Pelajar SMA Kritik Kinerja Guru

Author : Humas | Sabtu, 16 Juni 2012 20:57 WIB | Surya - Surya

SURYA Online, MALANG - Para siswa SMA/SMK/MA mengkritik kinerja guru karena dinilai tidak tulus dalam mengajar. Kritikan itu dituangkan dalam naskah tulisan Lomba Menulis Inspiratif (LMI) yang diadakan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Ada 380 naskah dari 350 SMA/SMK/MA yang diterima panitia. Semua naskah berisi pendapat maupun kritikan terhadap kinerja guru. Sesuai dengan tema yang ditentukan panitia, yaitu ‘Jika Aku Menjadi Guru Profesional’.

Salah satu karya yang paling menarik adalah milik Abdurrahman, siswa MA Muhammadiyah 1 Malang. Dalam naskah yang berjudul  ‘Etos Pencerah Peradaban : Cita Luhur Jika Aku Menjadi Guru’, siswa kelas XI itu mengkritik keras kinerja guru yang pamrih. Artinya, kata Abdulrahman, sebagian besar guru mengajar karena kewajiban, bukan karena ketulusan untuk mendidik anak bangsa. “Buktinya, guru masih harus diawasi, dikontrol lembaga. Kalau mereka tulus mengajar, tidak perlu pengawasan dari atasan, mereka akan tetap mengajar,” terangnya, Sabtu (16/6/2012).

Etos kerja seperti itulah, menurut Abdurrahman yang harus ditanamkan ke dalam pribadi guru. Menjadi guru seharusnya murni panggilan hati, bukan karena faktor ekonomi. “Apalagi sekarang gaji guru semakin besar. Itu yang membuat masyarakat banyak yang ingin menjadi guru. Sangat kelihatan bukan, ada pamrih yang ingin mereka dapatkan,” jelas Abdurrahman.

Apabila guru mengajar dengan pamrih, dia mengkhawatirkan, ilmu yang diajarkan tidak bisa bermanfaat. Terlebih buat kebaikan bangsa dan negara. “Guru harusnya memiliki totalitas kepribadian, karena kepribadian itu yang dapat mencerahkan peradaban,” saran siswa yang bercita-cita menjadi guru agama Islam itu.

Selain karya Abdurrahman, karya Evi Sofia Inayati juga tak kalah menarik. Evi dengan naskahnya berjudul ‘Guru Sepopuler Facebook’ juga memberikan kritikan pedas. Evi mengatakan, sebagian besar guru egois. Itu terbukti, mereka jarang memberikan kesempatan kepada siswanya berbicara dan mengungkapkan pendapatnya. “Seharusnya guru seperti facebook, bisa menjadi tempat ngobrol dan mencurahkan isi hati. Tetapi tidak, banyak guru yang memaksakan kehendaknya,” tutur siswa kelas XI dari MAN Patas, Buleleng Bali itu.

Para guru seharusnya belajar dari facebook seperti beberapa menu seperti what’s on your mind.

Menu itu, katanya, ibarat perasaan yang dirasakan para siswa. “Kita juga butuh mengungkapkan apa yang kita rasakan. Coba setiap mau mengajar, guru bertanya kepada kami, perasaan kami atau apa yang kami ketahui. Itu lebih efektif untuk memudahkan proses belajar. Jadi tidak monoton,” paparnya. Selain kedua karya itu, ada juga karya Unaisah dari MAN 1 Yogyakarta yang berjudul ‘Saatnya Kutorehkan Strategi Menjadi Guru Profesional Inspirasional’,

Sementara, Dyah Worowirastri Ekowati, M.pd, Ketua Pelaksana LMI mengatakan, sudah saatnya pelajar berani berbicara dan mengkritik apa yang mereka rasakan terhadap kinerja para guru. “Karena itu, kami mewadahi itu. Kami ingin, para pengajar atau guru tergelitik dengan saran-saran mereka. Saya rasa, apa yang mereka yang mereka ungkapkan itu rasional,” ujarnya.

Dari ratusan naskah yang diterima, kriteria pemenang adalah kritikan dan saran yang paling masuk akal. Artinya, saran-saran itu bisa diaplikasikan dalam dunia mengajar. “Jadi bukan hanya khayalan, tapi benar-benar bisa dimanfaatkan,” ujarnya.

Pemenang pertama dan yang dinobatkan menjadi penulis inspiratif tahun ini adalah Evi Sofia Inayati dari MAN Patas, Buleleng, Bali. Pemenang kedua, Abdurrahman dari MA Muhammadiyah 1 Malang, dan pemenang ketiga diraih Unaisah dari MAN 1 Yogyakarta.

Sumber: http://surabaya.tribunnews.com/index.php/2012/06/16/pelajar-sma-kritik-kinerja-guru
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori

Berita Terpopuler