Dalam obrolan yang berlangsung satu jam itu, saya banyak mendapatkan cerita menarik darinya. Sampai-sampai saya tertegun dan mendapatkan sebuah pengalaman baru tentang beberapa kejadian sejarah yang terjadi di Republik Indonesia.
BERTEMU dan ngobrol dengan tokoh nasional yang juga calon presiden lewat jalur independen, Fadjroel Rahman, sangat membanggakan. Kesan itu saya peroleh ketika alumnus ITB ini berkunjung ke UMM sebagai pemateri dalam rangka seminar nasional bertemakan ”Pemilu 2009 dalam Menantang Demokrasi”, yang diselenggarakan BEM Fisip UMM dan bertempat di Ruang Theatre Dome, Kamis (12/3/2009).
Fadjroel mengisi acara pada sesi kedua sementara, pemateri pertama adalah Akbar Tandjung. Kesempatan langka bisa ngobrol bareng Fadjroel itu terjadi ketika sesi pertama berakhir dan jam istirahat selama satu jam berlangsung. Sungguh mengagumkan.
Fadjroel yang dikenal lantang dalam menyuarakan suaranya yang banyak mengkritisi pemerintahan ternyata enak diajak wawancara. Di samping itu, pria yang pernah tiga tahun diculik dan dimasukkan ke penjara Nusa Kambangan di masa Orde Baru (Orba) itu sangat supel dan mau menyapa dulu orang yang baru dikenalnya.
Dari berbagai kesan yang saya tangkap, ada satu yang saya suka darinya, yaitu gaya bahasanya yang sederhana halus, dan tak boros kata. Namun langsung dapat dimengerti dan menusuk orang yang dikritiknya. Semua itu didapatnya hasil dari tempaan selama kuliah dulu yang seringnya Fadjroel demo menentang pemerintahan otoriter
dan aktif bergiat di pers kampus dengan banyak menulis.
Tak hanya itu, Fadjroel yang kerap melontarkan kritik pedas kepada pemerintah itu berpenampilan sederhana dan tak menampakkan bahwa dirinya adalah seorang capres Indonesia meski gagal melalui jalur independen karena tidak memenuhi syarat yang ditetapkan konstitusi.
Keadaan itu jelas bertolakbelakang dengan capres lainnya yang diusung partai politik (parpol) yang banyak uang dan memiliki
segalanya sebagai modal menjadi capres. Walaupun begitu, seperti penuturannya, Fadjroel tak pernah takut harus berhadapan dengan pesaingnya yang dulu kebanyakan orang Orba. Karena dia yakin dengan perjuangannya demi tegaknya reformasi demokrasi di negeri ini.
Dalam obrolan yang berlangsung satu jam itu, saya banyak mendapatkan cerita menarik darinya. Sampai-sampai saya tertegun dan mendapatkan sebuah pengalaman baru tentang beberapa kejadian sejarah yang terjadi di Republik Indonesia. Pasalnya,
Fadjroel tak segan-segan bercerita panjang lebar tentang beragam peristiwa sejarah yang mewarnai perjalanan bangsa ini. Bahkan, banyak pula komentar pedas yang meluncur dari mulutnya ketika menyinggung tentang banyaknya capres yang bakal maju memperebutkan kursi RI-1.
Menurutnya, calon bersangkutan banyak memiliki kecacatan dan track record buruk karena turut menjerumuskan Indonesia hingga seperti ini. Sayangnya, capres yang akan maju tersebut sekarang malah seolah-olah terkesan paling peduli terhadap nasib rakyat dan menampakkan dirinya sebagai orang yang bakal membawa perubahan bagi Indonesia.
Padahal, semua janji itu tak lebih sebagai bualan dan janji untuk digunakan sebagai jualan kampanye yang ujung-ujungnya membohongi rakyat. Semua itu diceritakan Fadjroel dengan berbagai bukti. Karena itu banyak ceritanya yang sampai harus off the record mengingat ucapannya sangat keras dan pedas.
Oleh Erik Purnama Putra
Pegiat Pers Kampus Bestari Universitas Muhammadiyah Malang