, paman Mahathir, Ismed Jayadi, di Malang, pada Rabu (20/4). Dalam pembicaraan telepon, ujarnya, dia (Mahathir) mengaku telah merasa nyaman dengan kelompok barunya. "Rizki mengaku sudah nyaman dan bekerja enak di negara yang baru," kata sang paman.
Walau begitu, dikatakan Ismed, keponakannya itu tidak mau menyebutkan lokasinya secara pasti. "Dia hanya bilang ada di Semarang," ujarnya.
Dalam pembicaraan lewat telepon itu, Mahathir juga minta agar pihak keluarga menghentikan pemberitaan tentang dirinya di media massa. "Katanya dia malu fotonya ada di berbagai media," tambah Ismed.
Pada konteks ini, pihak keluarga seperti dijelaskan Ismed merasa ada keganjilan. "Mahathir seperti didikte untuk mengucapkan hal itu," ujarnya.
Dengan adanya hubungan telepon itu, pihak keluarga malah makin khawatir atas keselamatan mahasiswa semester dua Fakultas Teknik Jurusan Teknologi Informasi tersebut.
Pada kesempatan itu, pihak keluarga juga meminta agar Mahathir pulang saja ke Bima. Namun, walaupun dibujuk oleh kedua orang tuanya, anak dari pasangan Abdul Mutollib dan Rostina itu tetap tak mau pulang.
"Itu tadi, dia mengaku sudah nyaman dan tenang bergabung di NII di Semarang," cetusnya. Mahathir menghubungi kedua orang tuanya pada pukul 19.00 WIB, Dia juga mengaku sudah siap dan berkomitmen untuk mendirikan NII.
Di satu sisi, dijelaskan sang paman, pihak keluarga akan terus berusaha mengajak Mahathir pulang.
Sementara itu, Kepala hubungan masyarakat (Kahumas) UMM, Nasrullah menyatakan, ada dua kemungkinan dalam kasus ini. "Bisa penipuan bermodus agama, atau bisa juga murni direkrut untuk anggota Negara Islam," katanya.
Dia, yang mewakili Rektor UMM, DR Muhajir Effendi meminta kepada pihak kepolisian, untuk mengusut tuntas kasus tersebut. Apakah memang penipuan bermodus agama atau memang murni 'cuci otak' untuk kepentingan Negara Islam.
Selain Mahathir, satu orang lagi mahasiswa UMM, yang belum ditemukan adalah Agung Arief Perdana Putra asal Gresik, Jawa Timur.
Seperti diketahui, pihak UMM mengetahui adanya kasus pencucian otak sembilan mahasiswanya, setelah mendapat laporan dari para keluarga. Pihak keluarga melaporkan, anak mereka minta uang bervariasi antara Rp 20 - 30 juta, dengan alasan digunakan untuk keperluan kuliah.
Pihak kampus menyatakan kebutuhan perkuliahan sudah tertuang dalam buku pedoman mahasiswa. Sehingga tidak ada biaya seperti diminta oleh mahasiswa. Setelah diselidiki ternyata 10 mahasiswa itu menjadi korban pencucian otak oleh kelompok Islam radikal. Korban kebanyakan merupakan mahasiswa baru.
Modusnya pelaku mengajak diskusi tentang kandungan Al Quran, di sejumlah tempat seperti di mall dan cafe. Dalam diskusi, pelaku menyatakan negara kesatuan Republik Indonesia adalah merupakan negara kafir. Kemudian korban diajak untuk membentuk negara Islam.
Data di UMM menyebutkan mahasiswa korban cuci otak kelompok yang dicurigai dari NII berjumlah sembilan orang. Mereka dari Fakultas Teknik jurusan Informatika dan Fakultas Ilmu Kesehatan.
Para mahasiswa itu adalah Maya Mazesta, Muhammad Hanif Ramdhani, Agung Arif Perdana Putra, Mahathir Rizky, Reviana Efendi, Wahyoe Darmawan, M Rikcy Kurniawan, Rezza Yuniansyah Nuur Ilmi, dan Fitri Zakiyya.
Tujuh mahasiswa sedang mengikuti ujian tengah semester (UTS), kecuali Agung dan Rizky. Kesembilan mahasiswa itu ada yang sudah mengikuti pembaiatan di Jakarta sekaligus menyerahkan uang Rp 10 juta sampai Rp 30 juta. (Budi Seno/Ant)
Sumber: http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=277230
Shared:
Komentar