Solo, CyberNews. Rektor UNS Prof Ravik Karsidi meminta seluruh jajaran dosen dan karyawan, tidak lagi berpedoman PGPS (pinter goblok penghasilan sama). Ke depan, semuanya ditata dengan sistem yang baik, yang berprestasi akan mendapatkan lebih banyak.
‘’Pola pikir atau mind set seperti itu harus diubah. Kita tidak akan maju kalau masih berpola begitu. Kepuasan pelanggan, dalam hal ini pengguna jasa pendidikan di UNS harus menjadi orientasi,’’ kata dia.
Jumat (1/7), seluruh pimpinan universitas, fakultas dan jurusan, dikumpulkan untuk mengikuti sosialisasi tentang budaya kerja dan program UNS ke depan. Selain Rektor, dihadirkan pula Prof Malik Fajar, mantan Mendiknas era Habibie, dan Prof Baedowi, Plt Dirjen Menengah Kemdiknas yang juga guru besar UNS.
Di era kepemimpinannya selama empat tahun ini, Ravik akan menata sistem sehingga siapapun yang memimpin UNS ke depan, tidak akan repot dengan program kerja yang sudah tertata rapi.
‘’Kemapanan dan kesolidan organisasi dalam lembaga merupakan 70 % kunci keberhasilan. Inilah yang perlu ditata dan setahun ini semua harus sudah selesai,’’ tandasnya.
Harus diakui, selama 35 tahun berjalan, UNS belum memiliki budaya kerja yang baik dan tertata. Semua masih berjalan sendiri-sendiri. Fakultas, jurusan, belum semua terkoordinasi satu dengan lainnya. Apalagi satu universitas.
‘’Ini yang tidak boleh terjadi. Kalau ingin mencapai target world class university (WCU), semua harus menjadi satu tim yang solid. Bekerja bersama, tidak bisa berjalan sendiri-sendiri,’’ kata dia.
Bekal untuk itu sudah cukup. Mahasiswa yang masuk, berkualitas. Terbukti rata-rata skor nilai mahasiswa jurusan IPA 82,4, dan rata-rata mahasiswa IPS 7,76. Bahkan mahasiswa Kedokteran terendah 94,6 dan tertinggi 98,94.
‘’Dosen tiga tahun lagi ada 500 doktor, sisanya 900-an magister, dan 148 guru besar. Karyawan begitu juga. Ini modal yang hebat, untuk menjadi pemenang pada jangka panjang 2025 atau 2030 mendatang.’’ ujarnya.
Tentu, ke depan harus meningkatkan jejaring internasional dan regional, tetapi tetap berpijak pada budaya local. Karena itu, program unggulannya adalah budaya jawa, biodiversitas, dan UMKM.
Sebab potensi itu semua ada di Solo, UNS. Malik Fajar menandaskan, yang terpenting UNS harus menjadi jati dirinya sebagai UNS. Bukan sebagai UNS yang seperti UGM atau UI. Karena itu pijakannya harus diperkuat. Perubahan mindset seluruh sivitas akademika sangat penting.
‘’Kita tahu betapa sulit mengubah mind set itu, namun harus dilakukan. Selain itu menjalin kebersamaan seluruh komponen, dengan konsep ‘’nguwongne wong’’. Ini bukan pekerjaan mudah. Satpam, cleaning service, dosen, pimpinan, harus bekerja sama,’’ kata dia yang pernah mejadi rektor dua universitas sekaligus, Universitas Muhammadiyah Malang dan Universitas Muhammadiyah Surakarta dan ke-duanya sukses.