Dosen UMM Beri Spesifik Rumah Tahan Gempa Berkaca Kasus Gempa Cianjur

Author : Humas | Jum'at, 25 November 2022 02:44 WIB | Surya - Surya

ILUSTRASI - Uji coba rumah tahan gempa di JepangĀ 

ILUSTRASI - Uji coba rumah tahan gempa di Jepang 

 

SURYAMALANG.COM-MALANG- Dosen Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Ir Erwin Rommel MT memberi saran rumah tahan gempa berkaca dari kasus gempa berkekuatan 5,6 magnitudo di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Gempa Cianjur yang terjadi pada 21 November 2022 pukul 13.21 itu meluluhlantahkan berbagai bangunan dan menelan ratusan korban jiwa 

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah menyampaikan bahwa gempa ini merupakan siklus 20 tahunan yang akan melanda Cianjur.

Menurut Erwin, ada beberapa hal yang membuat banyaknya bangunan roboh saat gempa berkekuatan 5.6 magnitudo itu menerjang Cianjur. 

Penyebabnya adalah posisi pusat gempa, jenis patahan, kondisi lapisan tanah dan kondisi bangunan yang ada di Cianjur.

Pusat gempa berada pada jalur sesar Cimandiri dengan kedalaman kurang dari sepuluh kilometer yang masuk dalam kategori gempa dangkal.

Sedang karakteristik tanah di Cianjur labil karena berupa lereng bukit dan pegunungan.

Hal ini terlihat dari topografi tanah di Cianjur yang berupa lereng-lereng bukit dan pegunungan. Kondisi tersebut menyebabkan tanah menjadi rawan longsor jika terjadi gempa.

"Sebagian besar bangunan di Cianjur adalah bangunan rendah dan bangunan sederhana yang belum memenuhi kaidah rumah tahan gempa," kata dia, Kamis (24/11/2022). 

Tentang spesifikasi rumah tahan gempa, Kepala Badan Pengawasan Pembangunan Kampus (BP2K) UMM itu mengatakan bahwa untuk membangun rumah sederhana tahan gempa perlu memperhatikan banyak hal. Pertama membuat bangunan dengan bentuk sesimetris mungkin. 

Kedua, cukup tersedianya pengaku pada dinding. Minimal setiap 12 meter persegi luasan dinding harus diberikan kolom dan balok praktis.

Dan ketiga, memberi pengangkuran yang cukup pada setiap sambungan elemen pada bangunan. Misalnya sambungan dari dinding ke balok pondasi, sambungan dinding ke kolom, ataupun sambungan balok ke konstruksi atap.

Dikatakan, ada beberapa model bangunan sederhana tahan gempa sudah dikenalkan kepada masyarakat oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman (Puskim), Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). 

Seperti rumah sederhana tahan gempa berbahan kayu, bambu, dan beton. Spesifikasi utama yang harus dipenuhi agar rumah tahan gempa yakni adanya integritas bangunan.

Dikatakan, rumah tahan gempa dapat tercipta jika seluruh elemen-elemen dari bangunan mulai dari pondasi, balok sloof, kolom, dinding, serta balok atap tersambung dengan baik dan benar.

Selain itu, perlu adanya penyalur beban dari satu elemen ke elemen lain agar bangunan tidak mudah runtuh dan dapat menahan beban gempa.

"Namun memang pembuatan rumah tahan gempa membutuhkan biaya yang lebih mahal dibanding rumah pada umumnya," jawabnya.

Namun itu bisa disiasati penggunaan bahan-bahan bangunan yang tersedia di sekitar lingkungan tempat tinggal.

Misalkan pakai bambu atau rotan sebagai pengganti tulangan baja dan kayu. Intinya, konsep pembangunan rumah tahan gempa adalah membuat bangunan menjadi lebih ringan dan adanya penyaluran beban dari setiap elemennya sampai ke pondasi.

Ketua  Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI) Malang Raya ini menyatakan, masyarakat juga harus mengetahui perkembangan kondisi patahan atau sesar yang ada di sekitar tempat tinggalnya.

Sehingga masyarakat memahami tingkat kerawanan gempa pada desain bangunan kita agar bisa lebih siap. Serta perlu adanya edukasi pada masyarakat tentang mitigasi dan penyelamatan korban.

Sumber: https://suryamalang.tribunnews.com/amp/2022/11/24/osen-umm-beri-spesifik-rumah-tahan-gempa-berkaca-kasus-gempa-cianjur?page=2
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori

Berita Terpopuler