Abu Auliyah Berbagi Ilmu melalui Perpustakaan Syariah
Author : Humas | Sabtu, 04 Agustus 2012 15:00 WIB | Surya - Surya
Abu Auliyah di perpustakaan yang berkonsep syariah di rumahnya Jl Klayatan gang III, Sukun Kota Malang
SURYA Online, MALANG - Dalam enam bulan terakhir, Nurlinda keranjingan baca buku, terutama buku-buku tentang Islam. Sejak mahasiswi Universitas Kanjuruhan Malang ini kerap bertandang ke Perpustakaan Syariah di sebuah gang di Jalan Kelayatan III, Kota Malang, ia mulai tertarik mempelajari Islam lebih dalam lewat buku-buku yang dipinjamnya.
Awalnya saya dan teman mendengar tentang adanya perpustakaan bagus di dekat kampus. Kami cari, dan akhirnya ketemu. Sejak itu, saya jadi sering ke sini,” kata Nurlinda ketika ditemui di Perpustakaan Syariah Malang, Kamis (26/7/2012).
Mahasiswi jurusan Pendidikan Matematika angkatan 2011 ini mengaku sudah meminjam lebih dari 20 buku tentang Islam dan keislaman di perpustakaan tersebut. “Entah kenapa sejak datang ke Perpustakaan Syariah, saya jadi suka baca buku-buku tentang Islam.
Padahal, sebelumnya kurang tertarik,” sambungnya. Nurlinda hanyalah satu dari 300-an pengunjung setia Perpustakaan Syariah yang digagas Abu Auliyah (37).
Kisah tentang Muhammad Al Fatih (penakluk Konstantinopel, Red) yang tertuang dalam buku karangan Felix Y Siauw menginspirasi Abu Auliyah dan membuatnya ingin bermanfaat bagi lingkungannya.
“Dari kisah itu saya berkaca, apa yang bisa saya berikan untuk sesama.
Saya pikir, ilmu tidak akan pernah habis, dan buku adalah gerbang ilmu. Langsung saya putuskan untuk membuat perpustakaan,” kata Abu ketika ditemui di kediamannya.
Perpustakaan itu memanfaatkan garasi rumahnya. Meski ukurannya sekitar 4m x 3m, perpustakaan yang sudah dua tahun berdiri ini memiliki 1.613 judul buku tentang Islam dan keislaman.
Memilih membangun Perpustakaan Syariah, Abu menuturkan karena buku-buku tentang kajian Islam, pada umumnya sulit didapat. Kalaupun ada, kebanyakan hanya milik pemerhati agama atau berada di perpustakaan kampus.
“Saya ingin masyarakat biasa juga bisa mengakses buku-buku itu. Jadinya, bisa dibilang inilah cara dakwah saya sebagai seorang muslim,” tuturnya.
Abu yang seorang wirausahawan di bidang jasa ini lalu bercerita tentang salah-seorang tetangganya yang dirundung masalah, yakni usahanya macet. Lalu tetangganya itu berkeluh-kesah dan meminta masukan Abu tentang tata cara berdagang secara islami.
“Langsung saya beri dia buku Marketing Rasulullah, dan Motivasi Islam, serta buku tentang hakikat sedekah. Alhamdulillah, usahanya sekarang lancar, bahkan ia tidak lagi berdagang kaki lima,” ungkap Abu.
Koleksi buku di Perpustakaan Syariah ini diperoleh dari sumbangan berbagai pihak. Ada yang dari kampus, kolega Abu, dan beberapa pemuka agama. Bahkan Kementerian Agama (Kemenag) Kota Malang serta pemkot setempat tak cuma memberi bantuan buku tapi juga keuangan.
“Kampus-kampus terkemuka di Malang (Universitas Negeri Malang, Universitas Islam Negeri Malang, dan Universitas Muhammadiyah Malang, Red) juga mengirimi kami jurnal-jurnal ilmiahnya secara berkala. Selama ini, jurnal-jurnal ini hanya beredar terbatas di kampus-kampus itu. Di Perpustakaan Syariah, masyarakat umum bisa mengaksesnya,” terang suami dari Demi Ratih ini.
Buku-buku tentang keislaman di perpustakaan ini memiliki beragam tema. Mulai dari buku tafsir, hadist, fiqh, ekonomi syariah, novel religi, jurnal ilmiah, hingga motivasi. Abu mengaku hapal di mana-mana jenis-jenis buku itu ditempatkan.
“Meski kecil, perpustakaan kami juga menjadi contoh bagi komunitas muslim lainnya karena berdasarkan syariah,” jelas Abu yang selalu menambah koleksi 2–4 buah buku setiap bulan di perpustakaannya.
Mengapa dinamakan perpustakaan syariah?
Abu berdalih, prinsip yang dijalankannya dalam mengelola perpustakaan ini sama sekali tidak komersial melainkan berbagi ilmu serta berdakwah. Sejatinya, menurut Abu, ilmu memang tidak boleh dikomersialkan, apalagi ilmu agama.
Karena prinsip tersebut, buku-buku yang di dalamnya tercantum larangan difotokopi dengan alasan hak cipta, Abu benar-benar tak memperkenankan peminjam untuk memfotokopinya.
"Menurut saya, cara yang kami jalankan untuk mengelola perpustakaan ini adalah secara syariah,” katanya.
Pernah, salah-satu penyokong mengusulkan agar Perpustakaan Syariah ini pindah ke tepi jalan, tidak masuk gang seperti saat ini.
“Untuk menarik pengunjung, ide itu bagus. Masalahnya, nanti kita jadi harus sewa tempat dan membayar penjaga. Konsekuensinya, bisa-bisa peminjam buku nanti harus bayar biaya. Konsep dakwahnya jadi tercemar. Lebih baik di sini, tempat milik saya sendiri.
Pengunjung bisa datang kapan saja dan akan saya layani, tapi SMS dulu,” beber Abu yang mengatakan pernah ada pengunjung datang jam 06.00 pagi.
Untuk keanggotaan, Abu menuturkan, tidak perlu membayar sepeserpun. Meminjamnya juga tanpa dipungut biaya. Orang yang baru pertama kali datang bisa langsung meminjam saat itu juga.
“Cukup tinggalkan KTP dan nomor yang bisa dihubungi. Ketika pengunjung pinjam buku, dia sendiri yang menentukan akan dikembalikan kapan. Dari pengalaman selama dua tahun ini, kami cuma kehilangan tiga buah buku, itupun sudah diganti. Jika niatnya dakwah, Insya Allah tidak merugi. Justru pahala dan rezeki yang akan datang silih berganti,” tukasnya.
Sumber: http://surabaya.tribunnews.com/2012/08/04/abu-auliyah-berbagi-ilmu-melalui-perpustakaan-syariah
Shared:
Komentar