Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Moh Mirza Nuryadi, MSc memiliki pengalaman menarik di Spanyol lewat program academic staff exchange. Program ini berkolaborasi dengan Universidad Catolica San Antonio De Murcia Spanyol (ICAN). Disana ia juga merasakan pengalaman mengajar mahasiswa asing hingga mengikuti tur dan belajar tentang sejarah kejayaan Islam di negeri ini.
SURYAMALANG.COM|MALANG-Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Moh Mirza Nuryadi, MSc memiliki pengalaman menarik di Spanyol lewat program academic staff exchange.
Program ini berkolaborasi dengan Universidad Catolica San Antonio De Murcia Spanyol (ICAN). Disana ia juga merasakan pengalaman mengajar mahasiswa asing hingga mengikuti tur dan belajar tentang sejarah kejayaan Islam di negeri ini.
Dosen ini sudah mempersiapkan diri sejak 2021 lalu. "Tapi sedikit tersendat karena pandemi masih ada dan ada pembatasannya.
Alhamdulillah, persiapan saya sejak dini nyatanya memberikan jalan tersendiri,” papar Mirza, Rabu (3/5/2023).
Dijelaskan pria ini, ia mengunjungi fakultas kedokteran dan melakukan diskusi terkait riset yang ia angkat di depan mahasiswa sarjana, master, maupun doktoral di sana.
Riset itu tentang biokimia yang mengarah pada reproduksi. Yaitu tentang resistensi nyamuk aedes aegypti pembawa virus yang menyebabkan manusia terjangkit demam berdarah.
Dari riset itu pula, ia juga telah meluncurkan beberapa artikel ilmiah di level nasional maupun Internasional.
Ia juga menceritakan tentang sistem pengajaran disana. Dimana ada klasifikasi untuk setiap kelas, seperti ada kelas berbahasa Inggris.
Di mana para mahasiswa bisa terus melatih bahasa Inggrisnya. Hal ini bermanfaat saat ada tamu atau pengajar yang menggunakan bahasa yang sama.
“Kalau cara belajar mahasiswa juga tidak jauh berbeda dengan Indonesia," jelas alumnus SMA Muhammadiyah 1 Sumenep ini. Hanya saja ada kepercayaan lebih antara oengajar dan mahasiswa sehingga mereka bisa mengeksplor diri namun tetap dalam pengawasan dosen.
Saat di Spanyol, ia juga mencoba pengalaman baru di bidang kuliner seperti mencoba berbagai olahan ikan yang dicampur dengan sayur dan kentang. Tapi lidahnya tidak cocok sehingga mencoba makanan lain. Seperti kebab dan nasi briyani namun lokasinya di pinggiran kota.
Ia juga mendatangi Kota Madrid yang penduduknya ramah. "Meski tidak banyak yang bisa berbahasa Inggris, tapi membantu saya saat kebingungan dan tersesat," kata Mirza.
Ia juga ke tempat bersejarah Islam yang menjadi tempat paling berkesan, yakni Istana Alhambra di Kota Granada, Spanyol.