Amalia Irfani
Oleh : Amalia Irfani |
Mahasiswa Doktoral Sosiologi UMM |
Tiada ada yang sia-sia jika semua perbuatan diniatkan untuk mendapatkan ridha dan kasih sayang Allah. Serta tiada ada yang tidak bermanfaat jika perbuatan tersebut bertujuan meraih mimpi, mewujudkan harapan dan merubah nasib kehidupan lebih baik. Jika Allah menjadi segala tujuan maka, kesuksesan hanya tinggal menunggu waktu. Hanya saja memang proses yang akan dilewati tidak semudah teori, tidak segampang ucapan optimis. Keringat bercampur air mata sebagai saksi bahwa hidup adalah perjuangan, penuh rintangan, cobaan hingga maut menjelang.
Kesulitan-kesulitan hidup yang dihadapi jika direnungi dan jika kita mau belajar dari pengalaman hidup orang lain yang telah sukses, sesungguhnya banyak nilai hidup wajib dijadikan teladan. Kesabaran, keikhlasan, tidak merasa tinggi hati dan tidak meremehkan proses sekecil apapun adalah satu diantara trik dan tips orang biasa untuk menjadi luar biasa. Hal tersebut penulis dapatkan saat mengikuti pengukuhan guru besar Profesor Oman Sukmana, M.Si, Ketua Program Studi Pascasarjana Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), sabtu 10 Juni 2023 melalui streaming YouTube.
Haru, bangga dan tergugah merupakan kata yang bisa penulis definisikan, walaupun rasanya belum cukup terlukiskan. Prof Oman sapaan akrab beliau, dikenal sebagai dosen, akademisi yang memiliki komitmen tinggi pada tujuan. Mengenal beliau saat memberikan perkuliahan Telaah Kritis Teori Sosiologi dan Praktek Sosial semester dua dan berlanjut intens saat beliau dilantik sebagai Ketua Program Pascasarjana Sosiologi UMM semester ganjil 2022, dengan kegiatan rutin penambah ilmu pengetahuan melalui diskusi Kuliah Pakar. Kuliah pakar adalah salah satu kegiatan unggulan Pascasarjana Universitas UMM yang bertujuan memberikan bekal ilmu bagi para calon doktor dan magister Sosiologi dalam menentukan teori dan metodologi yang tepat sekaligus memberikan motivasi, semangat agar memiliki kepercayaan diri untuk menyelesaikan tugas akhir hingga gelar didapat.
Pendidikan Itu Mensejahterakan
Terdidik tidak hanya menjadikan individu berpengetahuan. Lebih dari itu terdidik karena memiliki ilmu pengetahuan umum dan agama yang baik adalah salah satu bentuk mensejahterakan lingkungan keluarga dan secara alami (dengan sendirinya) berubah menjadi budaya, yang akan menyehatkan sosial masyarakat.
Prof Oman kelahiran Sumedang Jawa Barat 57 tahun yang lalu, mengkisahkan bagaimana takdir baik sebab keinginan besar orang tua untuk menjadikannya terdidik, telah menghantarkan ke proses dikukuhkan sebagai guru besar sosiologi dan menjadi Profesor pertama kesejahteraan sosial bagian timur. Dalam pengukuhan tersebut Prof. Oman menyampaikan orasi dengan judul "Gerakan Sosial Sebagai Model Intervensi Makro Pekerjaan Sosial".
Orasi yang memiliki makna dualisme tersebut yakni pesan moral sebagai pengemban perubahan baik bangsa dan pesan hidup tentang indahnya kesabaran dalam perjuangan. Tersimpan makna mendalam bahwa ketiadaan bukan penghalang, bukan pula alasan untuk membuat diri tidak terdidik serta berpangku tangan menunggu nasib baik datang.
Gerakan sosial menurut Prof Oman merupakan bentuk kepedulian terhadap sesama, sebuah aksi yang bertujuan perubahan dimasyarakat, dan Muhammadiyah lanjutnya adalah gerakan sosial bermakna yang bertujuan mensejahterakan.
Di akhir pidato pengukuhannya, Prof Oman melantunkan reff lagu lintas generasi karangan Ebit G. Ade bertajuk Ayah, dengan berpesan kepada diri dan hadirin yang hadir, agar tidak mengeluh dengan pendidikan anak. Pendidikan itu mensejahterakan, memberi ruang berkeadaban untuk menjadi maju.
Pendidikan dan Kesejahteraan Bangsa
Ki Hajar Dewantara (KHD) memberikan definisi pendidikan adalah segala usaha dari orang tua terhadap anak-anak dengan maksud menyokong kemajuan hidupnya. KHD juga memberikan pendapat, pentingnya kembali menyampaikan ilmu yang sudah didapat. Kegiatan tersebut disebut mendidik atau mengajar, yakni proses memanusiakan manusia baik secara fisik, mental , jasmani dan rohani.
Dua definisi Ki Hajar Dewantara diatas tersirat makna dan pesan mendalam betapa pentingnya pendidikan diberikan oleh orang tua kepada anaknya sebagai bekal hidup hingga ke anak cucu. Hal serupa juga didefinisikan oleh Kiai Ahmad Dahlan, bahwa pendidikan menciptakan manusia yang: baik budi, yaitu alim dalam agama; luas pandangan, yaitu alim dalam ilmu-ilmu umum; dan bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakat.
Dari pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan, menjadi terdidik adalah tujuan hidup agar terhormat dan memberi manfaat. Pendidikan adalah warisan terbaik yang diberikan orang tua ke keturunannya. Kisah Prof Oman satu inspirasi hidup bagi siapapun kita, yang memiliki pengharapan berkemajuan.(*)