TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG– Tak hanya bergerak di bidang hiburan dan kuliner, Taman Rekreasi Sengkaling Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mulai melebarkan sayapnya ke bidang Wisata Edukasi (Eduwisata). Pengembangan eduwisata ini telah di terapkan mulai awal puasa lalu sampai saat ini. Ada tiga bidang eduwisata yang ditawarkan oleh Sengkaling yaitu proses pembuatan dan pemanfaatan energi terbarukan, eco enzyme, serta biota air.
Ide pembuatan eduwisata ini berawal dari penelitian salah satu dosen pendidikan biologi yaitu Dr. Sukarsono, M.Si yang sudah dimulai sejak 1998. Secara keseluruhan, penelitian ini berfokus pada model pembelajaran berbasis konservasi atau Conservation Based Learning Model (CBL Model). Hasil akhir dari pembelajaran tersebut adalah anak-anak jadi lebih memahami lingkungan sekitarnya serta membangun perilaku ramah lingkungan. Model ini juga dapat membantu sekolah dalam penerapan adiwiyata.
“Pada akhirnya, saya bekerja sama dengan yayasan Aksi Pengembang Sekolah Adiwiyata Indonesia (APSAI) untuk membangun sebuah eduwisata di Sengkaling sebagai produk akhir penelitian. Materi eduwisata disesuaikan dengan kebutuhan sekolah dan akan terus dikembangkan. Untuk kedepannya kami sedang menyiapkan eduwisata ini ke dalam skala internasional,” jelas dosen asal Linggarjati tersebut.
Suasana eduwisata sengkaling UMM.
Koordinator Marketing Taman Rekreasi Sengkaling UMM, Yeni Dwi Kurniawati,S.Sos. menjelaskan bahwa saat ini program eduwisata hanya dibuka secara terbatas untuk sekolah-sekolah di Malang. Proses pembelajarannya pun melalui registrasi terlebih dahulu.
.“Jadi eduwisata Sengkaling ini memang belum bisa dinikmati secara komersial untuk masyarakat umum. Meskipun belum dibuka secara umum, sudah banyak sekolah-sekolah dari jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) yang melakukan kunjungan wisata adiwiyata ke sini. Ke depannya, tentu kami berencana membukanya untuk pengunjung umum,” ungkap perempuan asal Malang tersebut.
Lebih lanjut, Yeni sapaan akrabnya menjelaskan bahwa konsep penerapan wisata adiwiyata ini dikemas seperti outbond. Tahap awalnya, para siswa akan diajari tentang team building dan teamwork. Setelah itu, para siswa akan dipecah menjadi beberapa kelompok untuk mempelajari tiga bidang eduwisata yang ada di Sengkaling. Proses kegiatan ini berlangsung selama lima jam, yaitu dari jam delapan pagi sampai jam satu siang. Kegiatannya sendiri berpusat di danau dan gedung Iptek Sengkaling.
“Bidang pertama adalah pembuatan dan pemanfaatan energi terbarukan. Anak-anak akan diajari mengenai sumber energi listrik terbaru yang berasal dari matahari, air, dan udara. Pada bidang ini juga akan dikenalkan sistem kerja kapal cepat, pembuatan roket air, serta cara kerja mobil listrik. Di bidang yang kedua ada eco enzyme. Para siswa akan diajari mengenai percampuran sampah organik yang bermanfaat sebagai pupuk kompos. Terakhir ada bidang biota air. Di sini siswa akan diajari mengenai kandungan potential hydrogen (pH) air serta cara membedakan air yang sehat atau tidak,” ujar Yeni.
Tak hanya kepada siswa, Yeni mengatakan bahwa pada outbond ini para guru juga akan mendapat materi tentang pembelajaran pemanfaatan lingkungan hidup serta sertifikat. Untuk kedepannya, Yeni mengatakan bahwa Sengkaling akan melebarkan jangkauan eduwisata ini ke sekolah-sekolah di luar Malang. Yeni juga mengatakan keinginan Sengkaling untuk mengundang pemateri dari luar negeri yang khusus menjelaskan bidang adiwiyata dan pengelolaan lingkungan hidup.
“Pengembangan eduwisata yang kami kerjakan bertujuan agar generasi muda lebih memperhatikan lingkungan dan menjaganya. Oleh karena itu, membentuk pola pikir tentang menjaga alam sejak dini adalah langkah yang baik. Kami berharap eduwisata ini tak hanya berfokus pada outbond dan reservasi saja tetapi juga dapat dinikmati oleh pengunjung secara umum,” tandasnya mengakhiri. (rilis: humas umm/editor: doni osmon)