MALANG, Suara Muhammadiyah – Bukan iklan oli kendaraan, tapi kreativitas dan inovasi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Tujuannya tidak untuk kebermanfaatan bagi segelintir orang saja, tapi juga untuk masyarakat secara umum. Kali ini Zidni Ilman Nafian bersama dua orang temannya Alifia Oriana dan Aldiansyah Wahyu merancang alat pendeteksi kelayakan oli berbasis android. Dalam proses pembuatannya, mereka bertiga dibimbing oleh Budiono.
Inovasi yang mereka rancang ini telah berhasil lolos dalam tahap pendanaan di gelaran Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS). Selain itu, mereka juga menyabet penghargaan di acara Internasional Science Technology and Engineering (ISTEC) yang bertempat Bandung tahun lalu. Seakan tidak puas, alat pendeteksi kelayakan oli ini juga berhasil meraih juara 3 dalam kompetisi Pekan Kreativitas Mahasiswa antar Perguruan Tinggi Swasta Tingkat Nasional pada Desember lalu (PIMTANAS).
Saat ditemui, Zidni menjelaskan bahwa ide ini berangkat dari masalah yang pernah ia alami sebelumnya. Beberapa bulan lalu kendaraan bermotornya pernah kehabisan oli, padahal ia berada di tengah perjalanan. Hal itu tentu sangat menyulitkannya. “Saya harus mendorong dan mencari bengkel terdekat. Selain menghabiskan tenaga, juga memakan banyak waktu,” ujarnya.
Berangkat dari masalah itu, akhirnya ia bersama dua temannya merancang alat yang mampu mendeteksi kelayakan oli kendaraan. Alat itu akan diletakkan di dekat penutup oli kendaraan dan nantinya akan menilai apakah oli yang dipakai masih layak atau tidak.
“Sebelum dicoba, kami sudah menyusun base data untuk range kekentalan oli. Ada beberapa level yang sudah dibuat, mulai dari tingkatan oli bagus, sedang hingga tidak layak,” tutur Zidni.
Berdasarkan data yang telah disusun, alat itu akan mengirimkan sinyal ke aplikasi yang sudah tersemat di smartphone. Aplikasi yang ada juga akan memberikan peringatan dan notifikasi bagi pemilik ketika oli sudah menjadi tidak layak pakai. Hal itu tentu akan mempermudah pengguna kendaraan dalam memperkirakan kapan oli harus diganti.
Lebih lanjut, ia bercerita bahwa proses pembuatan alat ini tidak menpat kendala yang berarti. Dimulai dengan penyusunan rencana, diskusi bersama pembimbing hingga percobaannya. Mahasiswa Teknik Mesin tersebut berharap inovasinya bisa memberikan kebaikan dan manfaat bagi sesama. Utamanya kepada masyarakat secara luas.
“Kami tentu akan lebih bahagia jika alat ini bisa digunakan bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang memiliki kendaraan bermotor. Jadi mereka tidak perlu mengira-ngira atau mengecek kelayakan olinya secara manual,” pungkasnya di akhir sesi wawancara. (diko)