Dosen Prodi Manajemen UMM, Novi Puji Lestari SE MM
SURYAMALANG.COM|MALANG- Dosen Prodi Manajemen UMM, Novi Puji Lestari SE MM mengatakan, anak muda Indonesia masih perlu perbaikan dalam perencanaan finansial.
Mengutip hasil riset OCBC NISP dan NielsenIQ pada 2021 memaparkan jika Fitness Financial Index generasi muda berada di angka 85,6 persen tampak “kurang sehat” secara finansial.
Dan hanya 14,3 persen anak muda di Indonesia yang berusaha menggapai “sehat” finansial. Kondisi ini karena kebiasaan anak muda zaman sekarang mengedepankan gengsi. Maunya serba dilayani karena dukungan teknologi.
“Misalnya, hanya beli teh saja harus ke mall demi kelihatan bergengsi," kata Novi, Senin (6/6/2022).
Padahal biayanya juga pasti lebih banyak dibandingkan dengan manfaatnya.
"Sehingga selalu mengedepankan keinginan. Bukan kebutuhan. Hal ini menyebabkan perencanaan keuangan tidak bagus,” ujar Novi. Maka ia memberikan solusi serta perilaku-perilaku yang perlu dihindari oleh anak muda.
Yaitu dengan menjauhi pengeluaran yang tidak menjadi prioritas utama dengan mengedepankan dan mengupayakan apa yang menjadi prioritas. Menurutnya, anak-anak muda juga bisa membagi keuangan menjadi tiga bagian yakni living, saving dan playing.
Berdasarkan hasil survei dari Alvara Research Center pada tahun 2020 berjudul “Indonesia gen Z and Millennial Report 2020: The Battle Of Our Generation” menemukan fakta jika alokasi pengeluaran generasi Z untuk menabung dan investasi hanya sebesar 9,2 persen.
Sementara pengeluaran kebutuhan rutin sebesar 59,9 persen. Pada generasi milenial berada di angka 10,5 persen untuk menabung dan investasi serta 57,3 persen untuk pengeluaran kebutuhan rutin.
"Saya menawarkan solusi terbaik dalam mengatur keuangan yakni 30 persen untuk saving, 50 persen untuk living dan 20 persen untuk playing.
Menurut Novi, mengatur keuangan sejak dini sangatlah penting. Ketika mereka sudah memiliki penghasilan, mereka tidak kebingungan lagi.
Pemahaman keuangan sejak dini juga membuat anak muda bisa terlatih di masa depan. Sehingga tidak sukar ketika diaplikasikan saat dewasa kelak.
Dikatakan, manfaat jangka pendeknya adalah jika punya tabungan, maka bisa investasi di usia muda. Untuk jangka panjang, bisa untuk menyiapkan diri dalam kehidupan berkeluarga kelak.
"Ini mengingat kalau ekonomi adalah faktor penting untuk keutuhan keluarga,” papar Sekretaris Prodi Manajemen ini.
Sedang strategi lainnya adalah dengan menggunakan teori pendapatan = konsumsi dan saving. Ini karena sebesar apapun pendapatan, maka kebutuhan akan mengikuti. Karena itu, solusi terbaik adalah menentukan saving di awal.
Meski tidak terlalu besar, namun jika diupayakan rutin tiap bulan dan tidak diambil kecuali keadaan mendesak, ini sebagai upaya akan terbiasa menabung.
Ia menyatakan banyak cara yang bisa dikerjakan anak muda untuk menjadikan sesuatu menjadi uang asal berkomitmen.
Misalnya membuka usaha jastip makanan atau oleh-oleh khas dari daerahnya. Jika hasilnya diakumulasikan, maka keuntungannya cukup besar.
Untuk itu, jika memiliki usaha, jangan sekali-kali uang usaha dicampur dengan uang pribadi.