TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG– Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang (FPP UMM) menghadirkan mitra dunia industri (dudi) owner PT. Jatinom Indah Agri, Sigit Prasetyo, SE, untuk membagikan pengalaman berbisnis unggas serta bagaimana manajemen krisis yang baik (15/6) di GKB 4 UMM.
Menurut Sigit Prasetyo disapa Sigit di depan para mahasiswa semester 4-6 Prodi Peternakan UMM bahwa harapan para pebisnis telur adalah bagaimana harus bisa setiap kulkas rumah memiliki persedian telur.
Dalam berbisnis, Sigit menasehati bahwa jangan selalu memikirkan untung besar dan harus dilakukan secara bertahap bisa dengan acuan tahun. Tahun pertama usaha untuk perusahaan/bisnis, tahun kedua usaha untuk usaha, dan tahun selanjutnya baru usaha untuk perkembangan perusahaan bisnis.
“Ujian pengusaha itu adalah menunda kebahagiaan, ketika sedang untung jangan foya – foya terlebih dahulu” tegas Sigit.
Suasana kulaih pakar Prodi Peternakan UMM menghadirkan owner PT. Jatinom Indah Agri, Sigit Prasetyo, SE,
Selain itu, lanjut Sigit mahasiswa Prodi Peternakan UMM disarankan tidak harus fokus berbisnis bidang budidaya unggas saja, tetapi bisa berbisnis turunannya seperti pakan ternak, bibit, pengolahan hasil ternak dan perdagangan produk-produk peternakan.
Sigit menambahkan hal penting lainnya, bahwa krisis dalam bisnis itu tidak bisa dihindari termasuk pada bisnis unggas seperti nilai tukar mata uang asing naik, penyakit/wabah unggas, dan kurangnya stok pangan unggas.
Beberapa tips manajemen krisis bisnis unggas yang dibagikan Sigit adalah dengan melakukan tiga strategi ARI yakni Adaptif, Responsif, Inovatif. Adaptif harus bisa menyesuaikan dengan segala macam kondisi. Responsif, atau harus menerima dan sigap atas sesuatu yang menimpa usaha. Sedangkan Inovatif harus segera mungkin mengambil peluang baru yang tidak terpikirkan oleh orang lain.
Tips lainnya, masih menurut Sigit juga harus memperhitungkan skala prioritas dengan metode lima jari. Dua jari pertama yang dikorbankan dan tiga jari lainnya diutamakan. Dalam kasusnya Sigit pernah memprioritaskan ternaknya yang berumur 4-9 bulan dan harus mengorbankan ternaknya yang sudah tua dan masih anak–anak yang tidak produktif atau belum menghasilkan telur. (reporter: hamara/editor: doni osmon)