PEKAN ILMIAH MAHASISWA NASIONAL Insentif untuk Pengurusan HaKI

Author : Humas | Rabu, 26 Juli 2006 | Suara Karya - Suara Karya

Banyak karya ilmiah mahasiswa yang berpotensi dipatenkan, seringkali lolos ke industri. Tidak sedikit dari karya mereka dipatenkan orang lain, termasuk oleh negara lain. Hal ini tidak lain karena kesadaran mahasiswa untuk mematenkan karya ilmiah masih sangat kurang.

 

 

Karena itu, melalui Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-19 yang bakal digelar di Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur, pada 26-29 Juli 2006, mahasiswa diharapkan, tidak mudah "menjual" karya ilmiahnya yang berpotensi paten.

 

 

 

 

 

"Jadi mereka jangan terburu-buru melepas karyanya ke pasaran atau dunia industri. Sebab, kalau hal itu terjadi, yang rugi tidak hanya manusia tetapi juga negara," kata Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P2M) Ditjen Pendidikan Tinggi Depdiknas, Muhammad Munir dalam jumpa pers, di Jakarta, Rabu (19/7).

 

 

 

 

Munir mengatakan, pihaknya menyediakan insentif bagi mahasiswa dan komunitas pendidikan yang akan mempatenkan karya inovasinya untuk memperoleh hak atas kekayaan intelektual (HaKI).

 

 

 

 

"Pemberian insentif ini diharapkan bisa membantu, sehingga kita tidak "kecolongan" terus. Karena hasil pemantauan kami, banyak karya ilmiah mahasiswa dan dosen yang lolos begitu saja," ucap Munir.

 

 

 

 

Lewat pemberian insentif, lanjut Munir, Depdiknas akan menanggung seluruh biaya mulai dari biaya pendaftaran hingga sertifikat patennya keluar.

 

 

 

 

"Saat ini karya ilmiah yang inovatif dan terbaru dari mahasiswa masih langka. Hal ini karena bangsa Indonesia yang lebih memperhatikan kekayaan alam daripada kekayaan intelektual. Kekayaan intelektual di Indonesia sebetulnya banyak, tetapi sayangnya sedikit sekali anak bangsa yang peduli dengan kekayaan intelektual," katanya.

 

 

 

 

Dia mencontohkan rotan yang merupakan kekayaan alam Indonesia, tetapi kekayaan intelektualnya justru dimiliki oleh Amerika. Begitu pula dengan ukiran yang kekayaan intelektualnya dimiliki oleh Malaysia, bukan Indonesia.

 

 

 

 

Sedangkan Jepang tidak mempunyai hasil produk tempe tetapi mempunyai cara pembuatan jamur tempe untuk kosmetika dan Amerika tidak mempunyai hasil rotan, tetapi mempunyai hak paten cara penyambungan rotan.

 

 

 

 

"Kita mengubah pandangan yang selama ini hanya mengandalkan kekayaan alam tetapi mengacu pada kreativitas untuk mengembangkan kekayaan intelektual yang inovatif," katanya.

 

 

 

 

Tentang Pimnas ke-19, Munir menjelaskan, acara itu digelar sebagai ajang bagi mahasiswa untuk menunjukkan kreativitas dan penalaran ilmiah bagi kalangan perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Acara itu akan menampilkan berbagai karya mahasiswa dari 108 perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia serta berbagai kegiatan lomba, diantaranya debat bahasa Inggris, bahasa Arab dan lomba poster.

 

 

 

 

Ia mengatakan, presentasi dalam program kreativitas mahasiswa (PKM) dilaksanakan dalam dua tahap, yakni presentasi tahap pertama akan dipilih tim terbaik setara emas, perak dan perunggu. Sedangkan presentasi tahap kedua akan terpilih tim juara presentasi pada setiap bidang yang dilombakan.

 

 

 

 

"Peserta akan memperebutkan piala bergilir Mendiknas yaitu Adikarta Kertawidya," katanya.

 

 

 

 

Purek III UMM Joko Widodo mengatakan persiapan untuk pelaksanaan Pimnas saat ini hampir rampung. Diharapkan dapat diikuti mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta dari berbagai propinsi. Pihaknya berharap pelaksanaan Pimnas dapat menghasilkan kreatif terbaru.

 

 

 

 

"Selama penyelenggaraan, para peserta akan menginap di tiga kampus UMM," katanya.

 

 

 

 

Pada tahun 1998 mulanya diselenggarakan Lomba inovatif Mahasiswa di Universitas Indonesia dan Pimnas ke-18 tahun 2005 di Universitas Andalas Pandang. "Karya mahasiswa yang akan bertanding saat ini sebanyak 1.528 orang, yang tergabung dalam 524 tim yang berasal dari 108 perguruan tinggi negeri dan swasta," katanya.

 

 

 

 

 

Para mahasiswa yang ikut dalam Pimnas ke-19 ini merupakan finalis program kreativitas mahasiswa (PKM), Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) dan program Technological and Professional Skills Development Project (TPSDP) yang sebelumnya telah diseleksi dan dimonitor pelaksanaannya di lapangan. "Depdiknas memberikan dana Rp 6 juta untuk setiap judul karyanya," tuturnya. (Tri Wahyuni)

 

Sumber: http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=150418
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori

Berita Terpopuler