Fokus Hanya pada Persamaan

Author : Humas | Rabu, 21 April 2010 08:49 WIB | Surya - Surya

Demosa Neva Sukmono

Wartawan Koran Kampus Bestari

loveanbiya@gmail.com

Kata sopir di angkot ADL (Arjosari-Dinoyo-Landungsari) yang saya tumpangi Minggu (11/4), sekarang banyak sekali orang bertengkar. Mulai dari Timur Tengah, Afrika, Filipina, hingga Amerika, dipenuhi keributan. Tentu Indonesia juga termasuk di dalamnya.

Masih menurut sopir angkot yang sudah belasan tahun menggeluti profesinya itu, di Timur Tengah selalu melulu soal Israel-Palestina. Di Afrika kerap terjadi konflik bersenjata. Filipina, dipenuhi aksi militer para militan Islam. Indonesia sendiri, menurutnya juga tidak pernah damai. Dalam analisisnya yang sederhana, itu semua karena kurangnya kewibawaan pemerintah.

“Pemerintah ae ribut Mas, opo maneh rakyate,” katanya dengan nada serius.

Memang, saat ini dunia sekitar kita penuh ketegangan dan keributan. Masalahnya ada saja. Kadang-kadang dipicu soal perbedaan etnis, agama, ekonomi, bahkan juga karena jenis kelamin. Lalu apa sebenarnya pemicu utama dari itu semua?

Menurut Tulus Winarsunu, Psikolog Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), pertengkaran akan muncul jika masing-masing dari kita fokus pada perbedaan. Sebagai contoh sederhana, ketika pacaran, jika tiap pasangan fokus pada perbedaan maka segera pecah konflik. Contohnya berpikir mengapa si dia berbeda pendapat dengan kita, berbeda prinsip dengan kita, atau berbeda cita-cita, tentu saja dapat menjadi sumber perpecahan bukan?

“Kalau perbedaan yang terus dipikirkan, sudah pasti selalu tegang dan berakhir dengan pertengkaran,” papar Tulus yang juga Dekan Fakultas Psikologi UMM itu.

Tulus memberikan kiat khusus, bahwa dengan berfokus pada persamaan, maka akan tercipta hidup yang harmonis. Dengan memikirkan persamaan sebagai manusia, sama-sama ingin dihormati, sama-sama punya hak untuk hidup, sama-sama memiliki hak untuk berpendapat, akan menyadarkan pentingnya rasa saling memahami. Jika ingin dipahami orang lain, sudah barang tentu kita harus belajar memahami orang lain.

Dengan modal rasa saling memahami inilah, maka hidup akan dinamis sekaligus harmonis. Pembangunan menjadi lancar, diplomasi dan dialog lebih dikedepankan, dan aksi anarkis yang saat ini marak terjadi tentu bakal hilang dengan sendirinya.

Mengutip nasihat Pakde Karwo, Gubernur Jawa Timur, saat menghadiri Munas Tarjih Muhammadiyah ke-27 di UMM (2/4), perbedaan sebenarnya merupakan suatu anugerah dan harus dipahami secara benar. Maka, kalau saya boleh menambahkan, persamaan juga harus dipahami secara mendalam oleh masyarakat sehingga terciptalah kekuatan dan keharmonisan.

Dengan adanya persamaan keturunan, kita menjadi saudara. Dengan adanya persamaan cita-cita, kita menjadi sahabat seideologi. Dengan persamaan minat dan hobi, kita menjadi rekan di klub. Yang paling penting tentunya, karena kita sama-sama manusia, maka kita harus saling memahami dan menghormati. Indah sekali bukan kekuatan di balik persamaan? Tentu saja, karena semua itulah yang menjaga kita selama ini dari kehancuran akibat perbedaan yang terlalu dilebih-lebihkan.

Semoga dengan semakin pahamnya masyarakat akan pentingnya persamaan di antara kita, kehidupan dinamis dan harmonis akan segera tercipta.

Sumber: http://surabaya.tribunnews.com/2010/04/21/fokus-hanya-pada-persamaan
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori

Berita Terpopuler