BELUM genap setengah tahun kepengurusan baru Nahdlatul Ulama (NU) Jepara dilantik. Namun sudah ada segudang kegiatan yang dijalani lantaran momentumnya berdekatan dengan Hari Lahir ke-93 NU. Sedangkan Pimpinan Daerah (PD) Muhammadiyah Jepara baru saja dilantik, Minggu (3/4).
Dalam suasana baru dengan pengurus baru, Rabu (6/4) seluruh pengurus kedua ormas ini bersilaturahmi di lantai 2 gedung NU Jl Pemuda Nomor 51 Jepara. Berdasarkan kesaksian Rais Syuriah PCNU Jepara KH Ubaidillah Nur Umar, silaturahmi resmi kelembagaan tersebut adalah yang pertama.
”Seingat saya, sejak akif di NU, baru kali ini teman-teman Muhammadiyah seluruh pengurusnya di gedung NU. Insya Allah, nanti NU juga bersilaturahmi ke Muhammadiyah. Ini awal yang baik,” ungkap Kiai Ubaidillah.
Pengurus dari PD Muhammadiyah itu diterima para kiai NU dari Syuriah. Ketua Tanfidziyah NU Jepara, KH Hayatun Abdullah Hadziq (Gus Yatun) pun menghadirkan para pengurus NU, termasuk dari badan-badan otonom seperti Muslimat, Fatayat, Ansor, Ikatan Pelajar NU dan Ikatan Pelajar Putri NU.
Ketua PD Muhammadiyah yang baru H Fahrurrozi membenarkan bahwa silaturahmi itu adalah yang pertama secara kelembagaan di gedung NU. ”Dulu, saya saat masih muda, sering ke sini (kantor NU Jepara) saat masih bertemu dengan temanteman Ansor.
Tapi itu sudah 30 tahun lalu. Seingat saya, yang resmi kelembagaan di gedung NU baru kali ini. Sumangga nanti bisa dilanjutkan silaturahminya di Gedung Muhammadiyah,” kata Fahrurrozi, yang kemarin datang bersama 50-an pengurus Muhammadiyah, termasuk dari Aisyiyah, juga Pemuda Muhammadiyah.
Pertemuan tersebut langsung cair karena Kiai Ubaid memulai dengan curhat kenangan-kenangan warga NU dan Muhammadiyah, terutama dalam selisih pendapat soal masalah-masalah cabang dalam ibadah, seperti penetapan awal Idul Fitri dan bacaan qunut di shalat subuh.
”Yang begini-begini sudah biasa. Yang luar biasa nanti NU dan Muhammadiyah bisa bersinergi dalam mengangkat umat, khususnya untuk kemajuan Jepara,” kata Kiai Ubaid. Fahrurrozi menyebut kedatangannya ke NU adalah sebagai ajang silaturahmi, untuk menjalin keakraban. Dalam sejarah, toh pendiri dua ormas ini akrab.
Ia pun mengungkap cerita-cerita ringan, seperti KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) dan KH Hasyim Asy’ari yang memiliki guru sama, yaitu Kiai Sholeh Darat. Kata Fahrurrozi, mantan Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsudin pernah berkelakar dengan mantan Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi.
Mewakafkan Din Syamsudin
”Pak Din, kepada Kiai Hasyim Muzadi mengatakan kalau Muhammadiyah punya jasa besar untuk NU. Salah satunya keberadaan Universitas Muhammadiyah Malang yang 80 persen mahasiswanya dari NU dan banyak yang berhasil.
Pak Din bertanya, apa jasa NU ke Muhammadiyah? Waktu itu Kiai Hasyim menjawab, jasanya NU cukup mewakafkan seorang Din Syamsudin ke Muhammadiyah.
Sebab, ayahnya Pak Din adalah ketua NU Bima (Nusa Tenggara Barat-Red),” ungkap Fahrurrozi disambut gelak tawa hadirin. Fahrurrozi berharap NU dan Muhammadiyah terus bersama mengupayakan kehidupan yang religius, terutama di Jepara.
Pun saat ada kebijakan-kebijakan publik yang sensitif dan dibahas pemerintah, dua ormas ini bisa mengambil peran yang strategis dan konstruktif. ”Misalnya saat pembahasan rapeda pariwisata, kita bisa bersama-sama memberikan masukan.
Sebisa mungkin potensi aturan yang melahirkan penyimpangan kehidupan beragama, bisa dicegah,” ungkapnya. Ia juga berharap sinergi tersebut tak hanya di kepengursan cabang, tapi juga di tingkat kecamatan dan ranting di desa. Gus Yatun menyambut baik silaturahmi tersebut.
Terkait harapan-harapan dari Muhammadiyah, ia menyatakan selama tiga bulan terakhir NU terus mensosialisasikan kegiatan Harlah NU ke seluruh pelosok desa/kelurahan. ”Kami mengambil tema NU untuk Kemajuan Jepara.
Nah, mulai hari ini bersama-sama, NU dan Muhammadiyah untuk kemajuan Jepara,” ujar dia. Dalam kesempatan bersama itu, baik NU maupun Muhammadiyah sama-sama menegaskan akan netral di Pilkada 2017.
Keduanya juga mendorong warganya masing- masing untuk menggunakan hak pilih saat pilkada nanti dengan memberikan pilihan yang cerdas dan dalam suasana persaudaraan. (Muhammadun Sanomae-64).